Masih berada di kediaman keluarga Bramasta. Gue sama Sehun udah lanjut melipir lagi ke kamar. Icung mulai sibuk sama temen-temennya dilantai bawah. Bilangnya sih lagi ada kerja kelompok.
"Mm-mh, wangi."
Cuddling.
Gue bersandar di headboard, sedangkan Sehun duduk di sebelah gue sambil meluk, mulai manja lagi. Gak lupa juga wajahnya udah nyungsep di leher gue.
Sedangkan tangan gue dengan setia ngusap-ngusap rambutnya sampai tengkuk.
"Ganti parfum ya?"
Gue mengangguk.
"Aku suka yang ini. Jangan diganti lagi."
Gue kembali mengangguk.
"Ta." Gue menjawab dengan gumaman pelan.
"Besok anterin ke pet shelter ya.."
"Mh, mau apa?"
Tangan Sehun udah mulai merambat masuk kedalem kaos gue. Setelah itu dia kembali ngelus-ngelus perut gue.
"Beli bikang."
"Bikang?"
"Cewe buat Dino. Kasian dia cuman bisa ngeliatin aja."
Gue beralih menatap seekor kucing yang lagi duduk anteng di atas meja belajar, matanya yang berwarna biru balas natap gue dengan wajah angkuh. Ni kucing tuh emang gasuka sama gue dari dulu.
Gatau kenapa, mungkin bisa jadi karena gue jadi lebih deket sama Sehun dan Icung ketimbang dia. Dino takut kalah saing. Padahal kan ya, siapa takut?
"Apa?" Balas gue galak.
Sehun ketawa, lantas bibirnya beralih ngecup-ngecup leher.
"Jangan berantem terus."
Gue merengut kesel. "Dianya yang ngajak berantem terus!"
Sehun beralih natap gue, tangannya berpindah untuk ngusap pipi gue lembut. "Tau ga kenapa aku namain dia Dino?"
Gue menggeleng masih dengan wajah kesel.
"Biar kalo ada yang nanya, 'hun, melihara hewan ga dirumah?' nanti aku tinggal jawab."
"Melihara Dinosaurus. Gitu."
"Absurd." Walaupun begitu, gue tetep ketawa ngedenger omongan Sehun.
Sehun senyum, badannya menjauh, kemudian berdiri. Gue pun mengubah posisi jadi tiduran. Sehun ngegendong Dino yang langsung dusel-dusel manja di dadanya. Heh punya gue!
Sehun nidurin Dino tepat di depan perut gue, setelah itu dia ikutan tiduran di samping Dino, lantas Sehun kembali meluk gue erat. Bikin Dino otomatis ada di tengah-tengah kita berdua.
Dan anehnya, Dino diem aja, sama sekali ga nyakar atau gigit gue. Karena biasanya Dino emang keliatan ogah kalau deket-deket sama gue, dia lebih sering ngeliatin gue dengan muka songongnya dari jauh.
"Dino itu cuman cemburu sama kamu. Tapi dia ga jahat, makanya kamu gapernah dicakar. Iya kan No? Iya kann? Mmh--"
Sehun ngangkat Dino keatas, lalu disimpen diatas dadanya. Dino mah anteng aja asal sama Sehun.
Gue yang ngerasa sedikit kalah saing sama Dino lantas memeluk perut Sehun dengan erat. Sebelah tangan Sehun sengaja dia jadiin bantalan untuk gue.
Jari gue beralih menusuk-nusuk badan Dino pelan.
"Satu sama ya. Besok-besok jangan menelin pacar gue terus. Soalnya lo mau punya cewek."
Sehun ketawa geli, kemudian menarik dagu gue untuk dia cium.
***
Sedangkan dilantai 1, teman-teman Icung kompak menggibahkan Irene dan Sehun setelah keduanya memutuskan untuk ke kamar.
"Cung, itu emang teu nanaon?"
"Ngga, biar aja, udah biasa." Icung melambaikan tangannya malas kearah Jamet.
"Terus kumaha amun hamidun?" Kini giliran Ecan yang bertanya. Yang lain hanya menyimak sambil sesekali ikut nimbrung karena kepo.
"Maka menikahlah.." Gurau Icung.
"Iyasih.. Tapi itu mereka berduaan banget lohh. Apa ga bahaya?"
Icung berpura-pura berpikir sebentar, membuat teman-temannya semakin mendekat penasaran.
"Kayanya sih, gapapa.. soalnya ada Dino."
"Oh he'eh!"
"Saha Dino?"
"Eta si Ucing bahlul."
"Heh! Kucing gue!"
Bersambung..
"Apa liat-liat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehun Girlfriend | Hunrene
Fiksi PenggemarSuka duka Irene Devina Charlitta menjadi kekasih dari Adikara Sehun Bramasta. "Hun, kalo misalnya aku tenggelam barengan sama Dino, siapa yang bakal kamu tolongin duluan?" "Dino lah kamu kan bisa berenang, kamu lupa Dino gabisa kena air?" "IHH SEHU...