Baru saja tiba di Baviles, Cecilia mendapat laporan bahwa Diky telah menunggu di Serikat Petualang. Tak mau berlama-lama, Komandan Kekaisaran wanita itu bergegas menuju ke sana. Ia seketika terkejut melihat banyak orang berkumpul di depan gedung Serikat Petualang.
Tanpa banyak basa-basi, Cecilia memerintahkan orang-orang agar memberi jalan untuk dapat menerobos kerumunan. Ia mendapati Agnar masih terkapar tak berdaya di tanah, sedangkan Diky hanya berdiri berkacak pinggang sembari terus mengatur napasnya yang masih tersenggal.
“Hentikan pertarungan ini! Kalian sudah mengganggu ketertiban di Baviles!” ujar Cecilia tegas.
Menyadari kehadiran Cecilia, Diky menoleh ke arahnya. Pria itu menunjuk Agnar dengan ibu jari dan berkata datar. “Dia duluan yang menantangku. Jadi, itu bukan salahku.”
“Aku tidak tanya siapa yang benar atau siapa yang salah. Kalau kalian mau bertarung, lakukan di lapangan depan istana!” ujar Cecilia kesal kepada Diky.
Merasa pendapatnya tak dihargai membuat Diky ikut kesal. Namun, ia hanya bisa berdecak untuk meredakan kekesalan dalam hatinya. Lelaki itu tahu persis jika dia tak mampu meredam amarahnya, pasti Cecilia akan salah paham sehingga memicu perdebatan seperti beberapa waktu lalu. Diky hanya terdiam tanpa kata dan terus mengatur napasnya yang perlahan mulai membaik.
Sementara itu Cecilia mengalihkan perhatiannya kepada beberapa petualang yang berada di dekat Agnar, lalu berkata dengan nada dan ekspresi serius. “Kalian bawa dia pergi lalu bubarkan semua orang yang ada di sini.”
n baru
Tak mau membantah, para petualang tersebut membantu Agnar untuk bangkit lalu membawanya masuk ke dalam gedung Serikat Petualang. Sebagian dari petualang itu meminta orang-orang yang masih berada di sekitar untuk membubarkan diri. Seakan segan dengan perintah dari Komandan wanita tersebut, para penduduk dan petualang yang sedari tadi menyaksikan pertarungan langsung pergi.
Merasa keadaan sedikit tenang, Cecilia menoleh ke arah Diky lalu bertanya, “Aku dengar dari prajurit penjaga gerbang, ada yang mau kau katakan padaku. Katakanlah.”
“Aku hanya ingin bilang, kita lanjutkan pencarian korban di Menara Persembahan besok pagi.”
“Cih! Kukira kau mau bicara apa! Tentu saja, kau harus bertanggungjawab dengan semua perbuatanmu!” ujar Cecilia ketus.
Diky hanya bungkam, sementara hatinya terbakar hebat oleh amarah sesaat. “Jadi, apa ada lagi yang mau kau bicarakan?” tanya Cecilia memecah keheningan.
Diky menggeleng lalu menjawab, “Sepertinya itu sudah cukup.”
“Baiklah. Aku pergi dulu, masih ada pekerjaan lain yang harus aku selesaikan,” ujar Cecilia lalu berbalik badan. Tanpa banyak basa-basi, ia melangkahkan kakinya meninggalkan Diky seorang diri.
Diky hanya menatap tajam kepergian Cecilia dengan tajam. Lelaki itu pun bergumam pelan untuk melampiaskan kekesalan dalam hatinya. “Dasar wanita arogan! Selalu saja egois dan tak mau mendengarkan perkataanku!”
***
Beralih ke Dimas. Penasaran dengan apa yang terjadi, ia memutuskan keluar dari gedung Serikat Petualang untuk memeriksa keadaan. Ia melihat Diky yang masih bergeming dari tempatnya berdiri dan langsung menghampiri. “Hei, Diky. Apa kamu baik-baik saja?” tanya Dimas sedikit khawatir.
Diky hanya menjawab dengan anggukan lemah, tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Tak banyak basa-basi, ia melangkahkan kakinya lalu memasuki bangunan Serikat Petualang. Merasa diabaikan oleh sahabatnya itu, Dimas hanya menghela napas panjang dan menggeleng lemah. Ia sangat yakin bahwa saat ini Diky merasa sangat marah, sampai-sampai bereaksi seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Cancelled) Utusan Kristal Suci
Fantasy"Di manakah ini? Apa aku sudah mati?" Setelah membuka mata, Dimas Santoso, pria 28 tahun dari Bumi, mendapati dirinya telah pindah ke sebuah dunia lain bernama Eoggavar. Menurut pengakuan Elina dan Cheryl, gadis petualang yang pertama ia temui, lela...