17

308 23 0
                                    

David mengemudikan mobil nya dengan kecepatan sedang, dia akan menuju sebuah tempat yang selalu dia kunjungi tanpa keluarga nya tau, andai papa nya tau mungkin akan marah besar.

Mobil David berhenti di sebuah toko bunga kecil langganan nya dan di sambut sang pemilik toko yang sudah lama kenal David semenjak David kecil.

Pemilik toko itu seorang pasangan paruh baya yang selalu tersenyum manis ketika David mampir ke toko nya, karena mereka tau tujuan David setelah ini.

"Selamat sore ibu, bapak mana?." Ucap David sembari mencium tangan si ibu pemilik toko.

"Bapak belum pulang Vid, biasa lagi mancing." Jawab Ibu seraya terkekeh.

"Si bapak gak berubah dari dulu hobi nya mancing mulu."

"Ya gitu lah Vid si bapak mah, oh iya kayak biasa nya ya?."

David tersenyum. "Iya Bu kayak biasa."

Ibu-ibu itu bergegas memasuki toko nya, sementara David masih diam di depan toko, mengamati setiap sudut toko yang tak pernah berubah semenjak sepuluh tahun lalu ketika David pertama kali datang kemari bersama seorang yang sangat David sayangi.

Ingatan David menerawang jauh, dia selalu berandai-andai jika kejadian itu tak terjadi, ah pasti nya David sekarang sangat bahagia.

"Ini vid, sesuai biasa nya." Ucap Ibu itu yang tiba-tiba datang dan membuyarkan lamunan David.

David menerima bunga itu, kemudian merogoh kantong celana seragam nya mengambil uang merah bergambar proklamator.

"Aduuh Vid, ibu udah bilang ini kebanyakan."

"Gak papa Bu, ambil aja, ya udah ibu pamit ya."

Setelah berpamitan David bergegas mengemudikan mobil nya menuju sebuah tempat yang selalu menjadi tempat keluh kesah nya.

Mobil David berhenti di sebuah tempat yang bernama Rose Cemetry.

Sebuah pemakaman khusus untuk mereka yang punya uang berlebih, tapi tetap saja pemakaman yang cukup luas itu terlihat penuh.

Kaki David melangkah masuk ke pemakaman dan berhenti di sebuah pemakaman yang terletak begitu rindang di bawah pohon beringin besar.

David jongkok di depan dua buah makam yang berjejer dengan nisan yang sama, dua makam itu terlihat berbeda dari yang lain karena di tumbuhi lebat rumput Jepang yang cantik, serta di tumbuhi bunga-bunga berbagai warna yang menambahi kecantikan nya.

Air mata David tumpah seketika, David yang selalu terlihat kuat kini terlihat begitu rapuh.

Semua yang terlihat selama ini bagi David itu hanya lah akting belaka, David melakukan itu semua untuk memastikan sesuatu yang di yakini nya itu benar dan David berharap menemukan bukti untuk memperkuat keyakinan nya.

"Hay Mom, maaf David baru datang lagi, David harus kelabuhi mereka agar mereka gak tau David ke sini dan ini David bawain bunga kesukaan Momy mawar merah dan mawar putih."

David diam sebentar rasa nya air mata nya tak bisa berhenti.

Tangan David memegang nisan satu nya."hey adik Abang, gimana kabar nya? Pasti baik kan? Kamu jangan nakal ya sama Momy, apalagi di sana kalian pasti sudah bahagia, Abang berharap kamu selalu dukung Abang dari sana untuk menyelesaikan semua ini dan Abang bisa nyusul kamu."

David menghapus air mata nya. "David kangen kalian hiks . . hiks . . hiks."

"Maafin David juga yang belum bisa jagain Rose hiks . . hiks . . hiks."

Tangis David benar-benar tak terbendung, cukup lama David menangis apalagi mengingat semua peristiwa itu.

Setelah meredakan tangis nya, David nampak bercerita banyak hal dari mulai mulai keseharian nya sampai rencananya untuk mendapatkan bukti.

Ketika langit mulai berubah orange David bangun dari duduknya. "Mom and adik Abang yang ngeselin, Abang pamit dulu ya, nanti David ke sini lagi."

Setelah David mencium dua nisan itu, David bergegas pergi karena dia tak mau orang-orang di mansion curiga pada nya.

Tapi David tak sadar, dari balik pohon beringin itu sedari tadi ada sepasang mata yang mengamati nya sembari tersenyum, senyum yang penuh arti.

Sebentar lagi.

***
Mobil David sudah terparkir sempurna di garasi mansion, dia juga sudah membersihkan sisa air mata nya, wajah nya sudah kelihatan biasa saja, seperti tak habis menangis.

"Dari mana aja bang, kok baru pulang." Tanya Jessie yang menyambutnya di pintu mansion.

"Biasa Jess, habis nyari komik baru." Ucap David sembari menunjuk kan bungkusan plastik berisi koleksi komik terbaru nya.

"Oh, kirain dari mana, soal nya tadi Abang tiba-tiba ngilang cuma ngirim chat doank, nyuruh Jessie pulang sama kak Chen."

"Ya sorry Jess, Abang takut kehabisan komik nya hehe." Ucap David sembari terkekeh pelan.

"Ya udah masuk yuk, Abang udah makan?."

"Udah tadi di mall."

Mereka berdua bergegas memasuki mansion dan mendapati Mike tengah berduaan dengan Dewi.

"Hey pah, mah." Ucap David lalu duduk di sofa ruang tamu.

"Dari mana Vid, kok tadi Jessie pulang sama Chen?." Tanya Dewi penasaran.

"Biasa." Tunjuk David ke bungkusan di tangan nya.

"Kamu ini." Ucap Mike sembari terkekeh.

"Ya udah, David ke atas dulu ya, capek."

David bergegas ke kamar nya di lantai tiga.

Setelah memasuki kamar nya, David mengunci rapat pintu kamar nya lalu menutup Jendela serta korden kamar nya, memastikan setiap sudut kamar nya kalau-kalau ada yang mengintip atau menguping.

David membuka lemari nya mengambil laptop nya kemudian mengotak-atik sesuatu.

Tak berapa lama di layar laptop nya tampil rekaman Cctv mansion nya hari ini, David mengamati nya dengan detail tapi tak ada yang mencurigakan setidak nya sampai pukul sebelas siang tapi setelah itu ada yang mencurigakan.

Mike dan Yip seperti terburu-buru memasuki mansion dan Dewi juga kelihatan seperti panik.

"Ada apa ini? Mereka benar-benar mencurigakan, seperti kehilangan sesuatu yang penting."

David terus mengamati rekaman itu sampai, Mike memasuki ruang kerja nya dia mengobrak-abrik ruang kerjanya di bantu Yip dan Dewi.

Benar dugaan David, Mike seperti kehilangan sesuatu yang sangat penting.

"Gue harus cari tau apa yang membuat tua Bangka itu begitu panik, mungkin saja kalau aku bisa menemukan itu, itu akan jadi bukti penting."

David menyudahi kegiatan nya kemudian menyimpan laptop nya kembali di lemari nya.

Otak David memikirkan banyak hal, banyak rencana dan semoga rencana itu berhasil karena itu menentukan hidup nya.

***
Sementara itu di kamar Mike dan Dewi, Mike tengah menjambak rambut nya karena dia benar-benar di buat akan hal satu ini.

"Sabar mas, kita bisa mencari nya pelan-pelan, aku yakin berkas itu tak jauh dari mansion ini."

Mike mengusap wajah nya kasar. "Gimana aku bisa tenang, kalau sampai berkas itu tak di temukan, habis sudah kita."

Dewi memeluk suami nya mencoba menenangkan keadaan suami nya yang kacau."mas harus berfikir positif, siapa tau berkas itu hanya terselip kita pasti bisa menemukan nya, mas lihat sendiri kan di Cctv tak ada orang yang memasuki ruang kerja mas, aku yakin paling berkas itu terselip saja."

Mike menatap Dewi dalam kemudian melumat bibir Dewi penuh nafsu, Dewi yang tau suami nya butuh penenang membalas lumatan suami nya.

Kemudian Mike membawa Dewi terlentang di ranjang, dengan cepat Mike membuka semua kain di tubuh nya begitu juga dengan Dewi.

Malam itu mereka melakukan penyatuan yang menjadi rutinitas mereka.

***

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang