Vote dan komennya jangan lupa ya guys :)
"Jangan mentang-mentang senior di sini jadi bisa berbuat seenaknya aja ya!" ucap Sia menunjuk Arga dengan suara keras, dia mengatakan ini semua dengan hati yang dibuat tegar.
Arga menepis tangan Sia. "Lo junior di sini.. jadi, jangan macem-macem sama gue."
"Aku udah minta maaf dan mau bertanggung jawab, tapi Kakak malah seenaknya gini sama aku!" tangan Sia mengepal kuat, berupaya menahan rasa marah dan sesak di hatinya.
Banyak yang melihat mereka dari atas sana, tapi Sia tidak memperdulikan tatapan orang yang lalu lalang dan terus berbisik tentangnya. Dia hanya ingin orang yang ada dihadapannya kini menyadari apa yang telah diperbuatnya itu salah. Dia benar, jadi untuk apa dia harus takut pada Kaka kelasnya ini. Senior hanyalah sebuah nama kebesaran bukan?
Prinsip Sia bahwa salah akan tetap salah dan benar akan tetap benar, tidak ada yang berubah karena hanya sebuah nama yang lebih tinggi! Kalaupun berubah, keadilan di sekolah ini lah yang harus diubah.
Satria dan Mamat ikut berbisik membicarakan mereka, memilih salah satu dari mereka yang akan menang kali ini.
"Gue yakin Arga yang bakal menang," bisik Mamat memilih Arga sebagai jagoannya.
"Gue juga sependapat sama lo," balas Satria.
"Apaan lo ikut-ikutan.. gue duluan yang pilih Arga!" Mamat memukul lengan tangan Satria kencang membuat sang punya tangan mengaduh sakit.
"Terus gue milih cewek itu gitu?" tanya Satria mengerutkan keningnya.
"Ya iyalah biar kita saingan. Yang kalah traktir makan." Mamat memainkan alisnya.
"Nggak-nggak! Udah pasti lo yang menang itumah," bantah Satria.
"Bilang aja takut lo," tantang Mamat.
"Siapa yang takut.. berani gue."
"Berati deal nih yaa." Mamat mengajak Satria untuk berjabat tangan dengannya sebagai perjanjian.
"Deal," sambar Satri menjabat tangan Mamat, walau dalam pikirannya ia tidak yakin seratus persen akan menang. Dia melakukan ini semata-mata untuk menunjukkan kalau dirinya tidak takut dengan tantangan Mamat.
"Kita liat," ucap Mamat tersenyum licik seakan-akan sudah yakin kalau ia akan menang dan menikmati makanan gratis.
Keano yang ada didekat mereka hanya menggelengkan kepalanya tanpa ikut beradu argument. Masih aja mikirin makan gratis, pikir Keano menggeleng kecil.
Disisi lain Riri yang sudah kesal menghampiri Arga dan juga Sia.
"Keterlaluan banget sih Bang. Emang orang tua kita pernah ngajar kaya gitu, huh? Nggak kan!" ucap Riri menggebu-gebu sambil menunjuk Arga. Dia benar-benar kehilangan kesabaran, bagaimana bisa Abangnya kini melakukan kesalahan yang memalukan.
Ucapan Riri barusan membuat Sia menoleh pada nya dengan berjuta pertanyaan di benaknya. Orang tua kita? Jadi, Riri saudaraan sama Kaka ini?, pikir Sia melihat Riri dan Arga bergantian.
"Lo diem!" tunjuk Arga pada Riri.
"Apa, huh?" tantang Riri.
"Gue dari tadi sapuin nih halaman semua." Arga menunjuk lapangan sekolah mereka yang cukup besar.
"Dan nih orang bisa nya ngeberantakin doang?" tanya Arga menunjuk Sia dengan menaikan sudut bibirnya meremehkan.
"Semuanya bisa dibicarakan baik-baik kan? nggak perlu ngelakuin kaya tadi, segala tumpahin sampah ke tubuh Sia.. kaya anak kecil tau gak?" protes Riri
KAMU SEDANG MEMBACA
Arganta
Teen FictionHarap follow dulu sebelum baca!! 🚫Warning!!🚫 • Persiapkan mental kalian buat baca cerita ini! • Dijamin seratus persen kalian bakal senyam-senyum sendiri bacanya! Jika tuhan menakdirkan kita menjadi musuh, maka aku ikhlas. Jika tuhan menakdirkan k...