Arganta 5

629 188 163
                                    

Vote dulu yuk.. komennya juga jangan lupa yaa 🖤

"Kita duduk dimana ya, Si?" tanya Riri mengedarkan pandangannya. Mereka sekarang berada di kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan meminta makan.

Sia menggeleng kecil. "Nggak tau.. rame banget."

"Terus gimana nih? Mau di kelas aja?" tanya Riri menaiki salah satu alisnya.

Sia nampak menimang, masa iya bawa baso ke kelas.. nanti balikin mangkoknya kan males, batinnya.

"Males balikin mangkoknya aku."

"Iya sih," balas Riri menyetujui ucapan Sia.

Mereka kembali mengedarkan pandangannya, berharap masih ada meja untuk mereka duduki. Walaupun tidak lega menyempil pun tidak mengapa, toh tubuh mereka nggak besar-besar banget. Yang penting cacing-cacing diperutnya tidak terus berdemo!

Tanpa kesengajaan pandangan Sia dan Gavin bertemu. Gavin melambaikan tangannya tinggi, entah pada siapa. Tapi, yang Sia yakini lambaian itu untuk memanggil nya.

Sia menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan kalau Gavin benar-benar memanggilnya. Dan.. yaps, benar saja.. Gavin mengangguk dan menyuruh Sia menghampiri meja Gavin bersama ke dua teman cowoknya dan satu cewek yang Sia tidak tau siapa mereka.

"Sini," teriak Gavin sambil melambaikan  tangannya.

Samar-samar Sia mendengar dari mimik wajahnya. Sia pun mengajak Riri menuju meja Gavin. Riri hanya menurut mengekori Sia dari belakang, walau ia tidak tau Sia akan mengajaknya kemana. Yang hanya dipikirannya ia bisa makan.

"Kenapa, Ka?" tanya Sia tepat di meja Gavin dan ke tiga temannya.

"Mau makan kan?" tanyanya mendapat anggukan dari Sia. "Ya udah sini aja."

Sia menoleh pada Riri menaiki alisnya untuk meminta persetujuan. Riri yang mengerti apa maksud dari Sia lantas mengangguk kecil.

"Boleh deh, Ka," balas Sia.

Seketika kedua cowok itu berpindah posisi di samping Gavin, yang awalnya mereka duduk di samping teman ceweknya. Sia dan Riri lantas menempati kursi panjang dengan Sia berada ditengah-tengah Kaka kelasnya dan juga Riri. Mereka merasa canggung sekali berada diantara seniornya. Kalau bukan karena kelaparan mungkin mereka akan menolaknya.

"Umm.. makasih, Ka," ucap Sia.

"Santai aja."

Teman cewek Gavin memperhatikan Sia yang ada disebelahnya dengan intens. Sia yang menyadarinya memegang tengkuk lehernya tidak nyaman. Demi apapun diperhatikan sama orang yang kita nggak kenal bikin grogi! Itu yang dirasakan Sia sekarang! Dengan cuek bebek Sia melahap bakso yang tampak menggiurkan, namun ia tetap tidak nyaman berada ditengah-tengah seniornya seperti ini.

Sudah tidak tahan dalam posisi seperti ini akhirnya Sia memberanikan diri membuka suaranya. "Kaka kenapa liatin aku kaya gitu?" tanyanya menatap cewek itu sedikit takut.

"Kenapa? Gak boleh?" ketusnya.

Gavin yang mendengarnya menepuk jidat. Dia benar-benar lupa memperkenalkan sahabat-sahabatnya ini. Terutama Cia, sahabat perempuannya yang satu ini memang tidak mudah dekat dengan orang baru, bisa-bisa pada kabur dekat dengan Cia karena Cia termasuk orang yang judes. Tapi jangan salah, kalau udah dekat pasti enak di ajak ngobrol.

ArgantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang