"Nakal-nakalan yuk?"
Gue menoleh untuk mendapati Sehun yang baru aja menutup laptopnya, masih dengan kacamata yang bertengger di hidungnya lantas dia menyugar rambutnya pelan, menatap gue dengan senyuman tipis di bibirnya.
Jujur sih, sexy.
Cuma ini nakal-nakalan maksudnya apa ya?
"Nakal-nakalan dalam konteks apa nih?"
"Nge-wine. Mau?"
Jari gue memencet tombol off pada ponsel, lantas menjulurkan tangan untuk memintanya mendekat.
"Sini. Kenapa? Lagi ada masalah?"
Setelah menyandarkan tubuhnya pada headboard, Sehun menggeleng, lalu terkekeh pelan.
"Nggak ayy, aku lagi pengen aja, udah lama banget kayanya nggak minum-minum. Boleh kan?"
"Ya boleh."
Gue memang gak pernah melarang Sehun untuk minum ataupun ngerokok selagi menurut manusia porsinya masih wajar, lagian gue cuma pacarnya, bukan istri apalagi mamaknya. Nggak seharusnya gue menuntut banyak ke dia.
Dan lagi Sehun itu kehitung jarang minum atau ngerokok, minum paling sama temen-temennya sesekali, atau pas lagi pengen aja kaya sekarang.
Setelah mengambil 2 gelas kosong beserta 1 botol wine, gue dan Sehun duduk lesehan dengan pintu balkon yang dibuka setengah. Gue mengangkat gelas gue kearahnya, lalu dibalas Sehun dengan suara dentingan dari gelas milik kami.
"Cheers." Gumamnya.
Gue tersenyum menatap Sehun yang langsung menghabiskan isi gelasnya.
"Inget ya ini Irene, bukan bunda."
Kami tertawa mengingat kesalah pahaman pada pertemuan pertama kami dulu.
"Kamu kaya bunda. Cantik."
"Oh, are you drunk?"
"Nooooo-!"
Gue terkekeh sambil terus menatap Sehun yang kembali mengisi gelasnya sendiri. Hingga gelas kedua, ketiga, keempat, dan kelima habis, pipi dan telinganya mulai memerah. Tubuhnya pun udah mulai gak seimbang.
"Eh, lo? Siapa? Maaf-maaf.. kayanya gue salah masuk unit."
Gue menahan tubuh Sehun yang hendak berdiri, mendudukannya kembali di tempat.
"Ini unit kamu Sehun."
"Oh.. ya?"
"Iya."
Sehun mengangguk, matanya menatap sekeliling ruangan, lalu berhenti pada gue yang baru saja selesai menghabiskan gelas keempat.
"Boleh.. kenalan?"
Meladeninya, gue mengangguk, lantas menyambut uluran tangannya pada gue.
"Sehun."
"Irene."
"Irene? Kaya pernah denger.. tapi di.. di mana yah?"
Gue tertawa karena Sehun bener-bener keliatan kebingungan.
"Oh! Oh! Nama pacar gue Irene!"
"Udah punya pacar?"
"Eh, udah.. sorry ya."
Seolah tersadar Sehun melepaskan genggamannya pada tangan gue. Sedangkan gue yang udah mulai gemas, merapatkan duduk padanya.
"Aku Irene, pacar kamu." Ucap gue setelah memberikan kecupan singkat di pipinya.
"Oh iya.. udah tau kok, heheheh."
"Kapan taunya?"
"Tadi.. waktu kamu bilang."
Gue kembali tertawa.
"Irene.. kalo pacaran, boleh ciuman kan?"
"Bolehh."
"Kalo gitu.. boleh aku cium kamu?"
Tanpa basa-basi gue langsung menarik lehernya untuk mendekat, menautkan bibir kami hingga saling mencecap.
"Irene manis."
Gue tersenyum, tangan gue berpindah untuk mengusap pipinya pelan.
"Kalo pacaran.. boleh pelukan?"
"Bolehh Sehun."
Tak lama kemudian tubuh Sehun udah sepenuhnya di depan gue, memeluk tubuh gue dengan erat. Wajahnya terkubur pada perpotongan leher gue.
"Irene harum."
Gue tersenyum. Sehun dan kadar alkoholnya yang rendah.
...
Paginya gue terbangun dengan usapan lembut di kepala, bukannya membuat gue berniat untuk bangun, gue malah semakin menyamankan diri di atas dada Sehun.
"Morning sunshine."
Gue menjawabnya dengan gumaman. Lantas kembali memeluknya semakin erat.
"Pusing?"
"Udah nggak." Jawabnya.
"Bangun jam berapa?"
"2 jam yang lalu?"
Gue mulai membuka mata perlahan-lahan.
"Kenapa gak bangunin aku?"
"Nggak ah. Kelas siang kan? Cuacanya mendung gini, enaknya emang bobo. Eh, cuddle deh."
Dasar!
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehun Girlfriend | Hunrene
FanfictionSuka duka Irene Devina Charlitta menjadi kekasih dari Adikara Sehun Bramasta. "Hun, kalo misalnya aku tenggelam barengan sama Dino, siapa yang bakal kamu tolongin duluan?" "Dino lah kamu kan bisa berenang, kamu lupa Dino gabisa kena air?" "IHH SEHU...