Arganta 21

214 15 6
                                    

Happy reading <3

Sia, Riri, Arga dkk berhenti di tukang bakso Mas Tukul yang ada pinggiran jalan, tak diragukan lagi kalo soal rasa, kuah bakso yang terasa gurih ditambah pentolan bakso yang di isi berbagai macam isian, beuhh nikmat. Jangan lupakan dengan bakso isian rawit yang menjadi andalan di sini.

Ke enam remaja tersebut mendengus akan banyaknya pembeli di sore hari ini. Sampai-sampai mereka bingung cari tempat kosong, dan untungnya mata jeli Mamat menangkap meja yang baru ingin ditinggali para segerombolan ibu-ibu.

"Buru-buru, itu udah mau pergi!" Antusias Mamat menunjuk meja tersebut sambil berlari menempatinya lebih dahulu, membuat Sia tertawa melihat tingkah Mamat.

Arga yang ada di samping Sia pun menyadari itu, lantas berucap, "humor lu rendah ya. Gitu aja ketawa."

Sia menoleh pada Arga dengan menormalkan wajahnya agar tak tertawa lagi. "Suka-suka aku. Daripada Kaka hidupnya datar," balasnya memutar bola mata.

"Kayak muka Kaka datar banget. Jalan tol aja kalah," gumam Sia pada dirinya sendiri. Arga yang tidak terlalu mendengarnya pun menyahut, "Hah?"

"Hah?" Sia mengulanginya.

"Iya, hah?"

"Iya kenapa?"

Arga menghembuskan napasnya gusar. "Tadi lo ngomong apaan?" Sia pun berlagak tak mengerti dengan celingukan. "Hah? Ngomong? Ngomong apaan ya?"

"Bodo amat, terserah elo!" murka Arga mendorong kening Sia menggunakan jari telunjuknya, lalu ia menghampiri teman-temannya yang sudah jalan terlebih dahulu.

Sedangkan gadis mungil itu memanyunkan bibirnya karena selalu ditinggal sendirian.

"Selamat makan!" ujar Mamat semangat, menatap semangkuk bakso yang sudah ada di depannya ini dengan mata berbinar.

Tak ada yang menyahuti ucapan Mamat satu orangpun. Mereka lebih tertarik untuk mengaduk dan mencicipi kuah yang masih panas itu.

Entah karena lapar atau apa, para pria itu begitu cepat menghabiskan baksonya. Es teh yang tadinya penuh kini di tenggak sampai habis, hanya menyisakan batu es saja.

Sia yang melihatnya hanya bisa mengerjapkan mata, setelah itu ia buru-buru melahap bakso yang masih tersisa banyak, sampai-sampai Sia tersedak.

Uhuk

Uhuk

"Makan nya pelan-pelan Sia," suruh Riri sembari memberikan es teh milik Sia, yang langsung di minum gadis itu.

Setelah selesai menenggak es teh nya, Sia menatap satu persatu mangkuk yang ada di hadapannya ini. "Lagian pada cepet-cepet banget."

"Tenang, gue masih ada," balas Riri membuat Sia melihat mangkok wanita itu,  dan ternyata hanya ada sisa sayuran saja, sepertinya memang sengaja tidak dimakan?

"Apanya yang ada?" sambar Arga sambil mengaduk-aduk mangkok milik Adiknya. "Ada kuahnya," cengir Riri. Kompak semuanya pada sorakin Riri.

"Lo makan diemut ya, bukannya dikunyah?" jengah Satria memandangi Sia dengan kepala yang ia taro di atas meja.

Sia menampilkan gelombang di keningnya, enak aja diemut! Dikira bayi kali.

"Nina bobo, ohh nina bobo." Senandung Mamat mengelus rambut Satria yang telungkup. "Kalo enggak bobo digigit kecebong!"

Fix, Sia merasa dipojokkan kalo seperti ini ceritanya. Ngerasa tidak enak? Pasti.

"Umm udah nih," sela Sia membuat Satria mengulet sambil berucap, "Akhirnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArgantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang