Diky dan Dimas kembali meneruskan perjalanannya. Mereka menyusuri penjara bawah tanah yang jauh lebih gelap dan juga pengap. Satu-satunya penerangan hanyalah obor yang dibawa oleh Diky, tetapi masih belum cukup untuk menerangi jalan yang ada di hadapannya. Namun, semua itu tak menghentikan kedua Utusan Suci tersebut untuk mencari tawanan yang masih hidup.
Sayangnya, Diky dan Dimas hanya mendapati ruangan-ruangan sel yang kosong tak berpenghuni. Dimas yang merasa khawatir bertanya, "Hei. Apa kamu yakin ada tawanan yang masih hidup?"
Diky seketika berhenti melangkah, begitu pula dengan Dimas. Meski sempat merasa khawatir, Diky menghela napas dalam-dalam untuk menyingkirkan emosi negatif dalam benaknya. "Kamu kenapa, Diky? Apa mungkin kamu mau istirahat dulu?" tanya Dimas yang kini lebih mengkhawatirkan keadaan sahabatnya itu.
"Aku tidak yakin jika masih ada tawanan yang masih hidup. Tapi, apa salahnya jika kita terus coba cari mereka," jawab Diky sembari berusaha untuk tetap tegar.
"Hmm. Aku rasa kamu benar juga," kata Dimas.
Diky meminta Dimas untuk kembali meneruskan perjalanan. Setelah cukup jauh melangkah, mereka melihat lima orang wanita yang sedang dikurung dalam sel. Dua lelaki tersebut bergegas memeriksa keadaan para tawanan, meski terlihat dalam keadaan cukup mengkhawatirkan. Para wanita tersebut tampak hanya terduduk di lantai batu, tanpa sehelai benang pun di tubuhnya. Tidak hanya itu saja, ekspresi mereka terlihat kosong seperti sedang mengalami trauma yang sangat berat.
Ketika sedang memeriksa satu demi satu tahanan, Diky seketika tertegun tak percaya. Ternyata salah satu dari mereka adalah putri Wali Kota Nagona, orang yang pernah eks Kesatria Kegelapan itu bunuh sebelumnya.
"Hei. Kamu kenapa, Diky?" tanya Dimas keheranan setelah melihat perubahan ekspresi sahabat masa kecilnya.
Diky hanya menggeleng lemah. Ia merasa lebih baik jika menyembunyikan apa yang dirasakannya saat ini. Namun, Dimas justru semakin penasaran karena sahabat masa kecilnya itu hanya diam. "Apa kamu benar-benar baik-baik saja?"
Diky menghela napas panjang dan menjawab, "Tenang saja. Aku tidak apa-apa."
Setelah mendengar suara Diky, seketika putri Wali Kota Nagona tersentak. Ia menoleh ke arah lelaki itu dengan tatapan penuh amarah dan langsung menunjuknya. "Kau! Kau yang membunuh Ayahku!"
Sontak Dimas terkejut bukan main. Ia menoleh ke arah putri Wali Kota Nagona lalu bertanya, "Hah? Apa kamu kenal Diky?"
"Tentu saja! Dia adalah Kesatria Kegelapan yang membunuh Ayahku!"
Diky hanya bungkam dan menunduk lesu karena apa yang disembunyikan olehnya kini telah terungkap. Putri Wali Kota kembali menunjuk lelaki tersebut dan bertanya dengan penuh amarah. "Apa maumu ke sini, hah?! Apa kau mau tertawa setelah semua pengalaman pahit yang aku alami karenamu?!"
"Tenanglah. Kami hanya ingin menolong," ucap Dimas mencoba menenangkan keadaan.
Putri Wali Kota langsung mengalihkan pandangannya ke arah Dimas, lalu melempar seringaian bernada sinis. "Kau ada di pihak pembunuh itu, ya? Pergilah, aku tidak butuh simpati dari kalian!"
Diky menarik napas dalam dan berkata, "Aku tahu kalau itu salah. Tapi, aku terpaksa melakukannya."
Dengan amarah yang masih membara, Putri Wali Kota berkacak pinggang lalu berujar pada Diky. "Terpaksa katamu?! Omong kosong!"
Merasa situasi makin panas, Dimas memutuskan untuk menenangkan gadis itu. "Sudahlah. Tenangkan dirimu dulu."
Putri Wali Kota langsung menoleh ke arah Dimas dan menghardiknya, "Diam! Aku tidak bicara denganmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Cancelled) Utusan Kristal Suci
Fantasy"Di manakah ini? Apa aku sudah mati?" Setelah membuka mata, Dimas Santoso, pria 28 tahun dari Bumi, mendapati dirinya telah pindah ke sebuah dunia lain bernama Eoggavar. Menurut pengakuan Elina dan Cheryl, gadis petualang yang pertama ia temui, lela...