Ritual Pemanggilan (Part- 18)

192 19 1
                                    

Ran dan Akako terlihat saling duduk berhadapan di lantai dengan bersilang kaki. Sementara di hadapan mereka berdua, buku panduan sihir tergeletak dalam keadaan terbuka dengan kalung dan liontin berada tepat di atas lembar halaman tengah buku tersebut.

Jarum jam didinding masih bergerak pelan ke arah waktu jam 12 dan di luar sana, dari celah-celah jendela. Pancaran cahaya bintang yang lalu lalang berjatuhan tampak membentuk kilatan-kilatan cepat yang masuk ke dalam kamar itu.

"Akako, kau sudah siapkan membaca manteranya?"

Ran menatap Akako dengan perasaan gugup.

"Iya, Ran. Aku siap."

"Kalau begitu, sekarang, Akako."

Ran lalu meletakkan satu tangannya menangkup pada liontin di buku sihir dan satu tangannya lagi ia letakkan tepat di bagian atas dada, tempat di mana detak jantung biasa terasa detakannya kemudian ia pejamkan matanya pelan dan mulai memfokuskan diri agar jiwanya bisa masuk dan terkirim oleh ucapanan mantera-mantera yang saat ini di lafazkan oleh Akako dengan serius.

Satu menit

Dua menit

Tiga menit

Dan entah di menit ke berapa? Ran mulai merasakan tubuhnya menjadi lebih ringan. Ia dapat merasakan bila jiwanya kini mulai keluar dari raga dan melayang-layang seolah terbawa udara malam

"Sebentar lagi ... Sebentar lagi."

Ran semakin hanyut dalam alunan mantera Akako.

"Sebentar lagi, yah sebentar lagi. Aku akan bisa menuju pintu itu dan membukanya untuk membiarkan ayah sampai ke sini. Sebentar lagi. Bertahanlah jiwaku, kau pasti bisa ke sana dan melewatinya."

Ran kini bisa merasakan, raganya semakin ringan dan ruhnya yang tadi masih melayang tak keruan di udara, mulai bisa ia kendalikan. Di bawah kontrol pikirannya, Ran mencoba membawa jiwanya untuk benar-benar pergi meninggalkan raganya dan melayang lebih tinggi lagi ke atas sana.

Jiwa Ran berusaha untuk terbang, berusaha untuk bisa membuka beberapa pintu langit yang menjadi portal keberadaan ia dan kekuarganya di langit sana.

Bersamaan dengan masih terdengarnya lafaz mantera peyihir Akako, jiwa Ran semakin terasa mudah menuju ke beberapa pintu langit sana.

Ketika ia sampai di pintu langit yang pertama, langsung saja, tangan Ran membuka pintu tersebut dan pemandangan yang serba putih seperti kapas kini terpampang indah di depan Ran.

Tidak ingin membuang-buang waktu dengan pesona suasan putih yang hanya bisa ia jumpai di portal pertama ini, Ran segera menuju pintu kedua. Hanya dalam sekali kilatan, Ran sudah berada di depan pintu tersebut dan kini tangannya telah teruluh untuk membuka pintu langit tersebut.

Sama seperti pada pintu pertama tadi, setelah portal kedua terbuka lebar. Di hadapan Ran tampak hamparan awan dengan berbagai tumbuhan di sana dengan warna serba merah muda.

Mata Ran meneliti sebentar sebelum akhirnya ia menerbangkan tububnya lagi, melesat lebih tinggi dan lebih tinggi menuju ke pintu terakhir.

"Satu pintu lagi, yahh.. hanya perlu saru pintu lagi untuk aku buka. Setelah itu, hanya dengan memanggil nama beliau saja. Ayah pasti akan mampu mendengar suaraku. Dan ... dan di sini, di pintu terakhir batas penghubung langit dan bumi ini, aku akan bisa berbicara pada ayah untuk meminta petunjuk beliau."

Setelah membawa dirinya terbang lebih lama dari menuju dua portal sebelumnya. Sekarang Ran sudah berada tepat di depan pintu ketiga. Di mana pada portal inilah yang akan mampu menghubungkan Ran dengan ayahnya.

❤Dark Angel's❤ ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang