Selamat membaca 💜
Typo bertebaran~~~Happy reading~~~
Nada memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah, setelah itu ia memilirik jam yang bertengger di lengannya.
"Untungnya gak terlambat," gumam Nada dan keluar dari mobilnya.
Mata Nada mengitari parkiran yang begitu ramai akan murid-murid yang sedang berkumpul.
"Aluna mana yaa?" tanyanya lagi.
Ekor mata Nada menangkap kedua teman Aluna. Windi dan Alea yang berjalan menuju kantin.
"Windii, Leaa!" teriak Nada membuat langkah kedua perempuan itu berhenti dan berbalik.
"Ada apa?" tanya Alea.
"Lo kenapa bawa-bawa tongkat?" tanya Windi sambil menunjuk tongkat yang Nada pegang.
"Kalian tau Aluna dimana?" ujarnya.
"Ooh Luna, tadi sih bilang sama kita mau ke taman belakang sekolah, kenapa emangnya?" tanya Alea.
"Gue mau ngasih tongkat ini buat dia".
"Tunggu!, Lo kok perhatian banget sama dia? Sangat tidak mungkin kalau Lo gak ada rasa sama Aluna?" tanya Windi.
Sedangkan Nada yang di tanya hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hayolooh suka kan Lo sama temen gue?" ujar Alea lagi.
"Tau ah, gue susul Aluna dulu ya".
Windi dan Alea yang melihat itu hanya tertawa kecil, mereka setuju jika Aluna berpacaran dengan Nada mengingat lelaki itu baik dan bisa menerima Aluna apa adanya.
Nada mengedarkan pandangannya setelah sampai di taman sekolah, matanya menyipit untuk memastikan perempuan yang ia lihat itu adalah Aluna, dan benar saja! itu adalah Aluna yang sedang duduk dan menundukkan kepalanya.
"Lunaaa," panggil Nada yang tak di gubris oleh Aluna.
Nada mengerutkan keningnya ketika melihat Aluna menangis, Nada berjongkok di depan Aluna dan menyadarkan wanita itu dari lamunannya.
"Lun, Lunaaa," panggil Nada membuyarkan lamunan Aluna dengan refleks Aluna mengusap air matanya.
"Lo kenapa Nangis?" tanya Nada.
"Enggak apa-apa kok Nad," ujarnya menunduk.
"Orangnya di depan Lo bukan di bawah!" tegur Nada.
"Daripada Lo sedih, gue bawain sesuatu buat Lo," ujar Nada menyerahkan tongkat yang ia beli pada Aluna.
"Tongkat? Buat gue?" tanyanya.
"Iya dong, biar Lo lebih aman lagi terus tongkat Lo yang patah buang aja," ujarnya lagi.
"Eiitsss sebelum ambil tongkatnya Lo senyum dulu, Lo kalau nangis jelek banget Lun kaya badut hahahaha," ujarnya membuat Aluna menekuk wajahnya.
"Kok di sama-samain sama badut sih," kesalnya.
"Becanda Luna, nih pake," ujar Nada lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlunanNada (REVISI)
Fiksi RemajaSebagian besar perempuan sangat menginginkan kehadiran sosok kakak laki-laki, yang sangat menyayangi dirinya dan dapat menjadi pelindung di saat ada yang menyakitinya. Namun bagaimana jika sosok kakak laki-laki itu yang menjadi luka di hati adiknya...