Double up lho inii buat kalian :v
Vote dan komennya biar aku tambah semangat dongg ❣️
•
Happy reading 🖤***
Brukh
Sia menutup pintu mobil yang menghasilkan suara kencang itu terdengar. Ia lantas memasang sabuk pengaman agar aman dalam perjalanannya menuju sekolah.
Kali ini ia tidak membawa Mosi, motor kesayangannya. Karena Vino akan mengantarkan dirinya ke sekolah. Tanpa penolakan Sia pun langsung mengangguk menyetujui kalau ia diantar Ka Vino, jarang-jarang bukan diantar jemput? Katanya mah biar kaya teman-temannya diantar jemput sama cowok! Yaa walaupun ia dan Ka Vino hanya sebatas sepupu.
Vino melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menyetel musik di dalam agar terasa lebih enjoy dan menikmati perjalanan yang cukup membuatnya harus menghela napas karena jalanan yang begitu macet ini.
"Andai Ka Vino punya pintu kemana aja," lirihnya meluruskan pandangan ke depan dengan jemari yang dimainkan mengikuti irama di stir mobil.
Sia lantas menoleh pada Vino, mendengar ucapan Vino barusan agak sedikit aneh dan lucu menurutnya. Sudah besar masih aja menghayal yang nggak jelas!!
"Ada-ada aja sih, Ka." Sia menggeleng heran membuat Vino melirik Sia sebentar lalu meluruskan pandangannya lagi. "Abisan kesel banget. Masih pagi udah macet!" keluh Vino.
"Namanya juga Jakarta. Kalo nggak macet yaa ... banjir," balas Sia mengedikan bahunya, merasa kejadian itu sudah biasa terjadi.
"Udahlah, mau balik ke Bandung aja lagi kalo kaya gini!" ucap Vino mendapat pukulan dari Sia. "Apa-apaan! Baru juga dateng," protesnya tidak terima jika Vino meninggalkannya.
"Nggak mau tau pokoknya aku nggak setuju kalo Ka Vino balik lagi!! Udah di sini nggak bakal bisa pulang! Titik! Nggak pake koma!" ujarnya bersedekap dada, melirik Vino sinis.
"Yehh, siapa kamu ngatur-ngatur Kakak?" tanyanya menaikan kedua alisnya.
Sia lantas memiringkan tubuhnya menghadap Vino. Dengan raut wajah kesal ia membalas, "aku kan sepupu Ka Vino yang paling kyuutt! Jadi, sebagai Kakak yang baik itu harus turutin ke mauan adeknya yang kyut ini. Ngerti?"
"Iya-iya, cerewet banget deh ngomong terus! Sampai mobil Kakak aja nggak mau ada Sia di sini. Mangkanya nih mobil bisikin ke Kakak, katanya suruh kamu cepet-cepet turun," ucapnya menyuruh Sia keluar dari mobilnya dengan isyarat mata.
Sia memperhatikan sekitar lewat kaca mobil di depannya. Ia mengerutkan keningnya tidak percaya kalau ia sudah sampai di sekolahnya. Ternyata tidak terasa perjalanan diantar sama Vino begitu cepat, padahal kalau ia berangkat menggunakan Mosi berasa berjam-jam diperjalanan.
"Hmm. Aku keluar! Biar nih mobil puas!" sungutnya mengambil tas yang ia taro di tempat duduk penumpang.
Vino pun hanya melihat pergerakan Sia yang sedikit grasak-grusuk. Namun, saat Sia ingin keluar begitu saja tanpa pamit dengannya, dirinya pun langsung menahan dengan menarik tas yang Sia pakai di bahunya.
Merasa ada tarikan, Sia langsung menghentikan niatnya untuk keluar. Ia melirik hanya dengan pergerakan mata tanpa memutar tubuhnya yang membelakangi Vino. Samar-samar Sia melihat Vino tersenyum penuh makna yang tersirat di dalamnya.
Sia menghembuskan napasnya. "Apa?" tanyanya malas.
"Udah gede ngambekan!" balas Vino menaikan kedua sudut bibirnya. Jujur, Vino sangat suka meledek Sia seperti ini, seakan melihat Sia semasa kecil dahulu yang menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arganta
JugendliteraturHarap follow dulu sebelum baca!! 🚫Warning!!🚫 • Persiapkan mental kalian buat baca cerita ini! • Dijamin seratus persen kalian bakal senyam-senyum sendiri bacanya! Jika tuhan menakdirkan kita menjadi musuh, maka aku ikhlas. Jika tuhan menakdirkan k...