Selamat membaca 💜
Silahkan di Coment jika Ada Typo 😉Bodohnya aku menjadi sebuah pelangi untuk orang yang buta warna.
Galang memasuki kelasnya dan bersamaan dengan itu matanya tak sengaja bertemu dengan manik mata Nada, cukup lama mereka saling perang tatapan sinis sehingga Galang yang memutuskan kontak mata terlebih dahulu.
"Nad, gimana nih latihan bola kita?" tanya Taufik selaku sahabat atau teman dekat Nada.
"Tanya sama ketua baru Lo! Dia kan yang berkuasa di club kita?" ujar Nada sedikit menyindir Galang.
"Maksud Lo apa? Lo Nyindir Gua?" ujar Galang yang tersulut emosi.
"Menurut Lo? Emang Gua nyindir Lo? Enggak kan yang Gua omongin emang bener Lo ketua di club bola kita, Lo yang mau berkuasa kan? Salah Gua di mana?" tanya Nada berdiri dari duduknya menatap Galang.
"Gua gak suka cara Lo ngomong! Bisa kan Lo ngomong baik-baik sama Gua?!" teriak Galang membuat kelas yang tadinya berisik menjadi hening mereka semua menonton adu mulut Galang dan Nada.
"Gak Suka? Jadi Gua harus gimana? Sujud depan Lo?" tanya Nada sinis.
"Seenggaknya Lo hargain Gua sebagai ketua Lo!".
"Pengen di hargain tapi ga tau cara ngehargain orang, cih mati aja Lo," ujar Nada lagi menatap Galang remeh.
Karena tersulut emosi Galang melayangkan pukulannya pada wajah Nada, membuat Nada terjatuh sebab mendapatkan pukulan tiba-tiba.
"LO TAU APA TENTANG HIDUP GUA ANJG," teriak Galang.
"Kalau di biarin bakalan panjang nih," ujar Taufik.
"Lo aja Sat, gua sama Tafik ga berani misahin mereka ntar yang ada gua yang di pukul," ujar Agil bergidik ngeri.
"Kalian kapan sih bisa akur? Masalah kecil aja di perbesar bocah banget sih! Kalian mau tim kita kalah Seperti tahun kemarin? Gimana kita bisa menang kalau kalian ga bisa kerja sama!" kesal Satria membuat ke empat temannya itu terdiam.
"Dia yang mulai!" tunjuk Galang pada Nada.
"Lo aja tuh yang baperan!" ujar Nada memulai perdebatan lagi.
Sedangkan Satria, Agil dan Taufik hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuanku kedua temannya ini.
Saat tengah berdebat seorang guru killer masuk sambil membawa batang sapu.
"HEH KENAPA KALIAN BERTENGKAR?!" teriak Pak Anton sambil memukulkan batang sapunya ke meja.
"Enggak Pak, kita cuma bahas soal pertandingan bola nanti," ujar Satria mencoba untuk terlihat tenang.
"Bahasnya nanti saja, sekarang duduk ke tempat masing-masing lalu keluarkan tugas Minggu lalu, yang tidak mengerjakan silahkan keluar dari kelas saya!" tegas pak Anton.
Seketika semua pandangan murid-murid mengarah pada Nada dan kawan-kawannya yang sedang berdiri.
"Kenapa kalian berdiri?" tanya Pak Anton.
"Anu Pak.... Itu... Buku saya ketinggalan Pak padahal saya udah kerja," ujar Taufik sambil menggaruk kepalanya.
"Kalau saya Lupa Pak hehhe," ujar Agil.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlunanNada (REVISI)
Teen FictionSebagian besar perempuan sangat menginginkan kehadiran sosok kakak laki-laki, yang sangat menyayangi dirinya dan dapat menjadi pelindung di saat ada yang menyakitinya. Namun bagaimana jika sosok kakak laki-laki itu yang menjadi luka di hati adiknya...