Agar tidak membuang waktu, Diky meminta Dimas agar segera masuk. Di dalam ruang persembahan, keduanya mendapati puluhan meja berbaris rapi dengan masing-masing berisi seorang wanita terbujur kaku dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Selain tak mengenakan busana sama sekali, mereka terikat dengan kedua tangan terentang ke samping. Tak hanya sampai di situ saja, di kedua pergelangan tangan para wanita malang tersebut terdapat aliran darah yang telah mengering dari luka bekas sayatan. Ternyata setelah diperiksa lebih lanjut, mereka semua telah tewas akibat kehabisan darah.
“Uhh. Benar-benar kejam sekali,” gumam Dimas sembari bergidik ngeri.
Diky hanya bungkam melihat keadaan di sekitarnya. Lelaki itu sama sekali tidak menyangka, apa yang ia lakukan selama menjadi Kesatria Kegelapan ternyata berujung pada kematian para wanita yang tidak berdosa. Dalam hati Diky terus menyalahkan diri sendiri, yang telah membiarkannya terjatuh dalam kegelapan dalam waktu yang lama.
Dimas tak sengaja melirik ke arah Diky, yang hanya diam dengan ekspresi wajah penuh penyesalan. “Kamu kenapa, Diky? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Dimas khawatir.
Diky hanya menggeleng lemah dan menjawab, “Lebih baik kita bicarakan lain kali saja. Sekarang kita harus mencari Tuan Putri.”
Dimas hanya mengangguk mengiyakan, meski kekhawatiran dalam hatinya masih belum mereda. Ia dan Diky berjalan ke depan sambil mengabaikan keadaan di sekitarnya. Tak lama berselang, mereka mendapati Beatrice yang terbaring tak sadarkan diri di atas sebuah altar dengan kedua tangan terentang ke samping. Kedua lelaki tersebut bergegas menghampiri sang Putri untuk memeriksa keadaannya.
Diky dan Dimas langsung menarik napas lega. Mereka sama sekali tak menemukan luka maupun bekas kekerasan lainnya pada tubuh sang Putri. Ia terlihat masih bernapas, meski agak lemah karena efek sihir tidur dari Lynnorin.
Tiba-tiba terdengar suara dari seorang wanita bergema memenuhi seisi ruangan. “Akhirnya datang juga. Aku sudah bosan menunggu kalian sejak tadi.”
Diky dan Dimas seketika tertegun lalu menoleh ke arah sumber suara barusan. Tak jauh dari mereka tampak sebuah kepulan asap hitam mengepul lalu memunculkan sesosok wanita dengan pakaian terbuka, lengkap dengan sepasang sayap di punggung dan juga ekor. Dia adalah Lynnorin, succubus yang juga salah satu dari Empat Jenderal Kegelapan.
“Sudah kuduga, semua ini pasti ulahmu!” ujar Diky kesal.
Lynnorin sejenak berlagak seperti ketakutan, lalu tertawa mengejek. “Ooh, jangan marah begitu. Kenapa kau selalu saja bersikap kasar padaku?” katanya dengan senyum menggoda.
Diky yang masih terbakar amarah langsung mencabut pedang di pinggangnya dan berujar, “Aku tidak sudi dengan iblis j*l*ng sepertimu!”
Melihat reaksi sahabatnya itu, Dimas langsung menyiapkan tombak yang melingkar di punggungnya. Namun sayang, ia dan Diky hanya berdiri mematung meski sudah siap untuk bertarung. Rupanya dalam sekejap mereka merasa tubuhnya sangat kaku sehingga sama sekali tak mampu digerakkan. Beruntung, hanya kedua mata dan mulutnya saja yang tidak terkena dampak sehingga masih bisa berkomunikasi satu sama lain.
“Diky… Apa kamu juga tak bisa bergerak?” tanya Dimas seraya melirik sahabatnya itu.
Amarah kembali memenuhi emosi Diky. Ia tahu persis apa yang ia dan Dimas alami merupakan serangan magis dari Lynnorin. “Sialan kau! Hentikan sihirmu yang pengecut ini!”
Kali ini Lynnorin tertawa dengan keras, bahkan hingga bergema memenuhi seisi ruangan. Tak berselang lama, ia mengeluarkan senjatanya berupa dua pedang kembar melengkung, penuh dengan aura hitam pekat yang menyelimutinya. Iblis wanita itu menyeringai lebar dan berkata, “Nah, saatnya kita mulai pertunjukan ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
(Cancelled) Utusan Kristal Suci
Fantasy"Di manakah ini? Apa aku sudah mati?" Setelah membuka mata, Dimas Santoso, pria 28 tahun dari Bumi, mendapati dirinya telah pindah ke sebuah dunia lain bernama Eoggavar. Menurut pengakuan Elina dan Cheryl, gadis petualang yang pertama ia temui, lela...