Arganta 17

231 31 4
                                    

Happy reading 🖤
Vote dan komennya ditunggu :)

***

“Melepaskan dan mengikhlaskan memang sulit. Tapi apa boleh buat, jika itu takdir untuk kita? Dan ... bahagia untuknya.”

Hari demi hari terus berlalu. Sia dan Gavin pun semakin dekat, keduanya terlihat selalu berdampingan, tertawa, bahkan makan bersama di kantin. Membuat seisi sekolah menjadikan mereka bahan obrolan.

Memang betul, keduanya bisa dikatakan seperti orang yang sudah kenal lama, padahal tidak. Kedua insan tersebut sangat akrab, membuat orang-orang yang melihat mereka beranggapan kalau mereka sangat cocok kalau disandingkan satu sama lain.

Banyak yang mendukung kalau Sia dan Gavin berpasangan, sahabat Gavin pun menyetujuinya. Cikal dan Rian terus saja mendesak Gavin untuk menembak Sia sebagai kekasihnya. Sedangkan, Cia? Dia selalu mendukung jika itu yang terbaik buat sahabatnya, walaupun ada rasa mengganjal di hatinya yang tidak bisa diungkapkan.

"Woilah, senyum-senyum aja terus!" sindir Rian mendapat balasan dari Cikal yang duduk di sampingnya. "Biasa! Kaya nggak pernah kasmaran aja, lo!"

Mereka sekarang berada di dalam kelasnya. Dengan Rian dan Cikal duduk bersampingan, begitu juga dengan Cia dan Gavin yang berada di hadapannya.

"Udahlah gas aja." Cikal menepuk bahu Gavin yang ada di depannya, membuat Gavin menoleh sekilas.

"Belum saatnya mas bro."

"Apanya yang belum? Lampu ijo udah nyalah juga, sampai setiap hari bareng mulu! Kata gue mah, Sia ada rasa juga sama, lo."

"Sotoi, lo. Gue ngeri nggak diterima doang," balas Gavin sedikit lesu.

"Cowok lo?" kata Rian menaiki sudut bibir kirinya meremehkan, namun tak di tanggapi Gavin yang sedang gegana! Gelisah galau merana.

"Tanya aja sama Cia, dia kan juga cewek." Cia menoleh pada Cikal yang menyebut namanya.

"Iya sih dia mah cewek! Tapi jadi-jadian," sambar Rian disertai kekehan, namun ia mendapat lemparan buku tepat mengenai wajahnya.

"Sembarangan, lo!"

"Gini ya! Emang sih gue cewek sama kaya sih itu tuh crush, lo." Cia menatap Gavin yang tengah mendengarkan ucapannya. "Tapi kan hati cewek nggak sama, jadi gue nggak tau gimana perasaan dia sama, lo!"

"Iya tau gue! Masa iya hati setiap cewek sama. Maksudnya, lo tuh jelasin menurut pandangan lo selama ini dari sisinya Sia."

Cia menarik napasnya. "Menurut gue dia suka juga sama lo!" ujarnya membuat Gavin menatapnya tak percaya.

"Serius? Tau dari mana?

"Ya kali dia nggak suka sama semua perhatian lo selama ini! Gue aja yang nggak di perhatiin sama lo bisa suka!" ceplosnya mendapat timpukan buku yang telah ia lempar ke Rian tadi.

"Apa lo? Balas dendam sama gue?" Cia menatap Rian dengan mata melotot tak terima.

"Lagian ngomong asal ceplos, lo," balas Rian membuat Cia memutar bola matanya malas. "Bercanda elah, lo!"

"Candaan lo nggak lucu anjim!" tambah Cikal.

"Kata siapa lucu anjim?" timpal Cia dengan wajah meledeknya. "Udahlah gue nggak mau kasih pendapat lagi. Ini pilihan lo, Vin!" lanjutnya berdiri.

"Gue mau ke toilet dulu," putusnya melangkahkan kaki. Meninggalkan ke tiga cowok tersebut.

"Jangan lama-lama. Gue masih butuh saran, lo," teriak Gavin mendapat sahutan dari Cia. "Minta saran sama BK, jangan sama gue yang bukan ahlinya."

"Ngeselin lo! Untung temen gue!" kesel Gavin tidak mendapat sahutan lagi.

Ya, Cia lari dari obrolan ketiga cowok tersebut yang terus saja membahas Sia. Semuanya tidak ada yang mengetahui perasaan dirinya selama bertahun-tahun ini. Entah ia sanggup berpura-pura atau tidak. Yang pastinya, Cia tidak mau persahabatan yang ia jalin hancur karena perasaan yang timbul ini. Sial!

***


Pada jam istirahat ini Sia mengikuti apa kata Riri, yakni makan satu meja dengan Abangnya Riri dan juga ke tiga teman laki-laki tersebut. Ya, siapa lagi kalau bukan Arga, Satria, Keano, dan juga Mamat.

Sia sedari tadi hanya terdiam sembari memakan bakso nya. Ia memilih tidak menimpali perkataan yang terlontar di sana. Orang dirinya tidak diajak bicara!

Kalau bukan karena Riri, Sia tidak akan mau makan satu meja sama orang yang ngeselin nya bukan main. Lihat wajahnya saja Sia seakan ingin muntah!

"Ri, kamu masih lama?" Sia menyenggol tangan Riri di sampingnya yang asik berbincang ria.

"Iya, ini masih belum abis makanan gue," balas Riri sekilas melirik piringnya.

"Aku ke kelas duluan nggak papa?" tanya Sia menaiki salah satu alisnya, membuat Riri melihat mangkuk berisi bakso milik Sia.

"Makanan lo kan belum abis."

"Nggak nafsu, aku," jawabnya melengkungkan bibirnya ke bawah.

"Ih jangan gitu, kalo sakit baru tau rasa!"

"Kok nggak nafsu, Si?" sambar Satria yang mendengar ucapan kedua perempuan itu. Membuat Sia menoleh padanya sembari menggaruk tengkuk lehernya. "Eh, iya nih, Ka."

"Pasti gara-gara liat mukanya Mamat ya?" ceplos Satria melongos tak merasa bersalah. Sedangkan orang yang namanya di sebut menoyol kepala Satria.

"Ngeliat muka lo yang ada bangsat!"

"Waduh waduh. Santai aja bangsat!" balas Satria menoyol kepala Mamat.

"Apaan sih lo pada, kerjaannya ribut mulu!" protes Arga terganggu. Mengaduk es teh tersebut lantas di tenggak sampai habis.

"Lo nggak nafsu kan?" tanya Arga pada Sia lantas membuat gadis itu gelagapan tidak jelas.

"Umm, iya."

"Ikut gue!"

Arga bangun dari duduknya mampu membuat yang lainnya main tatapan tidak jelas. Bingung dengan orang ini, pasalnya ia anti banget sama Sia, begitupun sebaliknya yang enggan menanggapi, karena kejadian tidak menyenangkan waktu itu.

"Mau ke mana lo?" tanya Mamat pada Arga yang justru mendapat jawaban dari Satria. "Kepo banget, lo!"

"Emang lo nggak kepo gue tanya? Hah?"

"Kepo juga sih hehe," jawab Satria menggaruk tengkuk lehernya disertai kekehan.

"Cepet," kata Arga pada Sia, setelah itu ia melangkahkan kakinya.

Sia pun hanya mengikuti ucapan Arga, walaupun dirinya tidak mengerti mau diajak ke mana. Sia membuntuti Arga dari belakang dengan terbirit-birit, agar tidak tertinggal langkah kaki besarnya. Sedangkan yang lainnya masih di meja tersebut sambil melihat fenomena langka ini terjadi.

***


Yeayy, akhirnya update setelah sekian lama nunggu mood :') konsisten susah yah(

Semoga kalian suka dan tetap jadi pembaca setia Arganta 🖤

Oiyaa, jangan lupain anak kedua aku lhoo yang judulnya Senior Vs Junior. Aku tunggu kalian di sana :>

See you next part guys :)

Luv u ♥️
30 November 2020

ArgantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang