Kantor polisi terasa lenggang di pukul 8.00 PM, hanya tersisa polisi-polisi yang bekerja di sip malam. Kali ini Umji menjadi salah satunya, dikarenakan Ketua sedang menjalani rapat di lantai atas sedangkan Umji bersiap menyusun laporan yang menjadi hasil dari rapat nantinya melalu informasi dari sang Ketua.
Sudah terasa jenuh Umji memutar-mutar duduknya sambil memperhatikan sekitar, dia dapat melihat 3 kepala yang memakai earphone di ruang unit panggilan darurat 911 pada ruangan di seberangnya. Lalu 1 polisi bertugas di bagian resepsionis, dan 2 polisi lainnya sedang di meja tugas masing-masing.
Karena sudah merasa sangat bosan, Umji pun bangkit memilih untuk berkeliling kantor mencari seseorang sekiranya dapat mengajaknya bercerita. Meski hanya bergosip menceritakan atasan mereka. Karena ini adalah kantor polisi pusat maka pelayanan pun di buka 24 jam penuh, bahkan gedungnya pun mencakup banyak fasilitas mulai dari kantin, ruang kerja, sel penjara sementara, ruang latihan, ruang interogasi, ruang rapat dan banyak ruang penting lainnya.
"Jungkook masih di kantor tidak ya?" racau Umji sambil melirik ruang latihan.
Ruang latihan terbagi 2, ruang latihan fisik dan latihan senjata. Umji lebih memilih ruang latihan senjata sebagai persinggahan sementara, saat ia mengintip sepertinya ada seseorang yang sedang berlatih.
Karena tertarik pada ruangannya Umji pun memasuki bilik di mana tersedia peralatan-peralatan latihan. Tangannya terjulur menyentuh pistol-pistol latihan yang sedang tersusun rapi, membelainya serta mengamati setiap bentuk pistol dengan moncong besar itu.
"Mau coba?" Umji terkejut dan hampir menjatuhkan pistol ditangannya akibat suara seseorang yang tiba-tiba ada di belakangnya.
"Petugas Hope!" Panggil umji kencang karena kesal di kejutkan, yang diteriaki justru tertawa dan melepas kacamata pelindungnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya pria yang berbeda 2 tahun darinya itu.
"Hanya melihat-lihat" jawab umji sambil memperhatikan pistolnya kembali.
"Tumben sekali sampai malam di kantor, biasanya kau bersemangat sekali pulang" Ejek petugas Hope.
"Ketua masih rapat" Hope hanya mengangguk.
"Kalau sudah disini kenapa tidak mencobanya?" Tanya Hope sambil memperhatikan tangan umji yang masih memegang pistol.
"Memangnya boleh pegawai seperti ku memakai ruang latihan? Bukannya hanya petugas lapangan saja yang boleh" Tanya umji seakan tak yakin.
"Sudah lakukan saja, aku tau kau merindukan keahlian lama mu" tawar hope dan mengambil kacamata serta penutup telinga lalu mendorong umji ke arena latihan tembak.
"Eh eh.. jika ada yang mengadu aku akan menyalahkan senior yaa" ancam Umji tapi tidak di gubris oleh Hope.
"Lakukan saja" perintah Hope.
Diatas wajah tidak pedulinya sebenarnya Umji begitu senang dengan tawaran petugas Hope. Umji mulai memakai penutup telinga dan kacamata pelindung, lalu bersiap menembakkan timah panas di patung-patung sasaran yang berjarak 5 meter didepannya. Dengan yakin umji pun mulai menarik pelatuknya, maka terdengarlah suara bising dari sana.
Tak lama waktu berlalu, umji meloloskan 8 peluru yang tejerembab di organ vital manusia yang di peragakan oleh patung naas tersebut. Hope yang memperhatikan menganggukkan kepalanya takjub akan skill umji yang tak berkurang sejak ia mengenalnya.
Saat di sekolah kepolisian dulu, umji memang terkenal karena memiliki keahlian jitu pada senjata yang membutuhkan pengamatan dan ketepatan sasaran. Itu sebabnya nama Umji tertulis sebagai pemegang rekor penembak jitu selama dia di sekolah, dan rekor itu tergantikan 1 tahun setelah kelulusannya.