Perubahan suasana di Baviles membuat benak Dimas bertanya-tanya. Bagaimana bisa para goblin yang menyerang tiba-tiba menghilang begitu saja bak tertelan bumi? Lelaki itu langsung mengarahkan pandangannya ke arah mayat monster tersebut, beserta jasad para warga yang turut menjadi korban. Dia beranggapan jika semua itu hanya ilusi, mungkin saja penyerangan Baviles sebelumnya tidak terjadi.
"Cih, kenapa mereka bisa menghilang dalam sekejap mata?!" gumam Cheryl kesal.
Dimas hanya menggeleng karena tidak menemukan jawaban yang tepat. "Lebih baik kita periksa keadaan Baviles saja. Bagaimana?" usul lelaki itu.
Baik Cheryl dan Elina setuju. Tiga petualang tersebut lalu melangkahkan kakinya menelusuri ibu kota yang tampak hening. Jalan berbatu tampak lengang disertai sekumpulan mayat para warga dan goblin tersebar di sana-sini. Namun, mereka dikejutkan oleh suara erangan dari seorang prajurit Kekaisaran sekitar dua puluh tahunan, sedang terkapar dengan tubuh penuh luka sayatan di sekujur tubuhnya. "To-tolong. Aku..., nggh..., aku tidak mau mati secepat ini."
Elina refleks menghampiri prajurit malang tersebut dan langsung mengerahkan sihir agar mengobati luka di tubuhnya. Merasa keadaannya sudah membaik, prajurit tak dikenal itu tersenyum dan berucap, "Te-terima kasih banyak. Jika kalian tidak ada, aku pasti sudah mati."
Elina balas tersenyum, meski ia terlihat sedikit kelelahan setelah mengeluarkan tenaga sihir yang cukup besar. "Tidak apa-apa. Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang penyembuh."
Prajurit muda itu berusaha untuk bangkit, namun seketika dihentikan oleh Dimas. "Jangan memaksakan dirimu. Kamu lebih baik istirahat saja."
"Ah, ternyata Anda, Utusan Kristal Suci. Maaf, saya telah merepotkan Anda semua."
Dimas tersenyum dan menggeleng. "Sudahlah. Kamu lebih baik istirahat saja, biar kami yang memeriksa sekitar."
Prajurit tersebut balas tersenyum dan mengiyakan. Kemudian Dimas dan kedua rekan wanitanya pamit dan bergegas memeriksa keadaan sekitar Baviles. Di sepanjang perjalanan, mereka terus mengobati para warga dan juga prajurit lainnya yang selamat dari penyerangan goblin beberapa saat lalu. Tahu akan keadaan Elina yang semakin melemah akibat terus mengeluarkan tenaga sihir, Cheryl memberikan sebotol ramuan penyembuh dan mengusulkan untuk beristirahat sejenak.
"Hei, apa kalian tidak merasa aneh dengan kepergian monster menjijikkan itu?" tanya Cheryl serius.
"Tentu saja. Aku juga tidak habis pikir, bagaimana bisa para goblin bisa pergi dalam sekejap mata?" jawab Dimas keheranan.
Cheryl menempelkan tangan ke dagunya untuk berpikir sejenak. Tak lama kemudian, ia menarik napas panjang dengan raut wajah kecewa. "Hmm, kurasa eks Kesatria Kegelapan itu tahu jawabannya."
Dimas tahu kalau perasaan hati Cheryl sedang memburuk. Lelaki itu mengusulkan untuk mencari Diky, yang mungkin sedang berada di sudut lain Baviles. Meski terlihat sedikit enggan, Cheryl terpaksa menerima usulan tersebut. Melihat reaksi sahabatnya itu membuat Elina sedikit penasaran. "Hei, apa kamu masih marah pada Diky?"
"Tentu saja! Aku masih tidak terima dengan penyerangannya padaku waktu itu!" ketus Cheryl kesal.
"Sudahlah, Cheryl. Tidak baik jika terus mengingatnya," kata Dimas untuk menenangkan keadaan.
Cheryl hanya bersedekap lalu membuang muka dengan mata tertutup, seakan memperlihatkan suasana hatinya yang semakin memburuk. Tidak mau membuat situasi bertambah rumit, Elina pun akhirnya buka suara. "Ayo kita pergi sekarang. Aku sudah merasa sedikit membaik."
"Tidak usah buru-buru. Lebih baik kamu istirahat sedikit lebih lama lagi," ucap Dimas khawatir.
Elina tersenyum lembut seraya menggeleng pelan. "Tenang saja. Aku sudah merasa lebih baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Cancelled) Utusan Kristal Suci
Fantasy"Di manakah ini? Apa aku sudah mati?" Setelah membuka mata, Dimas Santoso, pria 28 tahun dari Bumi, mendapati dirinya telah pindah ke sebuah dunia lain bernama Eoggavar. Menurut pengakuan Elina dan Cheryl, gadis petualang yang pertama ia temui, lela...