35

956 150 21
                                    


*****



Minju menampar Yuri, meninggalkan bekas kemerahan di pipi nya. Sementara Yujin hanya diam tertegun.

Wonyoung menutup mulut, menahan teriakannya. Dia semakin menangis, takut menatap kakak kelasnya yang bertengkar seperti itu.

Wonyoung ingin mereka berhenti, dia tidak ingin mereka bertengkar. Wonyoung tidak mau mereka berpisah, dia tidak mau berpisah dengan mereka.

Yuri hanya terkekeh pelan, memegang bekas tamparan Minju.

"Yuri gue masih berusaha sabar, gue mohon..."

Yuri memotong perkataan Eunbi. "Lo juga kan, mau gabung juga karena terpaksa."

"Kalo aja gak disuruh pihak sekolah gak bakal kan lo mau ikut."

Dia menatap Chaeyeon dan Hyewon. "Dan kalo bukan karena kasian sama lo, kedua temen lo itu juga gak akan mohon-mohon buat ikut gabung."

Eunbi refleks langsung menampar Yuri, lebih kencang dari tamparan Minju sebelumnya.

Eunbi menangis, memandang telapak tangannya yang bergetar setelah menampar Yuri.

Hyewon dan Chaeyeon buru-buru mendekati Eunbi, berdiri di sebelahnya dan memeluknya.

Chaewon memegang pundak Yuri, mengguncang tubuh Yuri dengan kedua tangannya. "LO SIAPA SIH ANJING."

"YURI YANG GUE KENAL GAK GINI SIALAN."

Chaewon menangis, mencengkeram bahu Yuri kuat.

"Yuri tatap gue, lihat mata gue." Yena menggerakkan tangan Yuri yang dari tadi masih di genggamannya.

Yuri menengok ke arah Yena, tapi tidak menatap mata nya. Dari tadi dia sama sekali tidak menatap mata teman-temannya.

Chaewon melepaskan cengkeramannya, dia langsung memeluk Hitomi yang berada di dekatnya. Menyembunyikan tangisannya di pelukan itu.

"Joyul, lo joyul yang gue kenal kan?" Yena memegang pipi Yuri lembut dengan sebelah tangannya yang kosong.

Dia mengusap-usap pipi Yuri pelan, berharap rasa sakit akibat tamparan yang di terima Yuri hilang.

"Lo orang yang sama, yang waktu itu ketemu gue di jalanan pas hujan kan? Lo joyul yang waktu itu bareng gue, nyelamatin ini cabe-cabean kan?" Yena menatap Chaewon sekilas.

"Bilang ke gue kalo yang lo omongin barusan bercanda, lo cuma mau ngerjain kita. Gue tau lo gak akan pernah kayak gini."

Yena semakin mendekati Yuri, memeluknya erat. 

Dia menangis terisak-isak. "Yuri gue mohon, bilang kalo lu cuma ngerjain kita."

"Pacar gue nungguin, lepasin." Yuri berucap datar.

Yena menggelengkan kepala cepat, dia semakin erat memeluk Yuri.

"Enggak lo bohong, lo gak cinta sama dia. Gue tau lo bohong." Ucap Yena sesenggukan.

Yuri hanya diam, tidak menjawab ataupun membalas pelukan Yena.

"Joyuul."

Yena terus menerus bergumam, menyebutkan namanya lemah.

"Berhentiii Yuri, gue mohon. Perasaan lo sakit nanti."

Yuri menggigit bagian dalam mulutnya, memejamkan matanya sebentar berusaha menahan tangis. Kenapa lo masih mikirin perasaan gue, di saat gue yang nyakitin perasaan lo semua

ENOZI [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang