14

319 41 0
                                    

Selamat membaca 💜
Silahkan di komen jika ada typo 😙

Bukan tugas manusia untuk
menghakimi jalan cerita hidup seseorang.

Saat ini Galang dan teman-temannya yang lain sedang berkumpul di parkiran sekolah, bel pulang sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu. Namun, mereka masih saja betah berada di parkiran.

"Habis ini kita ngapain?" tanya Agil yang mulai bosan memainkan ponselnya.

"Gatau dah gue gabut banget," ujar Taufik.

"Gimana kalau kita ke rumah gue, Lo semua kan hari ini jadwalnya belajar ngaji," ujar Satria.

"Masa sih? Bukannya Minggu depan?" tanya Nada.

"Kan Minggu ini belum, gimana mau pintar ngaji kalau ngajinya cuma sekali seminggu itupun harus di paksa dulu!" kesal Satria.

"Lang, Lu ikut gak?" tanya Agil pada Galang yang memainkan ponselnya.

"Ikut, tapi gue ga bawa Al-Qur'an nya," ujar Galang.

"Di rumah gue banyak tenang aja," ujar Satria.

Di antara teman-teman Galang satrialah yang otaknya sedikit normal, se bar-bar apapun sikapnya di sekolah Satria tidak pernah lupa dengan ibadah, ia selalu memaksa teman-temannya untuk sholat dan mengaji.

"Yaudah ayo, kita sholat ashar di rumah Lo aja sat," ujar Agil.

"Ngapain di rumah gue? Kan ada masjid sebaik-baiknya rumah, kalau laki-laki itu wajib sholat berjamaah  di masjid  karena nanti kita bakalan jadi imam makanya harus rajin sholat dan yang terpenting bisa n.g.a.j.i!" tegas Satria membuat teman-temannya hanya cengengesan.

"Yaudah ayo keburu nanti orang sholat ashar ntar kita ketinggalan," ujar Nada.

10 menit kemudian mereka suda sampai di rumah Satria, rumahnya tidak begitu besar namun halaman depan dan belakangnya sangat luas, suasana di rumah itu juga terlihat sangat cantik dan bawaannya kita merasa sejuk berada di sana.

"Masuk yuk," ajak Satria.

"Assalamu'alaikum," ujar Satria dan yang lainnya.

"Wa'alaikumussalam eh ada tamu ayo silahkan masuk," ujar Umi Satria.

"Umi, Abah mana?" tanya Satria.

"Lagi siap-siap buat kemasjid kalian mau belajar ngaji lagi ya?" tanya umi satria.

"Iya Umi hehehe mau belajar biar makin lancar ngajinya," ujar Nada.

"Iya gak apa-apa ga usah malu daripada kalian gak pinter ngaji sama sekali, percuma ganteng kalau gak bisa ngaji," ujar Umi Satria.

"Eh itu Abah, assalamu'alaikum Abah," ujar Agil mencium punggung tangan Abah satria dan di susul oleh yang lain.

"Wa'alaikumussalam, eh ke masjid bareng yuk nanti belajar ngajinya di masjid aja soalnya bakalan ada ceramah habis sholat nanti," ujarnya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk ke masjid untuk sholat berjamaah dan belajar mengaji di sana, Satria memiliki seorang adik perempuan yang berumur 13 tahun berbeda dengan dirinya yang sudah berumur 18 tahun.

AlunanNada (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang