Pagi ini Jeongyeon nampak memastikan sekali lagi mobil yang akan membawa dirinya dan tuan mudanya ini tanpa kendala, seperti ban bocor atau semacamnya karena Jimin belum kunjung keluar dari dalam rumah. Dengan sabar, gadis itu tetap menunggu tuan mudanya keluar rumah guna menyapa dia dipagi hari seperti biasa.
"Selamat pagi, Tuan Muda. Tuan tampak tidak bersemangat, apa Tuan tidur terlalu larut malam tadi?"
Jeongyeon yang melihat Jimin beberapa kali menguap mengernyitkan kening heran, pasalnya meski wajah Jimin selalu masam dipagi hari tetapi pemuda itu tidak pernah terlihat seperti kekurangan tidur. Jimin yang berjalan sembari membungkukan tubuhnya dengan malas kini mendongak dan tersenyum manis melihat Jeongyeon didepannya.
"Pagi!" Balas Jimin singkat lantas kembali menguap dan masuk ke dalam mobil sedangkan Jeongyeon justru sibuk berpikir dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Seorang Park Jimin tersenyum? Kepadanya? Selama nyaris dua tahun bekerja dibawah caci maki Jimin, baru pagi ini dia melihat Jimin dengan senang hati melemparkan senyuman. Biasanya Jimin akan bersumpah serapah jika diperintahkan Ayahnya untuk berperilaku sedikit baik kepada Jeongyeon. Saking enggan nya.
"Kau mau mengantarkan ku atau berdiri disana seharian?" Jimin mengucek kedua manik sabitnya sembari melongokkan kepalanya dari balik kaca mobil. Hal itu membuat Jeongyeon kembali kepada kesadarannya setelah sebelumnya gadis itu melamun.
"Ah, maaf, Tuan Muda." Jeongyeon cepat-cepat menuju kursi kemudi sebelum suasana hati Jimin memburuk.
Disepanjang jalan, Jeongyeon melirik Jimin yang tengah menutup maniknya dikursi belakang melewati cermin yang terletak diatasnya. Jeongyeon tersenyum, bagaimanapun tingkah Jimin kepadanya selama ini, pemuda itu tetaplah remaja seperti yang lainnya. Kini Jimin tampak tertidur dibelakang sana lantas terbangun saat dirasa ada goncangan kecil, setelahnya dia tertidur lagi. Melihatnya saja membuat Jeongyeon ingin selalu tersenyum.
"Mengapa kau terus menatapku seperti itu?" Lirih Jimin sembari meregangkan tubuhnya. Agaknya dia tidak nyaman memejamkan maniknya barang sebentar saja dimobil. Buru-buru Jeongyeon merubah arah pandangannya setelah Jimin berkata demikian.
"Maaf Tuan jika saya mengganggu Tuan Muda, hanya saja saya penasaran. Jika diizinkan saya ingin bertanya sesuatu kepada Tuan Muda,"
"Hm, tanyakan saja,"
"Apa ada hal baik yang terjadi akhir-akhir ini sehingga Tuan Muda tampak senang pagi ini?" Jeongyeon kembali melirik Jimin dibelakang sana.
Pemuda itu tampak menatap keluar jendela sehingga tidak sadar jika kini Jeongyeon lagi-lagi tengah menatap nya. Manik Jeongyeon menangkap seulas senyum tipis terbersit diranum Jimin, hanya beberapa detik, tetapi Jeongyeon dapat dengan jelas melihatnya.
"Tidak ada, semuanya tetap sama. Seperti biasanya, Jeongyeon."
"Eh?"
Tunggu.. Jimin baru saja memanggil nya bukan? Memanggil Jeongyeon dengan namanya?
"Ada yang salah?"
Jimin kembali menatap lurus ke depan dengan wajah datarnya, tidak lagi memandang keluar jendela. Jeongyeon menggeleng sembari mengatakan tidak ada apa-apa dengan senyum kaku. Dia memang berbohong, tidak mungkin tidak ada apa-apa setelah dengan jelas rungu Jeongyeon menangkap bagaimana Jimin menyebutkan namanya.. lagi.
— ▪ —
"Sepertinya sekolah hari ini hanya sampai siang hari, jadi tunggu aku ya,"
"Baik Tuan Muda, saya akan menunggu Tuan Muda di cafe dekat sana. Saya harap Tuan Muda lekas menemui saya setelah jam sekolah berakhir," Jeongyeon menunduk sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Ecstasy
Fanfiction[Warn : Usia karakter di dalam cerita ini tidak menyesuaikan usia mereka di kehidupan nyata, pengubahan usia karakter disesuaikan dengan alur cerita.] Highest rank #7 in Jeongmin - 23/05/21 ▪ "Kau hanya bodyguard ku jadi berhenti mengurusi hidupku,"...