06

418 47 0
                                    

Selamat membaca 💜

Aku pernah menolak beberapa orang hanya untuk mempertahankan mu yang ingin pergi.


Nada mengentikan motornya di depan rumah Aluna, hujan masih saja mengguyur jalanan.

"Mampir dulu yuk Gue buatin teh hangat Lo udah pucat banget," ujar Aluna merasa bersalah.

"Gue gak ngerepotin?" tanya Nada membuat Aluna tertawa.

"Hahaha ya enggak lah Lo aja mau anterin gue hujan-hujanan," ujar Aluna.

"Yaudah gua parkir motor dulu ya," ujar Nada sambil memarkirkan motornya di halaman rumah Aluna.

"Om samudera kemana?" tanya Nada yang merasa suasana sepi di rumah ini.

"Papah masih di toko mungkin tokonya rame makanya ga sempat jemput gue,".

"Ooh, Lo tinggal berdua doang sama papah Lo? Mamah Lo kemana? Lo ga punya Abang?" tanya Nada membuat Aluna terdiam.

"Mamah gue udah meninggal sejak gue kecil, Gue punya Abang kok jadi gue tinggal sama papah sama Abang," jelas Aluna membuat Nada mengangguk-angguk.

"Nih di minum kalau kurang manis bilang ya,".

"Makasih ya jadi ngerepotin," ujar Nada.

"Oh iya, Kalau gue boleh tau mamah Lo meninggal kenapa?" tanya Nada sambil menyeruput teh hangatnya.

Sebelum menjawab pertanyaan Nada, Aluna menarik napasnya dan tersenyum pada Nada.

"Waktu itu gue, Kakak, sama Mamah gue lagi liburan papah gue gak ikut karena banyak kerjaan di kantor jadi cuma gue bertiga yang pergi, nah waktu itu gue pergi nonton perlombaan ballet temen gue, gue tertarik banget sama ballet pas di jalan pulang gue maksa mamah gue buat beliin sepatu ballet tapi pada saat itu mamah gue ga bawa uang, dia udah nasehatin gue buat belinya besok aja tapi gue ngeyel gue marah, gue nangis waktu itu gue sampai tarik-tarik tangan mamah gue yang lagi nyetir akhirnya mamah gue ga bisa ngendaliin mobilnya dan mobil kitapun masuk jurang," ujar Aluna membayangkan masalalunya yang begitu menyakitkan, Nada hanya diam dan menyimak cerita Aluna.

"Kata dokter Kaki gue lumpuh, gue bisa jalan kalau gue ikut terapi, Mamah gue ga bisa tertolong dia kekurangan banyak darah  gue yang waktu itu belum tau apa-apa cuma bisa ngeliatin mamah gue yang udah di tutupin kain, Papah gue nangis Waktu itu sedangkan gue liat kakak gue mandang gue dengan penuh kebencian gue takut tapi gue ga tau harus ngapain gue bener-bener bingung, belum lagi seminggu setelah mamah gue meninggal gue selalu nanya ke papah, Pah mama mana? Papah gue juga awalnya ga ngajak gue ngomong tapi waktu gue nanya kek gitu papah gue langsung meluk gue sambil nangis dan entah kenapa gue juga ikutan nangis," ujar Aluna yang tak sadar meneteskan air matanya seketika menceritakan semuanya.

"Gue turut prihatin, gue juga sering liatin Lo ngintip ke ruang ekskul balet kan? Lo kenapa ga ikut terapi? Lo bisa wujudkan impian Lo Lun,"

"Gue gamau terapi, anggap aja sekarang gue lagi ngejalanin hukuman atas perbuatan gue di Masalalu, Papah juga udah pensiun jadi uang yang dia dapat dari kantor di pake buat besarin toko kue mamah gue, gue ga Mau nyusahin dia lagi," jelasnya lagi.

"Terus kakak Lo?" tanya Nada yang masih begitu penasaran tentang Aluna.

"Semenjak kejadian itu kakak gue ga pernah ngomong sama gue sampai sekarang, jangankan ngomong ngeliat muka gue aja dia gamau, tapi gue ga marah sama sikap kakak gue menurut gue, gue pantes dapat semuanya,".

"Jangan salahin diri Lo sendiri, ini semua udah takdir Tuhan, Berhenti hukum diri lo Lun, Lo berhak bahagia," jelas Nada.

"Udahlah gausah di bahas sampai sekarang gue nyaman sama keadaan gue yang seperti ini, oh iya giliran gue mau nanya Lo sekelas sama kakak gue kan?" tanya Aluna yang tidak menyadari perkataannya barusan.

"Kakak? Kakak Lo sekolah di sana juga?" tanya Nada membuat mata Aluna melotot.

"Ah i-iya," ujar Aluna gugup.

"Kakak Lo siapa?" tanya Nada bersamaan dengan itu Galang masuk dengan pakaian yang basah membuat perhatian dua orang yang berada di ruang tamu tertuju padanya.

"Ngapain Lo di sini?" ketus Nada.

"Ini rumah Gue, gue yang harusnya nanya Lo ngapain di sini?" tanya Galang tak kala sinisnya.

"Rumah Lo?" tanya Nada lagi lalu melirik Nada.

"Dia kakak Gue," ujar Aluna mendapatkan tatapan sinis dari Galang.

"Gue cabut dulu," ujar Nada mengambil helmnya lalu berjalan keluar.

"Gue ingetin sama Lo! Jangan pernah bawa dia masuk ke rumah ini," ujar Galang penuh  penekanan.

Aluna memandang wajah Galang, Aluna benar-benar kehilangan sosok kakaknya yang begitu sayang padanya.

"Lo kenapa sih kak? Berapa lama lagi Lo pergi dari gue? Lo ga cape nyakitin gue kak?" tanya Aluna wajahnya kini sudah banjir akan air matanya.

Galang terdiam baru kali ini ia melihat Aluna menangis, biasanya apapun yang ia lakukan pada Aluna, Aluna hanya menampilkan senyumnya seolah tidak terjadi apa-apa.

Tanpa menjawab perkataan Aluna Galang berbalik dan berjalan menaiki tangga tapi di cekal oleh Aluna, Tanpa menunggu persetujuan Galang, Aluna memeluk Galang dengan Sebelah tangannya dia tidak peduli dengan keadaan Galang yang masih basah.

"LEPASIN! JANGAN PERNAH LO SENTUH GUE DENGAN TANGAN KOTOR LO!" teriak Galang sambil mendorong Aluna hingga terjatuh di lantai.

"Di saat mama udah meninggal di saat itu juga gue menganggap kalau Lo udah gak ada jadi gausah Lo Berharap gue balik ke Lo lagi! Paham?!" marah Galang lalu meninggalkan Aluna yang menangis.

"Gue kangen Lo kak gue kangen banget," lirih Aluna sambil menunduk.

Bersambung...

Jangan lupa V and c 😉

AlunanNada (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang