Arganta 2

1.1K 353 366
                                    

Vote dan komennya jangan lupa :)


Cowo itu mengulurkan tangannya. "Gue Gavin.. kelas dua belas." ujarnya.

Sia pun menjabat tangan Gavin. "Aku kelas sepuluh.. salam kenal Ka," balasnya ramah, lantas kembali membaca novelnya.

Tanpa sepengetahuan Sia, Gavin tersenyum kecil menatap wajah Sia yang menunduk, membaca kalimat per kalimat novel tersebut.

Sia menarik perhatian Gavin sedari tadi ia mencari buku, Gavin selalu saja memperhatikan Sia dari jauh. Badan kecil Sia seakan menarik keras Gavin untuk berkenalan dengannya. Dan itu, berhasil!

Setelah beberapa menit berlalu, Sia beralih menatap pada jam dipergelangan tangannya. Sebentar lagi istirahat akan berakhir, ia harus mengakhiri sesi bacanya saat ini juga dan kembali ke kelas.

"Ka, aku duluan ya," ucap Sia bangun dari duduknya. Gavin mengangkat wajahnya melihat Sia yang sudah ingin pergi.

Dengan sergap Gavin menahannya. "Eh bentar-bentar."

"Kenapa ka?" tanya Sia mengerutkan keningnya.

"Bareng.. gue juga mau balik," ucap Gavin. Sia mengangguk menurutinya saja. Ngga salah juga kan menerima tawarannya hanya sebatas kembali ke kelas?

"Aku ke sana dulu Ka, mau minjem bukunya." Sia mengangkat buku novel yang tadi ia baca.

Gavin mengangguk. "Okeh, gue juga mau taro nih buku dulu," jawabnya tersenyum simpul lantas saling pergi ke tempat yang dituju masing-masing.

Setelah selesai meminjam bukunya, Sia menunggu Gavin di luar Perpustakaan sambil memakai sepatu talinya. Tidak lama kemudian Gavin pun keluar lantas duduk disebelah Sia, memakai sepatunya juga.

Mereka berjalan beriringan melewati koridor sekolah. Banyak pasang mata yang menatap mereka. Sia tidak mengerti apa arti dari tatapan ini semua dan juga Sia sangat tidak nyaman diperhatikan seperti ini.

Sia melirik ke sekitarnya. "Ka, kenapa pada liatin aku gitu ya?" tanya Sia memegang tengkuk lehernya, tidak nyaman.

Gavin tertawa mencoba mencairkan suasana. "Ge-er banget lo.. pada liatin gue kali," jawab Gavin meledek.

Gavin sudah tau maksud dari tatapan mereka ini, tapi Gavin mencoba untuk membuat Sia tidak merasakan apapun itu. Mereka menatap Sia sangat tidak suka. Banyak mata-mata Bunga disini. Mata-mata gadungan, hanya untuk mendapat bayaran.

Bunga, cewe seangkatan dengan Gavin yang selalu mencap Gavin sebagai gebetannya, tidak ada yang boleh mendekati dirinya kecuali Bunga itu sendiri. Gavin pun tidak suka terus diperlakukan seperti ini pada Bunga, sudah beberapa kali Gavin membentaknya, namun Bunga masih terus berusaha mengejarnya untuk mendapatkan Gavin sebagai pacarnya. Dasar egois!

Sia terkekeh kecil. "Iya juga ya.. dasar Sia ge-er banget sih kamu," ucapnya menepuk jidatnya pelan beberapa kali.

Gavin menghentikan langkahnya. "Kayanya kita harus pisah deh, Si," ucap Gavin dramatis. Sia memberhentikan langkahnya juga dengan mengerutkan keningnya tidak paham.

"Maksudnya?" tanya Sia.

"Iyaa kita harus pisah.. kelas lo di bawah, gue di atas," ucap Gavin menunjuk ke lantai atas dengan jari telunjuknya.

Sia menahan tawanya. "Ya Allah ka, lebay banget sih. Kirain aku kenapa gitu," ucapnya menggeleng heran.

Gavin tersenyum tipis. "Gue kan harus pamitan dulu.. takut ada yang kangen," ucapnya memajukan wajahnya tepat di hadapan Sia sambil memainkan alisnya.

Sontak membuat Sia langsung melangkah mundur agar jarak ia dengan Gavin tidak terlalu dekat.

"Tuh kan sekarang kaka yang ge-er," balas Sia berupaya menetralkan degup jantungnya. Sial, kenapa Gavin membuat jantungnya seperti ini?

ArgantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang