29

227 29 0
                                    

Selamat membaca 💜
Typo bertebaran

Aluna menatap koridor kantin dengan tatapan kosong, setelah kejadian tadi dimana Erika mengatakan semuanya Aluna merasa benar-benar tertipu oleh yang lain.

"Hayolooh ngelamunin apaan?" tanya Lea mengejutkan Aluna namun tidak ada respon dari gadis itu bahkan melirik temannya saja tidak.

"Aluna Lo gak apa-apa?" tanya Nada sambil memegang pundak Aluna.

"Apaan sih, gausah sok peduli deh!" marah Aluna sambil menepis tangan Nada.

Nada tak bergeming di tempatnya, bola matanya yang berwarna cokelat menatap Aluna yang sedang menatapnya, Nada dapat melihat tatapan kebencian dari gadis itu.

"Lun, Gue ada salah ya sama Lo?" tanya Nada sambil berlutut di depan Aluna.

"Lo jangan kaya gitu ke Nada, dia itu tulus sama Lo," ujar Windi mencoba untuk menasehati sahabatnya itu.

Aluna berdiri dengan tongkatnya menatap mereka satu-persatu.

"Kalian semua Gausah sok peduli deh sama gue, munafik tau ga!" ucap Aluna mengejutkan mereka lagi.

"Apa maksud Lo?" tanya Agil.

"Iya apa maksud Lo, kenapa tiba-tiba Lo ngomong kaya gitu?" tanya Taufik.

"Kalian semua pinter banget ya main drama  ada bakat jadi artis ahahahaha," ucap Aluna sambil tertawa renyah.

"Lo kenapa sih? tadi pagi baik-baik aja Kok," kesal Kayla menatap Aluna.

Entah dorongan dari mana Aluna menampar Kayla di depan teman-temannya dan murid-murid yang lain.

"Gue kecewa sama Lo Kay! Lo itu sepupu gue kenapa Lo ngikutin mereka bohongin gue? Kenapaaa?!" ucap Aluna pada Kayla.

"LO APA-APAAN SIH?!" marah Windi pada Aluna yang barusan menampar pipi Kayla.

"Lo sebenarnya kenapa sih? Siapa yang bohongin Lo?" tanya Satria.

"Kalian semua yang bohongin gue! Di depan gue kalian bersikap seolah-olah kalian teman baik gue, tapi nyatanya apa? Munafik!" ucap Aluna lagi.

"Stop ya Lun! Lo kenapa sih?!" tanya Alea yang spontan mendorong Aluna membuat Aluna terjatuh karena tidak dapat mengimbangi dirinya.

Bersamaan dengan itu Erika dan kedua temannya datang menghampiri mereka.

"Astaga Luna, sini gue bantu berdiri," ujar Erika.

"Lo apa-apa sih?! Ngapain Lo dorong Aluna?!" marah Erika.

"Luna gu-gue mi-minta maaf gue gak sengaja maafin gue ya," ucap Alea pada Aluna.

Mendengar itu Erika langsung menampar pipi Alea  dan membuat ujung bibir Alea sedikit berdarah.

"Heh anjing Gausah ikut campur ya!" kesal Windi dan ingin menjambak rambut Erika namun lengannya di cekal oleh Aluna.

"Jangan pernah Lo nyakitin Erika dan teman-temannya!" ucap Aluna pada Windi.

"Kita anterin Lo ke kelas ya Lun, Gausah Ladenin mereka," ujar Friska dan di angguki oleh yang lain.

"Lo berdua antar Aluna sampai ke kelasnya," ujar Erika.

"Luna, nanti gue ke kelas Lo kalau istirahat ya," ucap Erika lagi yang di angguki oleh Aluna.

Setelah Aluna hilang dari pandangan mereka, barulah Erika menatap satu persatu orang di depannya.

"Heh, apa yang Lo lakuin sama Aluna?!" tanya Windi sambil mencengkram erat lengan Erika.

"Ih apaan sih Lepasin ga! atau gue laporin kalian ke kepala sekolah!" ancamnya.

"Jawab gue Erika, apa yang Lo lakuin sama Aluna?" tanya Nada mengulang pertanyaan Windi.

"Gue gak macem-macem kok tenang aja," ujarnya.

"Kalau Lo gak macam-macam, kenapa sikap Aluna berubah kaya tadi?" tanya Kayla.

"Yaaaa ibaratnya gue lagi nabur benih-benih kebencian di diri Aluna, biar dia benci sama kalian semua," ujarnya.

"Kenapa Lo lakuin itu?" tanya Agil.

"Karena gue gak mau, Aluna bahagia gue mau dia hancur di tangan gue dan satu lagi, kalau Nada bisa benci sama gue kenapa Aluna gak bisa benci sama Nada?" kata Erika sambil tersenyum meremehkan teman-temannya.

"Lo bener-bener jahat! Lo itu iblis," kesal Alea sambil menunjuk-nunjuk wajah Erika.

"Ya ya yaaa terserah kalian, sekarang kalian nikmatin aja permainan gue," katanya lagi lalu melengos pergi ke kelasnya.

"WOY MAU KEMANA LO?!" teriak Windi ingin mengejar Erika tapi di tahan oleh Agil.

"Sayang udah, ini sekolah kamu jangan buat onar di sini," ujarnya menenangkan Windi.

"Tapi sayang dia itu udah keterlaluan! Kita gak tau apa aja yang udah dia lakuin sama Aluna!" marah Windi.

Agil menangkup wajah Windi dengan kedua tangannya, lalu menatap manik mata Windi.

"Kita juga khawatir sama Aluna, tapi sekarang kondisinya kita lagi di sekolah kamu mau kita semua dapat teguran? Mau? Enggak kan?!" ujar Agil membuat Windi mengalihkan pandangannya untuk meredakan emosinya yang berada di ubun-ubun.

"Mending sekarang kita ke kelas masing-masing, pulang nanti kita bahas ini," ujar Nada dengan lesu.

Bersambung....

AlunanNada (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang