22. Dark Angel

154 22 5
                                    

"Kau gugup, Ran? Tanganmu berkeringat."

Akako bertanya pada Ran yang terlihat hanya menatap wajahnya pada pantulan cermin di depan mereka.

"Iya, Akako. Sangat," jawab Ran pelan.

Ia tarik nafasnya dalam-dalam dan dengan perasaan berat.

"Bagiku hari ini merupakan sebuah pertaruhan." Ran menggumam lirih.

"Bila di panggung nanti aku salah memilih, maka selamanya takdirku akan berubah. Kau tau, Akako. Memikirkan kemungkinan terburuk itu membuat aku merasa ketakutan sendiri."

Ran kembali menatap wajahnya pada cermin besar di hadapannya.

"Aku takut, pilihan yang aku ambil nanti akan membuat aku kehilangan diriku dan melupakan semua kenangan yang aku miliki. Bila itu terjadi, bukankah sama saja kalau keberadaanku sudah tidak ada dan dengan sendirinya keberadaanku akan terhapus dan lenyap dari rasi cahaya di kerajaan langit."

"Tidak perlu khawatir, Ran. Aku yakin, hari ini kau tak akan salah memilih."

Akako mengusap lembut rambut panjang Ran.

"Di atas panggung nanti, kau pasti bisa mengenali keberadaan jiwa Eriel. Sebab bila kau yakib bahwa Eriel merupakan cinta sejatimu. Seseorang yang di takdirkan sebagai belahan jiwamu. Halangan apapun tak akan bisa menjadi pemutus pertemuan kalian. Lagipula, meski tak ikut bermain d atas panggung. Dari suatu sudut di tempat festival nanti, aku dengan segenap kemampuan sihirku akan membantu hatimu agar tak salah menuju. Paling tidak saat ini akan ada tiga kekuatan yang akan menuntunmu menuju rumah cinta sejatimu. Kekuatan liontin pada kalungmu, sihirku, dan pastinya kekuatan dari perasaan hatimu akan keberadaan jantung Eriel tak akan bisa membuatmu tersesat."

"Hmmm, kau benar Akako."

Dengan perasaan suka cita, Ran genggam erat liontin di dadanya.

"Liontin ini dan detak jantungku pasti akan membawaku ke sosok Eriel, belahan jiwaku yang sebenarnya."

Ran tersenyum kecil sambil mengangkat liontin yang masih tergantung pada rantai di lehernya lalu membawanya ke bibirnya untuk ia cium sejenak.

"Iya, benar sekali. Asalkan benar saja bahwa Eriel itu merupakan cinta sejatimu, Ran."

"Ehh, apa maksudmua, Akako?"

Ran memalingkan wajahnya ke arah Akako yang tepat berada di belakangnya.

"Seperti yang aku katakan tadi, asal benar saja bahwa Eriellah cinta sejatimu, maka kau tak akan salah mengenali jiwanya."

"Apakah kau meragukan takdir kami, Akako?"

Ran mengerutkan keningnya

"Sedikit."

"Mengapa?"

Ran semakin tidak mengerti.

Karena bukan kita yang menulis takdir kita sendiri, Ran. Akan tetapi di luar sana ternyata ada sebuah kekuatan yang lebih besar lagi sebagai penentu takdir?"

"Kekuatan yang lebih besar?" Ran membundarkan matanya.

"Aku semakin tak mengerti arah bicaramu."

"Sudahlah, tak perlu kau pikirkan."

Akako menepuk lembut pundak Ran.

"Tapi, Akako----,"

"Ran...."

Akako menyentuh wajah Ran dan menatapnya serius.

"Hanya saja pesanku, bila kau pernah mengikat janji pada seseorang selain Eriel, mencobalah untuk mengingat kembali janji tersebut. Karena janji yang kau ucapkan itu merupakan salah satu yang akan menuntunmu pada jalan takdir, Ran."

❤Dark Angel's❤ ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang