Seketika Dimas tertegun. Dia sama sekali tidak menyangka rasa penasarannya justru membuat Cheryl menangis. Dengan penuh penyesalan lelaki itu berkata, "Maaf telah memaksamu untuk mengingat masa lalu. Jika kamu keberatan untuk bercerita, tidak apa-apa."
Hembusan angin malam dan gemericik api unggun menemani kesunyian yang datang tiba-tiba. Baik Dimas maupun Elina hanya diam, menunggu Cheryl yang masih terisak agar lebih tenang.
Beberapa saat kemudian Cheryl berhenti menangis. Untuk mencairkan suasana, Elina melempar senyum ke arah Dimas dan bertanya, "Oh iya, Dimas. Bagaimana kehidupan di dunia asalmu?"
"Uh. Ummm. Aku ... aku sehari-hari bekerja sebagai pelayan di restoran milik kerabat Ayah," jawab lelaki itu canggung.
Elina tersenyum antusias dan berucap, "Wah. Aku kira kamu seorang petualang juga seperti kami."
Dimas tertawa canggung lalu berkata, "Mana mungkin. Aku tidak punya cukup uang untuk bertualang ke seluruh dunia."
"Apa maksudmu?" tanya Cheryl angkat bicara.
Dimas menjelaskan di Bumi tidak ada monster, jadi petualang tidak diperlukan di sana. Lelaki itu beranggapan bahwa pekerjaan itu hanya untuk berwisata saja, tanpa harus bertarung maupun menyelesaikan misi apapun.
"Jadi di dunia asalmu damai, ya? Enaknya," ucap Elina.
"Y-Yah. Be-begitulah," kata Dimas sambil menggaruk kepala.
Tiba-tiba Dimas terdiam karena memikirkan sesuatu: Dia sangat membutuhkan pekerjaan di dunia barunya. Tetapi Elina melempar sebuah pertanyaan, membuat lelaki itu tersadar dari lamunannya. "Oh iya. Ngomong-ngomong, kamu akan pergi ke mana nanti?"
"Entahlah. Aku sendiri tidak tahu," jawabnya lemas. Dimas menatap Cheryl dan Elina bergantian dan bertanya, "Jika berkenan, apa boleh aku ikut menjadi petualang seperti kalian?"
"Hah, apa kau yakin? Menjadi petualang bukanlah pekerjaan yang aman," ujar Cheryl.
"Itu benar, Dimas. Terkadang dalam menjalankan misi, kami harus bertarung melawan monster atau hewan liar," tambah Elina.
Dimas seketika diam dan menunduk. Tidak dipungkiri betapa banyak bahaya yang mengancam jika dia menjadi seorang petualang nanti. Entah itu monster yang sangat kuat, hewan buas yang sangat mengerikan, atau hal buruk yang lainnya.
Pria Bumi itu langsung mengambil liontin kristal keemasan berbentuk layang-layang terbalik di dadanya. Ia menghela napas lalu bergumam, "Meski begitu aku ingin mencari tahu alasan untuk apa dipanggil ke dunia ini?"
Keheningan kembali menyeruak. Kedua gadis tersebut diam dan berpikir untuk sejenak. Karena sempat melihat Kristal Suci di dada Dimas, Elina akhirnya angkat bicara. "Kalau begitu, kenapa tidak ikut bersama kami ke Bavilés saja? Di sana kami memuja Dewi Nadella, sang penjaga Kristal Suci."
"Eh, benarkah?" tanya balik Dimas tak percaya.
Elina tersenyum dan mengangguk pelan. "Kalau kamu berdoa pada-Nya, aku yakin Ia punya jawabannya. "
"Ah. Mungkin kamu benar juga," ucap Dimas.
Tak lama kemudian suara lolongan serigala terdengar dari kejauhan. Dua gadis petualang itu langsung berlari menuju tenda untuk mengambil senjata yang tertinggal di dalam. Sedangkan Dimas yang tidak memiliki persenjataan apapun refleks mencabut salah satu kayu bakar yang masih menyala.
Benar saja. Empat ekor serigala muncul dari balik semak-semak. Mulut mereka terbuka, menampakkan deretan gigi taring yang berlumuran air liur. Mau tidak mau Dimas beserta dua gadis yang berada di belakang bersiap untuk bertarung.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Cancelled) Utusan Kristal Suci
Fantasy"Di manakah ini? Apa aku sudah mati?" Setelah membuka mata, Dimas Santoso, pria 28 tahun dari Bumi, mendapati dirinya telah pindah ke sebuah dunia lain bernama Eoggavar. Menurut pengakuan Elina dan Cheryl, gadis petualang yang pertama ia temui, lela...