Your Ecstasy - You're (fuckin) mine

210 46 8
                                    

    Yoo Jeongyeon, gadis dengan setelan ala bodyguard yang senantiasa melekat di tubuhnya itu mengucek sepasang maniknya sesekali. Entah bagaimana, semalam Jeongyeon tidak bisa tidur lantaran memikirkan semua yang terjadi kepadanya pun perkataan Seokjin yang dilontarkan untuknya.

"Sudah ku bilang, aku tidak ingin bersekolah!"

"Park Jimin!" Suara keras terdengar dari dalam rumah. Kendati sampai saat ini sosok Jimin belum keluar dan menampakkan batang hidungnya, Jeongyeon bisa menduga jika pemuda itu tengah terlibat adu mulut dengan Tuan nya.

"Sudah ku bilang aku tidak mau! Urusi saja bisnismu, Ayah. Dan berhenti memaksaku!"

"Berhentilah bersikap kekanak-kanakan! Kau sudah berada dikelas akhir sekarang lantas tiba-tiba merengek seperti ini. Kau pikir akan seperti apa hidupmu jika sekolah menengah atas saja kau tidak lulus!"

"Ayah selalu saja begini! Setelah memutuskan hubungan dengan wanita kurang ajar itu, kau hanya sibuk mengurusi uang-uang milikmu! Akui saja jika kau lemah, kau tidak pernah bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu mu! Tidak pernahkah kau memikirkan bagaimana keadaan ku disini hah?!!" Jimin mengepal kuat. Wajah nya memerah menahan amarah. Tau apa Ayah nya sehingga mengatakan dia kekanak-kanakan? Bahkan Jimin sudah tumbuh sampai saat ini tanpa memutuskan bunuh diri atau semacam nya adalah pencapaian yang besar baginya.

"Aku tidak mengerti apakah aku mempunyai seseorang yang benar-benar aku anggap keluarga? Kau dan semua uang bodohmu itu sama halnya dengan wanita kurang ajar. Aku selalu bertanya-tanya hal buruk apa yang aku lakukan dimasa lalu sehingga lahir didalam keluarga bajingan seperti ini,"

"Jaga mulutmu, Park Jimin!"

Plak. Salah satu sisi wajah Jimin memerah, kali ini bukan karena menahan amarah. Lantaran karena sebuah tamparan yang dilayangkan Ayahnya kepada nya. Manik Jimin menatap tajam, tersenyum tanpa satu titik pun ketakutan atau rasa sedih disana.

"Tuan Muda!" Sebuah suara lain yang tiba-tiba hadir diantara pertikaian itu membuat Jimin menoleh, sorot nya berubah menjadi kebencian. Disana, Jeongyeon berlarian menghampiri dia sembari membungkuk berkali-kali didepan Ayahnya guna meminta maaf.

"Maafkan saya karena lancang mendengar pembicaraan antara Tuan dan Tuan Muda tetapi saya mohon sekiranya Tuan mengizinkan saya untuk berbicara dengan Tuan Muda."

"Kau tidak perlu memaksakan diri mu sendiri, Jeongyeon. Aku tahu pasti sulit untukmu merawat dan memperhatikan bocah itu. Kau boleh berhenti menjadi bodyguard pribadi untuk nya, aku akan mencarikan posisi yang lebih baik untuk mu dikantor milik ku," Park Nam Gi menghela nafas berat. Beradu mulut dengan Jimin —putranya— hanya membuat dirinya semakin letih.

Namun didepan sana Jeongyeon menggeleng, dia menegakkan tubuhnya lantas tersenyum ke arah Park Nam Gi. Kembali memberi hormat sebelum menjawab pertanyaan Tuan Besarnya kepada dirinya ini.

"Terimakasih untuk semua kerendahan hati dan kebaikan Tuan kepada saya, tetapi saya tidak akan melepaskan pekerjaan ini sampai Tuan Muda tidak membutuhkan saya lagi. Saya menyukai pekerjaan saya, Tuan. Tuan tidak perlu mengkhawatirkan keadaan saya, saya akan terus memperhatikan Tuan Muda sekuat tenaga," Jawaban Jeongyeon membuat Park Nam Gi terdiam.

Dia mengulas senyum ke arah bawahannya itu sembari mengangguk paham lantas meninggalkan keduanya, dirinya harus menghadiri meeting penting pagi ini jadi dia menyerahkan Jimin kepada Jeongyeon.

"Tuan Muda, wajah Tuan—"

"Berhenti mengasihani ku, kau bisa pergi sekarang."

"Tuan.."

"Pergi, lakukan semua yang ingin kau lakukan. Aku memberikan izin kepadamu untuk berlibur atau semacamnya, tinggalkan aku. Toh, mulai hari ini aku tidak akan pergi ke sekolah jadi kau tidak perlu lagi mengantarkan ku."

Your EcstasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang