[I]

221 57 18
                                    

  Sudah tiga hari lamanya Jimin tidak masuk sekolah lantaran kecelakaan yang menimpanya, selama itu pula Jeongyeon tidak perlu repot-repot mengejar Jimin saat kabur atau semacamnya. Tidak, bukannya Jeongyeon bersyukur lantaran tuan mudanya ini mengalami kecelakaan sehingga tugasnya berkurang, sungguh Jeongyeon tidak berpikiran demikian. Bahkan jika dapat memilih pun pasti Jeongyeon lebih memilih untuk mencari Jimin disetiap bar maupun club malam di kota ini daripada melihat pemuda belasan tahun itu terbaring seperti sekarang.

Tetapi kondisi Jimin berangsur membaik, hal itu membuat Jeongyeon merasa lega. Saat ini pula Jeongyeon tengah berada didalam kamar Jimin. Gadis itu mempunyai tugas untuk mengerjakan apa yang Jimin perintahkan meskipun didalam kediaman Jimin terdapat banyak asisten rumah tangga yang siap melayani Jimin jika membutuhkan sesuatu, tetapi pemuda itu bersikeras agar Jeongyeon yang menemani juga melayani nya. Pemuda itu menambahkan jika Jeongyeon tidak menemaninya maka Jeongyeon hanya akan memakan gaji buta, Jeongyeon pula setuju dengan perkataan Jimin. Bagaimanapun juga, gaji itu diberikan untuk sebuah pekerjaan bukan? Tidak diberikan secara cuma-cuma.

"Aku mau keluar." Jimin membuka suaranya setelah menelan beberapa pil obat pemberian dokter, sebenarnya Jimin ingin membuang obat-obatan tersebut karena merasa luka ditubuhnya tidak parah tetapi mana mungkin dia dapat melakukan hal tersebut jika disebelahnya saja terdapat Jeongyeon.

"Tuan muda ingin pergi ke taman rumah?" Ya, kediaman keluarga Park memiliki sebuah lahan yang disulap menjadi taman cantik di sebelah timur rumah megah tersebut. Perkataan Jeongyeon dibalas anggukan singkat oleh Jimin.

Detik berikutnya Jimin berjalan tertatih sembari di bantu Jeongyeon, memang dia sudah berangsur membaik tetapi luka dikakinya terlihat cukup merepotkan karena hanya luka dikakinya tersebut yang membuat Jimin tidak dapat leluasa pergi kemanapun itu. Melihat Jimin yang tengah tertatih di sebelahnya membuat Jeongyeon berpikir sejenak, gadis itu heran hal apa yang terlintas dipikiran Jimin sehingga hari itu nekat kabur dari sekolahannya dan berakhir dengan tertabrak sebuah mobil. Beruntung nyawa Jimin selamat. Sebenarnya Jeongyeon ingin menanyakan hal itu namun urung, remaja seperti Jimin terkadang memiliki tingkat emosi yang sangat labil, bisa bisa pemuda itu justru memarahi Jeongyeon habis habisan jika dia bertanya demikian.

Saat ini, Jimin telah duduk manis dikursi taman rumahnya. Jeongyeon pun tengah tersenyum sembari berdiri disebelah Jimin. Beberapa detik tidak ada percakapan diantara keduanya, Jimin memilih menoleh ke arah Jeongyeon lantas menggeser sedikit tubuhnya. Jimin juga menepuk ruang kosong dikursi yang dirinya duduki.

"Duduk."

"Tuan muda berbicara dengan saya?"

"Lalu kau pikir aku berbicara dengan siapa lagi jika bukan denganmu?"

Jeongyeon menatap Jimin ragu namun tetap mengikuti perintah Jimin, gadis itu duduk disebelah Jimin sama seperti yang Jimin perintahkan kepadanya.

"Tuan muda butuh sesuatu?"

"Tidak."

Mendengar jawaban Jimin, Jeongyeon mengangguk. Lagipula dia hanya basa basi bertanya seperti itu kepada Jimin lantaran dirinya tidak mau diam saja seperti ini. Canggung sekali rasanya menghabiskan waktu bersama tuan mudanya tanpa ada satupun yang dapat dirinya kerjakan.

"Kau lelah?" Sebuah pertanyaan tiba-tiba saja meluncur dari ranum Jimin, sontak hal itu membuat Jeongyeon menoleh ke arah pemuda itu. Namun Jimin tetap memandang lurus ke depan, disana bunga berwarna warni tampak cantik bermekaran.

"Saya tidak mengerti mengapa tuan bertanya demikian tetapi ya, saya lelah. Tidak ada pekerjaan di dunia ini yang tidak melelahkan, tuan."

Jeongyeon mengulas senyuman kepada Jimin yang jelas saja tidak Jimin lihat. Pemuda itu tidak merespon jawaban Jeongyeon, hanya berdiam sembari menghembuskan nafasnya.

Your EcstasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang