Arganta 19

173 24 22
                                    

Maaf udah buat kalian nunggu :(
Selamat membaca 🖤

***

Malam ini, Sia beserta Mamanya dan juga Vino tengah berkumpul di teras rumahnya. Menikmati teh hangat dengan beberapa cemilan, hembusan angin menjadi pelengkap malam yang indah ini.

Entah sudah ke berapa pembahasan perbincangan mereka, sampai-sampai bingung ingin membahas tentang apalagi. Sia yang ada di sebelah Mamahnya menatap diam wajah Khalisa yang tengah menyeruput secangkir teh tersebut.

Sia ingin sekali membahas kejadian aneh yang menimpanya beberapa hari belakangan ini, namun ia takut kalau Mamahnya khawatir terhadap ia.

"Umm." Sia memainkan kuku tangannya seraya mempertimbangkan itu semua.

Sampai Khalisa menyadari kalau ada sesuatu yang ingin disampaikan anaknya. Entah, dari gelagat Sia yang begitu kentara sekali, menunjukkan betul ia ingin membuka suara namun takut akan sesuatu, Khalisa sendiri pun bingung.

Khalisa menatap anaknya yang menundukkan kepalanya pada kuku yang terus dimainkan. Ia menoleh pada Vino yang tengah merasakan sesuatu juga pada Sia. Vino mengangkat kedua bahunya saat Khalisa mengangkat kedua alisnya pada Vino. Tak ada yang mengerti sama sekali, Khalisa khawatir akan anaknya akhirnya mengangkat suara.

"Kamu kenapa diem aja?" tanya Khalisa mengelus rambut putrinya, sayang. Sia menoleh pada Khalisa yang menatapnya penuh kehangatan.

"Nggak kenapa-napa kok aku."

"Serius?" Sia mengangguk, menampilkan senyum kecilnya.

"Kangen aja sama Ayah."

Ungkap Sia tak sesuai dengan apa yang sedari tadi dipikirkannya. Sebaiknya ia tidak perlu memberitahukan ini semua, dirinya yakin kalau kejadian aneh itu hanya sementara. Ya, semoga!

Khalisa tertegun sejenak, rupanya anaknya ini tengah merindukan sosok laki-laki hebat yang selalu menemani ia, memanjakannya, bahkan selalu melindungi Sia dari apapun itu.

"Kangennya disimpan dulu. Kita nikmati malam ini, ya," pinta Khalisa enggan berlarut perbincangan tentang suaminya.

Jujur, Khalisa tak tega harus menyimpan rahasia pada anaknya sendiri. Yang Sia ketahui, Ayahnya sedang dinas keluar kota, sampai berbulan-bulan tidak pulang, bahkan hampir dua tahun.

Padahal tidak benar sekali, Khalisa begitu pandai merancang kebohongan pada Sia. Dirinya bingung harus mengungkapkan seperti apa, namun kenyataannya, Erik—suaminya, sudah mempunyai keluarga baru.

Pertemuan terakhir Sia dan juga Ayahnya terjadi sekitar Sia kelas dua SMP. Ya, itu pun permintaan Khalisa yang memohon pada Erik agar meyakini Sia, bahwa dirinya akan bekerja dan akan kembali bersama keluarga kecil.

"Sampai kapan lagi disimpannya?"

"Sampai Om Erik pulang dong, Sia," sambar Vino saat suasana semakin tak enak. Ia tau betul, kalau Tantenya ini tidak begitu suka saat membahas tentang Erik yang memutuskan untuk bercerai.

"Btw, waktu Ka Vino nggak jemput. Kamu diantar sama siapa sih itu?" Alih Vino mencari pembahasan yang lain.

"Temen," jawab Sia singkat, membuat Vino tak percaya.

"Yakin?" Vino mengangkat salah satu alisnya, lantas mendapat anggukan dari Sia.

Khalisa yang tak tau siapa yang dimaksud Vino pun ikut bertanya, "Siapa sih? Cewek apa cowok nihh?"

"Cowok, Tan. Bisa-bisanya udah bawa gandengan duluan sebelum Vino."

"Serius?" terkejut Khalisa saat tau anak semata wayangnya sudah berani membawa laki-laki.

ArgantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang