Bab 031: Kekacauan Lain di Ibu Kota

6 0 0
                                    

Diky hanya bisa berdiri pasrah karena tangan dan tubuhnya terikat kuat ke tiang pancang. Tak berselang lama, puluhan rakyat mendatangi tempat eksekusi seraya bersorak kegirangan. Mereka sangat senang karena setelah mengetahui Ksatria Kegelapan itu kini sudah tertangkap.

"Bunuh saja Ksatria Kegelapan itu!"

"Benar! Selama ini dia sudah menyebabkan banyak kekacauan di Eoggavar!"

Di saat para warga masih bersorak, Alfonso keluar dari istana didampingi beberapa prajurit yang mengawalnya. Akibatnya, orang-orang yang berkerumun seketika berhenti bersorak dan mengalihkan perhatiannya pada sang Kaisar. "Sabar dulu, Tuan dan Nyonya sekalian. Saya tahu Anda senang melihat keparat ini sudah tertangkap."

Sorak para warga seketika makin riuh terdengar. Mereka pun bertepuk tangan dan sebagian darinya bahkan sampai bersiul gembira. Alfonso melirik Diky sekilas lalu melempar pandangannya ke arah kerumunan. "Bagaimana jika kita siksa dia sebelum dibakar?"

Lagi-lagi sorak riuh para warga terdengar riuh karena setuju akan ajakan dari sang Kaisar. Ia pun meminta rakyatnya untuk mengambil batu dan benda lain untuk dilemparkan ke tubuh Ksatria Kegelapan itu. Dalam beberapa menit saja, orang-orang berpencar dan meninggalkan lapangan sekitar istana.

"Yang Mulia, hentikan kesalahpahaman ini! Saya hanya ingin memperingatkan Anda saja," ujar Diky serius.

Namun, sang Kaisar hanya tersenyum lalu tertawa bernada mengejek. "Kau pikir aku akan percaya padamu, bajingan sialan?! Orang seperi kau memang pantas mati!"

Diky hanya tertegun dan bungkam seketika. Tak berselang lama, orang-orang kembali dengan membawa batu dan kayu. Alfonso tersenyum pada rakyatnya lalu menunjuk ke arah Diky. "Silakan perlakukan bajingan ini sesuka hati kalian!"

Benar saja, penduduk Baviles langsung melemparkan batu dan kayu ke tubuh Diky yang terikat. Ia hanya bisa pasrah karena tak mampu menghindari serangan yang ditujukan kepada dirinya. Bahkan lelaki itu meringis kesakitan setelah batu dari para warga mengenai ulu hatinya. Tidak hanya itu saja, sebuah papan kayu pun mendarat tepat di kening Diky hingga membuatnya berdarah.

Setelah puas melempari tubuh Diky, Alfonso memerintahkan prajuritnya untuk memulai eksekusi pembakaran. Namun dari belakang kerumunan, sebuah portal hitam terbuka dan memunculkan para goblin bersenjata lengkap. Suasana riuh berubah mencekam karena monster tersebut justru menyerang para warga yang berkumpul. Para warga yang tak siap akan serangan dadakan itu langsung berhamburan menyelamatkan diri, meski sebagian dari mereka tewas karena tak mampu melawan.

Alfonso seketika kembali ke istana beserta para pengawalnya, sedangkan prajurit lain bertarung melawan para goblin. Diky hanya pasrah dan menyaksikan semua itu dengan tubuh yang masih terikat. Perlahan penglihatannya mulai kabur, pertanda kesadarannya memudar akibat luka bekas lemparan batu dan kayu. Tak berselang lama, ia pun terkulai tak sadarkan diri di tiang pancang yang membelenggu dirinya.

***

Beralih ke Dimas. Ia terus menatap kosong ke arah kolam buatan di hadapannya. Batin lelaki itu masih berkecamuk karena sahabat masa kecilnya tersebut kini dihadapkan oleh hukuman mati. Satu sisi, Dimas tak bisa berbuat banyak. Ia tahu jika saja dia berusaha membebaskan Diky, dia pasti akan dianggap sebagai pengkhianat di Kekaisaran Henada.

Secara sayup-sayup telinga Dimas menangkap suara napas dua wanita yang terengah-engah mendekati dirinya. Rupanya mereka adalah Elina dan teman wanitanya. Dengan napas yang tersengal-sengal Elina berucap, "Tolong, Dimas.... Para goblin menyerang sekitar istana."

Apa yang didengar Dimas sontak membuat lamunannya buyar seketika. Dia refleks berdiri dan menoleh ke arah wanita yang mendekatinya barusan dengan wajah yang tampak terkejut. "Hah? Be-benarkah?"

(Cancelled) Utusan Kristal SuciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang