Vote dan komennya jangan lupa :)
"SIAAA," teriak seorang gadis remaja baru saja memasuki cafe, sehingga banyak pasang mata yang menatapnya sedikit jengkel.
Sia lantas menutup wajahnya dengan lembaran menu yang ada di meja. Dasar! Memalukan sekali sahabatnya ini!
Gadis itu berdiri di hadapan Sia yang wajahnya tertutup. Ia mengerutkan keningnya sambil mencari celah untuk melihat wajah Sia.
"Ngapain ditutupin tuh muka?" tanyanya menarik lembaran menu itu dari wajah Sia.
"Ish, Elin. Kamu malu-maluin tau nggak?" balas Sia berbisik. Bahaya jika pengunjung tau jika Elin yang memalukan ini adalah sahabatnya.
Yaps, Elin! Sahabat Sia dari SMP. Sahabatnya ini memang memalukan, sangat-sangat memalukan! Suara cemprengnya mampu membuat Sia menutup kuping jikalau Elin teriak! Jangankan teriak, berbicara saja sudah membuat Sia spontan membekap mulutnya. Oiya, Elin ini termasuk orang yang kalau ngomong asal ceplas-ceplos lho. Jadi, jauh-jauh deh kalian yang suka baperan, ups.
"Elah, biasanya juga malu-maluin kan aku?" jawabnya menarik kursi dan menempatinya. Sia pun mengangguk mantap, membenarkan ucapan Elin.
"Tumben banget ngajak ketemuan di sini. Biasanya gak mau terus kalo aku ajak keluar," ucap Elin terheran.
Sia mengangguk lemah. "Lagi pengen curhat," balasnya.
"Biasanya juga curhat di rumah kamu," jawab Elin.
"Ini soalnya gawat, Elin."
"Gawatan juga kantong aku. Di sini kan mahal-mahal," ucapnya berbisik, takut sang pemilik cafe mendengar.
Sia memutar bola matanya. "Hmm.. ya udah nanti aku yang bayarin," balasnya membuat Elin menyengir kuda.
"Cakeppp," sambar Elin menampilkan ibu jarinya di hadapan Sia.
"Ya udah, sekarang mau curhat apa sih bebeb ke sayangannya, Elin?"
"Ada yang kasih aku sesuatu," jawab Sia sembari membuka tas miliknya.
"Apaan? Hadiah? Wahh.. udah ada cowok ya kamu sampe dikasih begituan? Isinya apa? Sweater, baju, coklat, atau apaan?" tanyanya bertubi-tubi tanpa ada jeda dalam ucapannya.
"Ish, apaan sih kamu tuh! Dengerin dulu.. jangan nyerocos mulu dong!" kesal Sia.
"Iya.. iya, maap."
Sia menaruh amplop berwarna coklat di meja dan digesernya ke hadapan Elin. Sia menunjuk amplop itu menggunakan dagunya, menyuruh Elin untuk melihat apa isi di dalamnya.
Elin pun terheran, menautkan kedua alisnya. Apa Sia akan melamar pekerjaan gara-gara dia traktir aku? Pikir Elin ngawur.
Tanpa mau berpikir panjang, Elin perlahan membuka amplop itu dan mengambil isi yang ada di dalamnya, lalu ia membaca tulisan yang tertera di selembar kertas putih dengan pelan, yang langsung membuat ia mengerutkan keningnya.
I was stalking you! So, don't mess around!!
"Kok bisa?" tanya Elin masih tidak percaya. Sia hanya mengedikan kedua bahunya, ia pun tidak mengerti isi surat tersebut.
"Gimana ini? Kira-kira bahaya nggak ya surat itu?" tanya Sia dengan raut wajah yang seakan khawatir jika surat itu tidak main-main.
"Aduuh, kok jadi aku yang takut ya?" balas Elin memegang tengkuk lehernya sembari melirik segala arah, takut sang penguntit ada didekat mereka.
"Ih, Elin. Jangan gitu, aku jadi makin takut tau!"
"Kamu dapet dari mana surat ini?" tanya Elin mengerutkan keningnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/227933295-288-k398004.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arganta
Teen FictionHarap follow dulu sebelum baca!! 🚫Warning!!🚫 • Persiapkan mental kalian buat baca cerita ini! • Dijamin seratus persen kalian bakal senyam-senyum sendiri bacanya! Jika tuhan menakdirkan kita menjadi musuh, maka aku ikhlas. Jika tuhan menakdirkan k...