Bab 029: Reuni

4 0 0
                                    

Langit malam menyelimuti seisi kota Nagona yang telah mati. Diky, Dimas dan Elina tampak berjalan menyusuri jalanan yang penuh dengan mayat yang bergelimpangan. Sedari sore tadi, Cheryl sama sekali tidak menampakkan dirinya. Tak pelak Dimas dan Elina merasa khawatir jika ada sesuatu yang buruk menimpa gadis pemburu itu.

Dimas dan kawan-kawan terus berjalan ke arah selatan, tempat gerbang utama berada. Namun, mereka sama sekali tidak menemukan keberadaan Cheryl. Hanya puluhan jasad yang bergelimpangan menghiasi sekitar tiga orang tersebut.

"Bagaimana ini? Aku takut jika ada apa-apa pada Cheryl," gumam Elina khawatir.

Diky mengusulkan untuk berpencar. Ia seorang diri akan menelusuri bagian timur, sedangkan Dimas dan Elina ke sebelah barat. Setelah mereka berpisah, Diky terus berjalan menyusuri Nagona yang telah mati. Tak pelak penyesalan akan serangan pagi tadi terus menghantui batin lelaki itu. Namun, ia terpaksa menuruti perintah Farus untuk mengelabuinya saja. Meski pada akhirnya Sang Penguasa Kegelapan tersebut kini sudah mengetahui semua tipu muslihat Diky.

Setelah berjalan cukup jauh, Diky sama sekali tidak menemukan keberadaan Cheryl. Hanya mayat yang bergelimpangan di sana-sini tersaji di hadapan lelaki itu. Ia memutuskan untuk mengaktifkan sihir mirip seperti sebuah radar, yang mampu melacak keadaan sekitar dalam radius dua puluh meter, kemudian kembali menyusuri seisi kota. Merasa tidak ada orang yang masih hidup di sekitar tenggara, Diky pun mengalihkan fokus pencariannya ke utara.

Diky berjalan lambat untuk memeriksa keadaan dengan penuh kehati-hatian. Tak berselang lama, sihirnya melacak keberadaan sesosok manusia yang masih hidup di sebelah timur laut dari tempat ia berdiri. Lelaki itu bergegas menuju ke arah yang dituju, lalu menemukan sebuah rumah yang tampak kosong berdiri di sana. Radar sihir yang digunakan masih menunjukkan hal yang sama, membuat Diky bergegas masuk untuk memeriksa ke dalam.

Benar saja, Diky mendapati Cheryl sedang terlelap di sudut ruangan. "Hei, bangunlah. Kau membuat Dimas dan Elina khawatir saja," ujar Diky seraya menggoyangkan tubuh gadis itu.

Secara perlahan Cheryl mulai terbangun. Meski samar, ia dapat melihat keberadaan Diky di hadapannya. Amarah yang seketika menyelimuti gadis itu membuatnya berujar dengan lantang. "Kau! Apa maumu, hah?!"

Diky refleks bangkit dan berjalan mundur, seraya mengangkat kedua tangannya ke depan. "Tenang saja, aku tidak bermaksud buruk. Aku hanya mencarimu saja."

Cheryl seketika berdiri lalu menyunggingkan bibirnya, seakan melempar senyuman bernada sinis. Ia menunjuk Diky lalu berujar,  "Kau pikir aku akan percaya dengan omonganmu, hah?! Berhenti berpura-pura, dasar pengkhianat!"

Diky hanya memejamkan mata lalu menghela napas panjang. "Aku tahu kau masih marah padaku. Tapi, Dimas dan Elina mengkhawatirkan keadaanmu," katanya seraya membuka mata dan memberi tatapan tanpa ekspresi.

Sontak Cheryl menampar Diky sekuat tenaga lalu berjalan menjauh. "Jangan banyak alasan! Menjauhlah dariku!"

Diky hanya mengusap pipi bekas tamparan seraya meringis pelan menahan sakit. Lelaki itu akhirnya memberi tatapan tajam, karena amarahnya mulai terpancing. "Asal tahu saja, sekarang aku sudah tidak lagi menjadi Ksatria Kegelapan!"

Cheryl hanya berdecak pinggang seraya tertawa mengejek. "Kau pikir aku akan percaya begitu saja?! Maaf saja, tapi omongan dari seorang pengkhianat adalah omong kosong bagiku!"

Diky hanya memalingkan wajah lalu berkata, "Lebih baik kau temui saja Dimas dan Elina di bagian barat. Mereka khawatir padamu."

Cheryl hanya berlalu tanpa kata, meninggalkan Diky sendirian di tengah ruangan yang hanya diterangi cahaya bulan. Rupanya keraguan lelaki tersebut benar adanya. Ia sangat yakin, bahwa Dimas beserta dua rekan wanitanya masih menaruh kecurigaan kepada mantan Ksatria Kegelapan itu. Dia hanya berdiri membisu, menatap dinding sekitar ruangan yang sedikit remang.

(Cancelled) Utusan Kristal SuciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang