41

945 154 18
                                    


*****



Doyeon mematikan panggilan teleponnya dan langsung mengirimkan alamat rumah sakit ke adiknya.

Sementara Yoojung masih tak bisa berhenti menangis, dia mencengkeram erat pinggang Doyeon dan terus bergumam menyalahkan dirinya sendiri.

Doyeon memeluk Yoojung dan mengusap-usap kepala kekasihnya itu. "Ini bukan salah kamu, gapapa nangis. Nangis yang kenceng kalo perlu, tapi aku mohon berhenti nyalahin diri sendiri. Ini semua bukan salah kamu."

Doyeon menggigit bibir bawahnya berusaha menahan tangisan, jika dia ikut menangis dia tidak akan bisa menenangkan kekasihnya.

Dia melihat kearah ibunya Yoojung, memastikan keadaan orang tua itu. Keadaan ibu kekasihnya juga tidak jauh beda, wanita paruh baya itu terkejut dan tak menyangka anaknya akan nekat melakukan hal seperti itu.


***


Minju sangat terkejut mendengar kabar dari kakaknya, dia bingung sekaligus tidak percaya. Seberapa bodoh Yuri hingga bisa-bisanya dia melakukan hal semacam itu.

Yujin memegang wajah minju, membuat Minju menatapnya. Dia mengusap air mata kekasihnya. "Kamu kenapa?"

"Yhu.. ri.. di.. a... di.." Minju berusaha menjawab pertanyaan Yujin, namun yang lain tidak bisa mendengar dengan jelas karena isakan tangisnya.

Yujin mengerutkan alisnya. "Yuri?"

Minju menganggukkan kepalanya pelan saat dia ingin kembali menjelaskan handphonenya berbunyi, memunculkan notifikasi pesan dari kakaknya yang mengirimkan alamat rumah sakit.

Dia buru-buru bangun berdiri, berlari meninggalkan teman-temannya.

Minju menghentikan langkahnya saat baru saja melewati gerbang sekolah, dia bingung. Gue naik apaan ya kesana, mau naek angkot gak tau jurusannya kalo mesen onlen kelamaan nunggunya gak sih

"Minjuu." Teriak Yujin yang mengejar Minju diikuti yang lainnya.

"Jelasin dulu kenapa sih, kamu mau kemana? Ada apa sampe kamu nangis segala?" Tanya Yujin sedikit kesal.

Minju menatap Yena dan Chaewon secara bergantian. Bingung harus memberi tau mereka atau tidak.

Dia menutup matanya sebentar dan menarik napas dalam, Minju menundukkan kepalanya enggan melihat reaksi teman-temannya. "Yuri dibawa ke rumah sakit, kondisinya kritis."

Yena berlari cepat kembali memasuki sekolah, meninggalkan teman-temannya yang masih terkejut.

Dengan mata berkaca-kaca Chaewon mendekati Minju, dia memegang bahu gadis dihadapannya itu dan mengguncang nya pelan.

Chaewon ingin bertanya apakah temannya itu sedang bercanda atau berbohong, tapi dia tidak sanggup mengeluarkan suaranya. Dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Minju berharap apa yang dia dengar hanya omong kosong belaka.

"Minju lo tau dari mana?" Hyewon akhirnya bertanya.

Yena berteriak memanggil teman-temannya menghentikan Minju yang ingin menjawab pertanyaan Hyewon.

Yena melempar tas ke arah yang lain satu persatu, tadi dia berlari kembali ke ruang latihan untuk mengambil tas mereka semua.

Gadis itu berlari menuju motornya, membuat yang lain langsung paham dan mengerti maksudnya.

Eunbi, Hyewon, Chaeyeon, dan Yujin yang juga membawa motor. Buru-buru mengeluarkan kendaraan mereka dari parkiran.

"Yuri di rumah sakit mana?" Tanya Eunbi saat sudah berada di dekat Minju.

Minju membuka handphonenya dan menunjukkan pesan yang dikirimkan kakaknya ke hadapan Eunbi.

Eunbi mengingat-ingat sebentar dan berkata. "Gue tau lewat jalanan mana yang gak ada polisinya."

"Chaewon lo sama Yena, Hyewon sama Wonyoung, Chaeyeon sama Sakura, Yujin sama Minju."

Eunbi menatap dua orang terakhir. "Lo berdua, boncengan ama gue. Kita boti."

Nako dan Hitomi mengedipkan mata berkali-kali. Mereka berdua ingin protes tapi keadaan tidak memungkinkan, akhirnya dengan berat hati mereka mengangguk menuruti. Cosplay jadi cabe-cabean dah


***


Yuri masih terbaring lemah tak sadarkan diri di ruangan yang berbau khas seperti aroma obat-obatan, beberapa orang mengelilinginya. Berusaha menyelamatkan nyawa gadis itu.

Sang Dokter memeriksa jalan napas. Memastikan pernapasan dan kemampuan jantung Yuri bekerja normal.

Dokter itu meminta orang di sampingnya memasang alat bantu napas untuk Yuri, gadis itu mengalami henti napas dan penurunan kesadaran.

Mereka terus melakukan hal-hal yang bisa menyelamatkan nyawa pasiennya, sampai mereka mendapat hasil akhir.

Sang dokter berjalan keluar menemui keluarga pasien, sementara para suster mempersiapkan perpindahan Yuri ke ruangan lain.


***


Yena dan Chaewon langsung lari memasuki gedung rumah sakit, bahkan Yena tidak menyadari bahwa motornya belum terparkir dengan benar. Membuat motornya miring dan hampir terjatuh.

Beruntung Hyewon dan Chaeyeon dengan sigap menahan motor itu, dan menurunkan standar motor Yena dengan benar.

Yang lain juga ikut berlari menyusul Yena dan Chaewon, mereka berlari tanpa tujuan.

Minju yang menyadari kebodohannya karena tidak menanyakan di lantai mana kakaknya berada, buru-buru menarik keluar handphonenya.

"Hallo Kak, lo di lantai berapa?" Tanya Minju begitu kakaknya menjawab panggilannya.

Minju menganggukkan kepalanya tanpa membalas perkataan kakaknya, dia mematikan panggilan dan kembali berlari.

Teman-temannya dengan peka mengikuti arah Minju berlari, dia menekan tombol lift.

Angka di atas pintu lift menunjukkan lantai paling atas, akan membutuhkan waktu agar lift tersebut turun menuju lantai mereka.

"Lama banget anjiing." Yena menarik tangan Minju mengajaknya berlari menjauhi lift.

Mereka menuju lantai atas tanpa menggunakan lift, Yena memaksa mereka menggunakan tangga.

"KAk." Minju terengah-engah, berteriak memanggil Doyeon begitu dirinya melihat sosok kakaknya dari kejauhan.

Dengan bantuan Yujin dia berlari pelan ke arah kakaknya, rasanya Minju sudah tidak sanggup lagi berlari jika saja bukan karena bantuan kekasihnya.

Berlari menaiki anak tangga tidak mudah baginya, apalagi dia juga harus melewati lima lantai.

Minju dan yang lain mendekati Doyeon, Yoojung dan juga ibunya. ketiga orang itu sepertinya baru selesai berbicara dengan Dokter yang baru saja berjalan melewati mereka.

Ibunya Yuri berjalan cepat menghampiri mereka, atau lebih tepatnya menuju Yena.

Wanita paruh baya itu langsung menampar pipi gadis itu, menimbulkan bunyi yang cukup kencang. Membuat yang lain membelakan mata dan menutup mulut mereka dengan telapak tangan.



*****

ENOZI [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang