Arganta 8

424 113 69
                                    

Vote dan komennya dulu yuk ;)

Jika kau saja masih sibuk membandingkan anak mu dengan anak yang lainnya. Maka, jangan salahkan mereka yang terus merasa tidak berguna di hidupnya! Karena kau saja tidak mempercayainya.”



Arga, Satria, Keano dan Mamat sudah berada di depan ruangan BK. Mereka menemani Arga untuk menemui sang ibundanya. Walaupun perut mereka sudah kelaparan, tapi mereka tetap menahannya demi sahabat mereka yang satu ini. Solidaritas sekali mereka ini.

Suasana di sana seakan tegang karena Arga yang terus saja diam, tidak membuka suaranya. Raut wajahnya pun seolah khawatir akan nasibnya nanti. Satria dan yang lainnya pun tidak bisa berbuat apa-apa selain bisa menyemangati Arga.

Suara pintu terbuka yang langsung menampilkan seorang wanita paruh baya dengan pakaian rapih. Ke empat kaum Adam yang sedari tadi menunggu pun menoleh ke sumber suara.

"Sehat, Tan?" sapa Keano menyalami punggung tangan Rika. Satria dan Mamat pun langsung mengikutinya, menyalami Rika.

"Alhamdulillah," jawabnya dengan senyum tipis.

"Gimana, Bund?" tanya Arga tanpa basa-basi.

Rika menaiki salah satu alisnya. "Nggak mau kasih minum dulu nih? Haus juga tau ngomong terus!" balasnya membuat Arga menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

'Dasar! Jadi anak nggak perhatian banget! Untung sayang!' ucap Rika dalam hatinya.

"Hm.. ya udah, Bunda mau ke kantin? Atau Abang yang beliin?" tanyanya berupaya membujuk Rika agar tidak mendapat hukuman yang merugikannya.

"Gak usah!"

'Mampus!' batin Arga.

"Terus Bunda mau langsung pulang?" Arga mengerutkan keningnya.

Rika menggeleng kecil. "Nggak! Lagi nunggu Ica."

"Anu, nggak capek, Tan? Duduk sini dulu, Tan. Capek juga berdiri terus kan ya hehe," sambar Satria menepuk-nepuk bangku panjang di dekat mereka. Itung-itung caper sama camer! Calon mertua!

"Oh, iya.. perhatian banget sih kamu," puji Rika membuat Satria malu-malu kucing. "Nggak kayak anak Tante!" sindirnya melirik Arga sekilas lantas menduduki bangku tersebut.

'Terus aja terus,' batin Arga sebal.

"Bunda," panggil Riri yang baru saja datang bersama Sia.

Sia tersenyum lantas mencium punggung tangan Rika. Perasaannya saat ini bercampur aduk menjadi satu, antara tidak enak hati karena telah membuatnya datang ke sini dan senang bisa bertemu Bundanya Riri.

"Kamu Sia kan?" tanya Rika membuat Sia mengangguk kecil. "Iya, Tan."

"Duduk dulu sini," pinta Rika menepuk bangku sebelahnya. Sia langsung menempatinya atas permintaan Rika.

"Ada apa, Tan?" tanya Sia.

"Tante cuma mau minta maaf sama kamu atas perlakuan anak Tante, Arga." Rika meraih tangan Sia, menggenggamnya dengan menatap Sia dalam.

ArgantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang