S2 : EIGHTEEN

1K 221 22
                                    

Udah 3 bulan dan sekolah tunas bangsa udah ngadain ujian akhir semester. Minhee dan temen seangkatan yang lain udah ada di penghujung semester 5, artinya mereka ngejalanin ujian akhir semester yang terakhir sebelum ujian masuk perguruan tinggi nanti.

"Ayah, Ibu. Besok Minhee rapotan," kata Minhee sambil duduk di sofa. Ayah ibunya cuma ngelirik aja terus sibuk nonton tv lagi.

"Minhee mau ayah ibu ambil rapotnya Minhee. Tolong," pinta Minhee sambil nunduk. Allen yang lagi ada di rumah itu cuma bisa ngehela nafas denger adeknya ngemis minta diambilin rapot.

"Buat apaan, ga berguna rapotmu."

Minhee ngepal tangannya dan narik nafas panjang. Dia tau pasti bakal gini.

"Minhee mau ayah ibu tau kalau Minhee berusaha. Jangan mandang Minhee sebelah mata. Minhee emang ga sepinter kakak, ga serajin temen-temen Minhee, ga sedisiplin yang lain. Minhee emang gapunya cita-cita tapi Minhee bisa buat berusaha."

"Kamu ngomong apasih? Udahlah sana tidur aja, ganggu tauga."

"Tolong," kata Minhee sambil berlutut. Allen sampe berdiri dari duduknya pas lihat adeknya berlutut gitu.

"Tolong lihat hasil kerja keras Minhee, sekali aja. Habis itu terserah ayah ibu mau mandang Minhee apa."

"Adek, denger ya. Yang pinter di keluarga kita tuh cuma kakakmu doang. Mau seberusaha apa kamu, gaakan sebanding sama kakakmu, kamu tetep jauh dari kemampuan Allen," kata ibunya Minhee.

"Ibu!" Tegas Allen.

"Dengerin ibumu. Udahlah besok kayak biasa aja, ngapain sih harus diambil segala, nanti juga dikasih-kasih sendiri. Lagian ayah malu tau anaknya nilai rapotnya jauh dari anak-anak yang lain."

"Ayah!" Tegas Allen lagi ke ayahnya.

"Tolong, sekali aja. Lihat Minhee sebagai anak yang bisa banggain kalian-"

"ADEK STOP! Gausah halu, kamu tuh gapernah banggain kita, kerjaannya tidur doang di sekolah, kamu ngebanggain kita apa? bikin malu iya!" Denger sentakan ibunya itu Minhee makin nunduk.

Allen gatau lagi. Biar Minhee mau nolak atau gimana, Allen bener-bener mau bawa pergi Minhee aja.

"Bangun, Dek," kata Allen sambil ngebangunin Minhee berdiri.

"Allen gatau kenapa kalian bisa kejam banget sama Adek. Dia anak kalian juga! Minhee udah berusaha, kenapa kalian segininya sama dia?!"

"Allen udahlah, adekmu itu baperan doang-"

"STOP BILANG ADEK BAPERAN ATAU APA. Adek udah berusaha keras, dan Allen capek liat adek dipandang sebelah mata sama kalian yang notabenenya orang tua dia!"

"Habis rapotan, kamu beresin barang-barangmu, ikut kakak ke Amerika dan gausah nolak. Kakak gamau kamu disini terus!" Kata Allen ke Minhee.

"Allen kamu ngapain sih bawa Adek? Dia nanti nyusahin kamu, kita aja udah disusahin sama dia, Minhee tuh cuma bisa jadi beban," kata ayahnya dan denger itu Minhee sampe netesin air mata.

Dia ganyangka orang tuanya bakal ngomong gitu.

"Iya kamu fokus aja kerja sampe sukses, biarin aja Minhee." Tambah ibunya.

Allen gahabis pikir sama kedua orang tuanya itu dan noleh ke Minhee. "Kemasin barang-barangmu sekarang, kita tidur di apartemennya Kak Serim. Besok kakak yang ambil rapotmu. Cepet!"

"Allen kamu ngapain sih!?"

"Allen mau bawa adek pergi dari kalian. Kalian disini bukannya ngedukung Minhee malah jatohin semangat dia terus. Tenang aja nanti kita ngunjungin kalian, tapi kalau kalian udah ngakuin usahanya Minhee. Adek cepetan! Kakak tunggu di mobil!"

 ࣧ 𝐖𝐄 𝐁𝐀𝐑𝐄 𝐁𝐄𝐀𝐑𝐒 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang