[S]

228 48 9
                                    


"Selamat pagi, tuan muda," Jeongyeon membungkuk sopan sembari memberi senyuman manis kepada Jimin. Pemuda itu mendengus tanpa berniat membalas sapaan Jeongyeon lantas tanpa basa-basi masuk ke dalam mobil. Setelah memastikan Jimin siap untuk bersekolah, Jeongyeon buru-buru duduk dikursi kemudi.

"Anu tuan.. soal kemarin, saya minta maaf jika saya membuat tuan ke—"

"Lupakan."

Jimin berujar singkat. Jeongyeon hanya menurut saja, enggan memulai percakapan jika Jimin terlihat sedang dalam mood yang tidak bisa dibilang baik saat ini. Meskipun sebenarnya Jimin memang seringkali terlihat badmood jika berurusan dengan Jeongyeon, justru aneh jika pemuda itu merasa baik-baik saja atau sekedar tersenyum ramah kepada Jeongyeon.

Perjalanan ke sekolah Jimin memakan waktu lebih sedikit karena Jeongyeon yang fokus menyetir. Juga hari ini tidak ada hambatan seperti jalanan yang macet atau sebagainya. Setelah memberhentikan mobilnya ditempat seperti biasa, agak jauh dari gerbang masuk sekolah Jimin, Jeongyeon dengan sigap mempersilahkan Jimin keluar.

"Baik kalau begitu saya akan menunggu tuan di cafe seberang sana, tuan bisa menemui saya jika ingin meminta bantuan,"

Jeongyeon mengangguk sopan sebelum berniat mengubah posisi mobil yang tengah dikendarainya. Sedangkan Jimin mulai berjalan menjauh dari mobil yang Jeongyeon kendarai. Pemuda itu melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah dengan wajah yang tertekuk, sadar jika apa yang dia lakukan kemarin sudah terlalu jauh. Bahkan sapaan dari kawan Jimin dan beberapa gadis yang kebetulan menaruh perasaan dengannya diabaikan begitu saja. Dalam hati Jimin berharap jika apa yang dirinya katakan perihal memperkenalkan Jeongyeon sebagai kekasihnya tidak akan menyebabkan masalah, dia hanya perlu memastikan gadis bernama Minatozaki Sana itu tidak benar-benar mengganggu Jeongyeon seperti apa yang dia katakan.

"Hei, Jimin!" Sebuah tepukan pada pundak Jimin akhirnya membuat pemuda tersebut sadar lantas menoleh. Raut wajahnya yang kesal bertambah masam saat melihat siapa yang tengah menyapanya.

"Apa?" Hardik Jimin kepada orang itu.

"Kau ini sensi sekali denganku, Jim. Aku hanya ingin menyapa saja. Oh iya, kau berangkat bersama Noona?"

Benar dugaan Jimin. Tentu saja hanya akal-akalan Jungkook menyapa dirinya untuk menanyakan keberadaan Jeongyeon. Ah, semenjak Jungkook yang berterus terang jika dirinya menaruh perasaan terhadap Jeongyeon membuat Jimin selalu kesal jika berpapasan dengan Jungkook. Bahkan untuk berpikir positif tentang pemuda itu saja rasanya Jimin enggan, diluar itu, Jungkook memang tidak memiliki masalah apapun dengan Jimin.

"Ya."

"Syukurlah jika Noona memang sudah sembuh, tadi aku lihat sepertinya kau melamun, Jim. Sedang memikirkan apa?"

"Bukan urusanmu." Setelah mengatakan hal tersebut, Jimin berjalan lebih cepat guna menghindari Jungkook. Nampaknya pemuda itu tidak nyaman berlama-lama dengan seorang Jeon Jungkook.

"Kau memperkenalkan Jeongyeon Noona sebagai kekasihmu saat acara ulang tahun Taehyung bukan?" Suara Jungkook berubah dingin dibelakang sana membuat Jimin urung melangkahkan kakinya kembali dan memilih berhenti tanpa berniat menoleh ke arah tempat dimana Jungkook berbicara.

"Aku dengar sih begitu, Taehyung yang bercerita sendiri kepadaku." Sambung Jungkook membuat Jimin terperanjat dan ingin mengumpat karena sikap bodohnya. Bagaimana dia bisa lupa jika Taehyung juga kenalan dari Jungkook? Jungkook pernah bersekolah disekolah yang sama seperti Taehyung saat di Amerika sebelum akhirnya pindah ke SMA yang sama seperti Jimin. Itu sebabnya Jungkook langsung akrab dengan Jimin.

"Jika iya, kau mau apa?" Desis Jimin dengan nada yang menyiratkan ketidaksukaan.

"Tidak apa-apa, aku juga percaya jika kau hanya berpura-pura menjalani hubungan dengan Jeongyeon Noona. Benar begitu bukan?" Mendengar penuturan Jungkook, Jimin terdiam. Tidak mampu menyangkal omongan Jungkook karena hal itu benar, ditambah Jimin terlalu meninggikan egonya daripada perasaannya sendiri.

Your EcstasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang