"Dunia baru memanglah sangat asing. Ketika kita tidak mengenali satu orangpun di sana, pada saat itu pula kita harus menyesuaikan diri dengan cara terbaik. Ya, hanya untuk mendapatkan pertemanan baru ataupun.. musuh baru."
Alessia Keysha Arshita.
Gadis itu baru saja memasuki area sekolah barunya, sekolah yang sama sekali tidak di inginkannya. Apalah dayanya, hanya bisa menuruti perkataan orang tua, kalau tidak? Tentu, ancaman fasilitas yang mereka berikan akan ditarik kembali, seperti halnya motor kesayangan yang sudah ia rawat sejak masa SMP.Motor pertama ia terima, motor scoopy pada zamannya sangat trend dengan stylish matte brown. Niatnya ia ingin satu sekolah bersama Elin, sahabatnya sejak masuk SMP. Namun, itu hanya angannya saja, buktinya ia berada di sekolah pilihan orang tuanya.
Jujur, ia menyukai fasilitas di sekolah ini. Hanya saja ia malas untuk bertemu dengan orang-orang baru, ia perlu beradaptasi lama dengan mereka. Kalau bersama Elin kan bisa diajak bicara tanpa basa-basi memperkenalkan diri tanya inilah itulah, pikirnya. Ribet!
Ya sudahlah. Mau diapakan lagi?
Ia berjalan santai melewati koridor sekolah menuju kelasnya. Seluruh murid sudah di tentukan pihak sekolah masuk ke kelas yang telah ditetapkan. Sama halnya dengan Sia, ia telah melihat di papan pengumuman dan ternyata ia masuk ke kelas X IPA 2.
Sudah sampai di ambang pintu kelasnya, ia mengedarkan pandangan ke dalam sebelum melanjutkan langkahnya kembali. Ramai! Itulah suasana kelasnya saat ini.
Sia mengambil napas dalam-dalam sambil memejamkan matanya, ia berharap sekolah baru, teman baru, bahkan guru baru bisa membuatnya betah bersekolah disini selama tiga tahun lamanya, ucapnya dalam hati sebelum melangkahkan kakinya.
"Hai," sapa Sia pada seorang gadis yang duduk sendiri di pojokan dekat jendela. Niat Sia, ingin duduk bersamanya, ia akan mencoba berkenalan dahulu agar lebih akrab dengan gadis ini.
"Hai," balasnya tersenyum.
"Aku Sia, boleh duduk di sini?" tanyanya terlihat kaku.
Cewe itu sedikit terkekeh. Sia mengerutkan keningnya, entah apa yang membuat cewe itu tertawa, perkataan Sia pun tidak lucu bukan?
"Santai aja Sia, gak usah kaku gitu ngapa." Sia terkekeh kecil, menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.
Sia menempatkan bangku itu setelah temannya ini memberi isyarat menggunakan dagunya.
"Nama gue Risya Selviana," ucapnya menjulurkan tangan, dengan senang hati Sia membalasnya.
"Lo bisa panggil gue Riri, Selvi, Ana, apa aja deh seterah lo... Eitss.. tapi jangan panggil gue sayang, karena sayang gue hanya punya dia seorang," lanjutnya heboh, memangku dagunya. Membayangkan doinya mungkin!!
Mendengar tuturan temannya ini membuat Sia sedikit lega, ia tidak perlu basa-basi memulai pembicaraan. Toh, temannya ini sudah Sia pastikan humoris!
KAMU SEDANG MEMBACA
Arganta
Teen FictionHarap follow dulu sebelum baca!! 🚫Warning!!🚫 • Persiapkan mental kalian buat baca cerita ini! • Dijamin seratus persen kalian bakal senyam-senyum sendiri bacanya! Jika tuhan menakdirkan kita menjadi musuh, maka aku ikhlas. Jika tuhan menakdirkan k...