Arganta 12

283 61 8
                                    

°Happy Reading guys🖤°

"Terimakasih ya, Vin. Kalo kaya gini Tante bisa bernapas lega ada yang jagain, Sia," ucap Khalisa, Mamah Sia. Memegang secangkir teh hangat, lalu ia menyeruput teh tersebut.

"Iya Tan, sama-sama. Waktu Tante ceritain semuanya, Vino jadi kepikiran terus sama, Sia. Takut terjadi apa-apa. Sia juga udah Vino anggap kaya adek kandung sendiri," jelas Vino menaikan kedua sudut bibirnya.

"Beruntung banget Tante punya keponakan kaya kamu," balas Khalisa menepuk pundak Vino sambil tersenyum, membuat Vino semakin tersenyum lebar karena bisa membantu Tantenya kini.

"Vino akan berusaha jagain Sia sebisa mungkin, Tan. Jadi, Tante nggak perlu khawa—"

Vino memotong ucapannya saat sang gadis yang sedang dibicarakan menggunakan baju tidur menampilkan batang hidungnya di ruang makan ini. Wajah bantal dan rambut asal ikat itu langsung duduk disebelah Khalisa, Mamahnya.

"Apa ini? Sebut-sebut nama aku?" tanya Sia dengan suara khas bangun tidur, ia mengucek matanya dan menelungkup kan kepalanya di atas meja. Jujur, Sia masih sangat mengantuk, kalau bukan karena ada Vino, mungkin Sia tidak akan bangun pagi pada hari liburnya ini.

Khalisa dan Vino kompak saling menatap, dengan Khalisa yang menggelengkan kepalanya kecil yang langsung membuat Vino mengerti kalau Tantenya ini tidak mau kalau Sia sampai mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Vino lantas mengangguk dan tersenyum kecil sebagai balasannya.

"Temen kamu udah bangun juga?" tanya Vino mengalihkan pembahasan, lantas membuat Sia mengangkat kepalanya lalu ia menunjuk kamar yang berada di atas menggunakan dagunya.

"Lagi cuci muka," balasnya sambil mengulet.

"Kamu sendiri udah cuci muka belum sayang?" Khalisa mengelus rambut Sia lembut. "Udah dong, Mah," jawabnya.

"Boong kali, Tan. Liat tuh ilernya masih ada," sambar Vino menunjuk wajah Sia. Yang ditunjuk pun langsung membelalakkan matanya dengan sempurna, mengelap seluruh wajahnya menggunakan baju yang ia kenakan.

"Serius?" tanyanya menatap Vino tidak percaya, "padahal udah cuci muka lho tadi," lanjutnya mengelap sudut bibirnya, untuk memastikan tidak ada bekas cairan jorok itu lagi.

Vino terkekeh atas tingkah Sia. "Kamu seriusan udah cuci muka?" Sia langsung mengangguk mantap.

"Di kamar mandi ada kaca kan? Udah ngaca dong berati?" Sia menganggukkan kepalanya lagi. "Udah lah."

"Udah ngaca kok masih mau dikadalin. Hhaha," ucap Vino sembari tertawa terbahak-bahak, namun tawanya berubah menjadi garing ketika kedua wanita dihadapannya tidak ada yang menanggapi leluconnya sedikit pun.

"Yah elah, jadi Vino yang malu," lirihnya masih terdengar Sia dan Khalisa, ia lantas memalingkan wajahnya ke tembok.

Sia dan Khalisa saling bertatapan. Sia memainkan alis untuk aksi selanjutnya kepada Khalisa. Khalisa yang tau betul apa yang ada dibenak anaknya ini langsung mengangguk kecil sebagai jawabannya.

"Bwahahaaah."

Kedua wanita itu kompak tertawa mengejek Vino yang ingin bermain-main dengan Sia.

"Emang enak kena sendiri!" ejek Sia sambil tertawa kencang. "Kadal mau dikadalin!" lanjutnya dengan tawa yang memenuhi seisi ruangan.

***

"Bentar-bentar, capek gue." Cia berhenti dengan napas tersengal-sengal, membuat ke tiga cowok yang bersamanya ikut berhenti dari larinya juga.

Yaps, dia Gavin, Cia, Ikal, dan Rian. Mereka olahraga bersama pada pagi yang cerah ini. Namun, baru tiga putaran saja mereka tidak sanggup lagi untuk berlari, mereka langsung tergeletak begitu saja di aspal dengan bercucuran keringat yang mampu membuat baju mereka basah, bahkan sampai menyetak di kaos yang dikenakan.

ArgantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang