16

337 26 0
                                    

Markas CIA, Negara bagian Virginia United State of America, 11.00 pm

"Kau yakin menyerahkan dia untuk merekrut orang-orang gila itu?." Ucap Sang Presiden USA ke bos CIA, Fabio Jesus.

"Dia salah satu orang terbaik kami Pak Presiden, dia tak pernah gagal dalam misi."

Sang Presiden menghela nafas, kemudian mengusap wajah nya. "Suruh dia kemari."

Seorang pengawal Presiden membungkuk hormat kemudian, bergegas keluar dari ruangan tertutup itu.

Ruangan itu berwarna putih seluruh nya, tak ada penyadap suara tak ada kamera yang ada hanya telepon dan interkom.

Di ruangan itu hanya ada sofa melingkar dan dengan meja di tengah nya menampilkan hologram berbagai data orang-orang gila.

Tak berapa lama, pintu ruangan itu terbuka masuk lah seorang pria berbadan besar dan kekar dengan kepala mengkilap karena bersih tak ada rambut, dari wajah nya dia kenyang dengan pertempuran.

"Mr Presiden and bos." Ucap orang itu sembari memberi hormat.

"Langsung ke intinya saja, tugas ini akan sangat berat karena lawan mu bukan kelompok sembarangan dan kau akan merekrut orang-orang gila yang sayang nya akan sangat kita butuhkan untuk menghancurkan kelompok itu." Ujar Jesus to the point' karena dia tak ingin bertele-tele.

"Kalian tak usah meragukan ku, aku tak pernah gagal dalam tugas dan aku pernah menendang bokong mereka sekali, aku tau mereka, mereka mungkin bisa membodohi banyak orang tapi tidak dengan aku."

Sang Presiden menatap orang itu, dia tau orang di depan nya, dia pernah menghancurkan markas milik mafia itu di Afrika tengah dan itu benar-benar markas mereka bukan markas palsu yang selama ini mereka temukan.

Tapi sayang nya mereka tak menemukan bukti apapun, bahkan anggota mafia itu juga menghilang, mereka hanya menemukan beberapa topeng Plague Doctors yang mengisyaratkan bahwa itu markas mereka.

"Aku akan memberi kesempatan pada mu, jangan kecewakan aku Matt."

"Yes Sir."

***
Bell masuk pertanda jam pertama berbunyi, suasana sekolah sudah sepi karena semua murid berada di kelas.

Tapi itu tak membuat Ariana berhenti patroli, karena biasanya dia juga banyak menemukan para tukang bolos.

Ariana sebenarnya sudah jengah dan lelah menjadi ketua OSIS, dia sebenarnya ingin berhenti tapi entah lah dia belum menemukan alasan yang pas.

Kaki Ariana berjalan menuju parkiran, biasa nya dia banyak menemukan pembolos di parkiran tapi kali ini sepi.

Mata nya memicing ketika melihat seseorang masih duduk santai di dalam mobil parah nya orang itu asyik merokok sambil bermain game di hp nya dan sepertinya Ariana paham siapa orang itu.

Ariana mendekati orang itu dan bersandar di body mobil itu sembari menatap malas gadis yang menatap nya tak suka.

"Mau masuk atau gue hukum?."

Becky mematikan hp nya kemudian keluar dari dalam mobil.

"Gue akan masuk kelas, kalau lu bisa kalahin gue main basket." Ucap Becky sembari menunjuk lapangan basket outdoor.

Ariana terkekeh pelan."lu nantang gue basket." Tunjuk Ariana pada diri nya sendiri. "Yakin mau nantang gue? Hello gue sang kapten basket putri di sekolah ini? Yakin lu?." Ucap Ariana dengan nada mengejek.

Becky tersenyum miring. "Siapa takut, ok gue tambahin kalau di antara kita siapapun yang menang, harus nurutin apapun permintaan yang menang, apapun itu walau hal aneh dan memalukan, deal?." Ujar Becky sembari menjulurkan tangan meminta jabat tangan.

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang