Assalmualaikum semuanya 🤗
.
.
.
Gimna nih?
Kangen, Aku gak?Oke.
.
.
.
Selamat membaca! ❤️"Kalau bisa menjadi Bunga, kenapa harus menjadi duri ?"
-Risa
Pagi ini Meira pergi ke Sekolah dengan Angkot. Ia sengaja terlihat sederhana agar dapat menemukan teman yang tepat.
Berjalan menelusuri koridor seorang diri. Tetap fokus berjalan, padahal kupingnya sudah sangat panas mendengar ucapan mereka.
"Duh, babu Vano baru dateng."
"Pantes aja pinter, tuh kacamata ga pernah dibuka! Haha"
"Si mata empat"
"Sok, kecantikan!"
Mendengus kasar, kemudian ia berjalan dengan cepat.
"Heh, Cupu!"
Meira melotot seraya menghentikan langkahnya.
"Ikut, gue!"
"Ayo, seret dia!" Lanjutnya.
Meira hanya pasrah sekarang. Malas untuk melawan 'geng cabe kering' atau 'si nenek lampir'.
"Duduk!"
Meira menganguk kecil. "Kenapa, kak?"
Mendengus kasar sembari menatap Meira tajam.
"Tugas nih! Kerjain, besok gue ambil!" Ucap Reina seraya berjalan keluar.
Menghela nafas dalam. "Untung senior!"
–––
"Ga!" Teriak Dero
Raga dan Toga menoleh secara bersamaan.
Terkekeh pelan. "Maksud gue Toga!"
Raga menatap tajam Dero.
Mendengus pelan. "Ih. Gak suka gue! Gak suka GELAY!" Ucap Dero dengan nada yang dibuat-buat.
"Hahahaha"
"Apaan?"
Dero tersenyum penuh arti seraya menaikan kedua alisnya.
Mendengus pelan. "Yang jelas!"
"Tugas kimia dong, hehe"
Sontak seluruh Anggota lion's menatap Toga sendu.
Mengangkat bahunya acuh. "Kerjain sendiri!"
"Yah, mas Toga gitu!"
"Gak suka GELAY!"
"Gue, ajarin!" Lanjut Toga seraya menatap tajam Keduanya.
Vano menghampiri para Anggotanya seraya memakai topi.
"Kenapa?" Tanya Vano sembari menatap para Anggotanya.
Arnold merangkul Vano. "Biasa, Bos. Tugas kimia kita pada belum."
Mendengus kasar, kemudian ia melepas tangan Arnold.
"Kebiasaan! Gue juga belum!"
Sedangkan Toga sudah menghela nafas kasar.
"Ayo, kerjain!"
–––
Kring kring kring.
"Baik, pelajaran kali ini sudah selesai. Mari semuanya istirahat."
"Baik, Bu!"
Seluruh siswa berhamburan keluar kelas, begitu pula dengan Meira dan ketiga sahabatnya.
Clara menatap tajam Anggela.
Terkekeh pelan. "Apaan?"
Anggela sejak tadi sudah membuat masalah yang membuat Clara kesal.
"Balikin!"
Tertawa keras, kemudian ia membisikan sesuatu di telinga Clara.
Menghela nafas dalam. "Oke!"
"Mei!"
Menoleh. "Iya?"
"Dicari Vano!"
Ketiganya menatap Meira sendu.
"Mampus gue!"
Berlari menerobos para siswa. Jangan sampai ia terlambat, habislah riwayat hidup Meira.
Menghela nafas pelan seraya berjalan menghampiri Vano.
"Hai, kak"
Menatap tajam. "Bagus, kemarin main pulang aja lo,ya!"
"Lo, lupa? Bersih-bersih Apartment?" Lanjutnya.
Tersenyum manis menatap Vano, kali ini Meira sedikit berani.
"Siap, Bos!"
Toga menatap kagum senyum Meira. Baru kali ini senyum itu dapat ia lihat.
Mengeleng pelan. " Bila dia mencintai Ku.. mencintai..Ku.."
"Aisyah..jamilah.. yeeay!" Lanjut Arnold.
Arnold merangkul Toga. "Cie, makin jatuh cinta abang Toga!" Goda Arnold
"Lebih baik bangun cinta..dari pada jatuh cinta.."
"Jatuh itu..sakit..bangun itu semangat!" Lanju Dero
Mendengus kasar. "Bacot!"
Vano hanya menaikan kedua alisnya.
"Pulang Sekolah ikut gue!"
Menelan ludahnya susah payah. "O..ke" ucapnya gugup.
"Lo dapat hukuman berat Mei!" Ucap Dero.
"Cantik-cantik jadi babu, Sama gue aja. Mau?" Goda Raga.
Yang lain menatap tajam Raga. Sedangkan Raga hanya menaikan kedua bahunya.
"Iri? Bilang bro!"
Meira Azzahra hanya terkekeh pelan melihat tingkah konyol geng Lion's.
"Yang terlihat burul belum tentu buruk."
.
.
.
.
.
Alhamdulillah, Up!
Terima kasih banyak semua 🙏❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
Meira Azzahra (On Going)
Ficção AdolescenteSeorang gadis yang cerdas kebanggan para guru dan kedua Orang Tua nya . karena selalu menduduki peringkat pertama paralel disekolahnya. Karena kecerdasannya banyak pula para siswa dan siswi iri terhadap nya tak segan-segan gadis tersebut menjadi ba...