Arganta 16

220 34 10
                                    

Udah lama yah gak update hehe.. kalo lupa alurnya silakan baca part sebelumnya :>

***

Tidak ada yang membuka suara dalam perjalanan, baik Sia dan Gavin saling membungkam mulutnya. Sia yang bingung akan membahas hal apa itu memilih untuk tidak bersuara dengan melihat kanan kirinya yang penuh kendaraan.

Gavin pun sedari tadi hanya terfokus pada jalanan yang padat ini. Sore ini jalanan menjadi ramai akibat banyak sekali orang-orang yang baru saja pulang dari pekerjaannya maupun yang berseragam sekolah.

Saat sedang mengamati sekitar arah jalan pulangnya, Sia perlahan mengerutkan keningnya sembari berpikir.

Bentar deh, ini bukan arah rumah aku kan ya?

"Eh, Ka. Bukan ke sini rumah aku." Sadarnya menepuk bahu Gavin.

"Itu seharusnya belok ke kanan." Sia menoleh ke belakang, di mana arah rumahnya belok ke kanan bukan belok kiri yang diambil Gavin ini.

Gavin hanya mengangguk singkat dan berkata, "iyaa tau!"

Gadis yang ada dibelakangnya semakin mengerutkan keningnya sambil berpikir keras. Udah tau bukannya puter balik sih? pikirnya bertanya.

"Ya udah puter balik, Ka," teriak Sia agar Gavin menuruti permintaannya. "Sutt," balas Gavin meminta Sia untuk diam saja.

Sia bingung harus apa sekarang. Belokan rumahnya pun sudah tidak terlihat lagi, ditambah Gavin menyuruhnya diam? Apa-apaan ini?

Tapi, tak lama kemudian motor Gavin berhenti di salah satu tukang bakso yang berada di pinggir jalan. Setelah itu Sia baru mengerti kalau Gavin mengajaknya untuk makan bakso. Eh bentar, jangan ke pedean dulu. Diajak makan atau sebatas ngelihatin orang makan doang?

"Gue laper!" ucap Gavin membuka helmnya, dengan inisiatif sendiri Sia lantas turun dari motor dan berdiri di samping Gavin.

"Makan dulu ya," pinta Gavin yang mau tidak mau harus Sia iyakan, jika tidak ia harus pulang naik apa? Uang jajannya pun menipis. Jalan kaki? Bisa-bisa gempor dirinya sampai rumah.

Dengan sekali anggukan dari Sia sebagai jawaban, Gavin lantas membalikkan tubuhnya berjalan menempati salah satu meja di sana yang diikuti juga oleh Sia yang mengekorinya dari belakang.

"Mie ayam apa bakso?" tanya Gavin menaikkan kedua alisnya menunggu jawaban Sia.

"Mie ayam bakso!" jawab Sia menyengir lebar yang langsung mendapat pertanyaan dari Gavin lagi, "Serius?"

Sia mengangguk mantap lalu berucap, "kalo bisa dua-duanya kenapa harus pilih satu?" Lagi-lagi Sia menyengir lebar. Gavin lantas mengangguk, menyetujui ucapan Sia. "Okelah!"

"Bang, Mie ayam bakso dua ya!" lanjutnya berteriak pada penjual bakso tersebut dengan tangan diangkat menampilkan jari dua.

"Oke siap," balas Abang penjual bakso dengan ibu jari yang ditampilkan.

***

Ke tiga wanita sedang berada di dalam mobil berwarna merah. Menggunakan pakaian mewah dan rambut terurai bergelombang, tak lupa riasan wajah yang terbilang cukup mencolok bagi seumuran anak remaja.

Ketiganya sudah siap untuk pergi belanja, apalagi Dilla dan Via yang mendapat traktiran oleh Bunga, bukan siap lagi! Sudah nggak sabaran banget malah.

Dilla menyetir mobil milik Bunga dengan sang pemilik yang berada di sebelahnya, dan Via duduk di bangku penumpang. Ketiganya asik berbincang sembari mendengar alunan musik.

ArgantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang