Bab 011: Kedamaian Sebelum Badai

23 5 11
                                    

Seusai makan siang Dimas dan Elina berkeliling di sekitar Bavilés. Dua insan tersebut berjalan beriringan di tengah padatnya jalan utama. Mereka pun akhirnya memasuki sebuah toko aksesoris yang berjarak seratus meter dari Howell's Smithy.

Suara gemerincing bel terdengar saat Elina membuka pintu, seakan terbiasa dengan toko milik orang tuanya. Di depan meja kasir terhampar karpet biru, dan sekitarnya terdapat jejeran perhiasan berupa kalung permata dan gelang. Harga yang ditawarkan cukup beragam, mulai dari beberapa keping perunggu bahkan hingga mencapai koin emas tersedia di sana.

"Selamat datang, nona Elina. Apa kamu ingin melihat-lihat dulu?" sapa wanita berusia sekitar 40 tahunan dari balik meja kasir, yang merupakan pemilik toko perhiasan.

Elina mengangguk pelan dan tersenyum. "Iya, Bu. Aku ingin melihat barang baru."

Pemilik toko hanya tertawa lepas sambil menggeleng-geleng. "Kamu ini, selalu saja begitu. Silakan lihat-lihat dulu."

Elina tersenyum singkat lalu berjalan mengelilingi toko, dengan Dimas yang setia mengekor di belakangnya. Sayangnya, aksesoris yang dijual tidak ada yang menarik minat gadis penyembuh tersebut. Ia hanya cemberut dan sedikit menggerutu.

"Umm, ba-bagaimana kalau yang ini? Se-sepertinya kelihatan bagus," ucap Dimas sembari menunjuk sebuah kalung permata berwarna kuning.

"Eh, hmm, aku kurang begitu suka," jawab Elina lalu menggembungkan pipinya.

Dimas berusaha mengeluarkan kalung Kristal Suci dari balik pakaian, meski harus bersusah payah karena kerah yang mencekik lehernya. "Coba lihat. Bukankah warnanya hampir sama?"

Wajah Elina seketika merah padam. "E-ehh? Ja-jadi kamu mau aku memakai kalung yang sama denganmu?"

Wajah Dimas pun ikut memerah. Dia sama sekali tidak berpikir bahwa jika saja Elina membeli aksesori tersebut, ia akan memakai kalung yang sepasang dengannya.

Pria tersebut mengalihkan pandangan ke kanan seraya menggaruk kepala. "Eh, umm ... Ji-jika kamu tidak suka, ti-tidak masalah..."

Tanpa diduga Elina mengambil kalung permata kuning itu dan berjalan meninggalkan Dimas, meski dengan wajah yang sepenuhnya merah padam. Lelaki itu langsung menyembunyikan Kristal Suci di balik pakaiannya dan menyusul gadis yang bersama dengannya.

Rupanya Elina langsung membayar kalung yang telah direkomendasikan oleh Dimas sebelumnya. Namun pemilik toko merasa penasaran apa yang membuat gadis penyembuh itu menjadi seperti ini. Sayang, dia lebih memilih untuk bungkam.

Elina langsung memakai kalung yang ia beli, lalu pergi tanpa banyak basa-basi. Dimas yang melihat gelagat aneh perempuan berambut pirang itu langsung mengejarnya.

"Elina, tunggu dulu. Kenapa kamu bersikap seperti itu?"

Seketika Elina menghentikan langkah dan menutupi wajahnya yang masih merah. Secara tidak disangka ia pun menangis terisak, hingga mencuri perhatian orang yang kebetulan melintas.

Seketika Dimas dirundung perasaan bersalah. Ia menganggap apa yang dilakukannya justru menyakiti hati Elina. Pemuda berambut hitam itu menunduk karena tidak mampu menatap wajah gadis yang bersama dengannya. "A-aku benar-benar minta maaf. Aku ... aku tidak bermaksud menyakitimu."

Beberapa saat kemudian Elina menyeka air mata yang masih menetes. Ia tersenyum kecil seraya berkata, "Tidak apa-apa, Dimas, ini bukan salahmu."

Setelah agak tenang Elina memberitahu bahwa ia menangis karena terharu. Sepeninggal Samuel, gadis itu tidak mendapat kasih sayang dari pria lain. Ia juga berterimakasih pada Dimas yang sudah menghibur perasaannya.

(Cancelled) Utusan Kristal SuciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang