21. Kendala

56 8 39
                                    

Haiii!

Apa kabar nih?

Sehat?

Semoga lancar terus urusannya ya
❤️

"Tidak semua yang terlihat buruk, akan melakukan tindakan yang bodoh."

Semua siswa berhamburan keluar, waktu belajar di Sekolah sudah habis. Kini mereka menghabiskan waktu belajar di Rumah.

Meira tertawa seraya berjalan keluar kelas bersamaan para sahabatnya. Sedangkan Vano juga berjalan dari arah yang berbeda.

Vano Sama sekali tidak menatap Meira, ia tidak pernah menganggap Meira itu ada.

Meira heran kenapa Vano tidak menatap nya. Dulu Vano menatap dirinya dengan ganas. Kini tatapan itu tidak ada lagi.

"Ada, apa?" Tanyanya polos

Merasa suasana sedang tidak baik-baik saja, Toga berjalan mendekati Keduanya, tepat berada ditengah keduanya yang saling menatap sinis.

"Hai, Ra. Apa kabar? Kelihatan beda nih" goda Toga sembari melihat penampilan Meira dari atas sampai bawah.

Meira tersenyum geli. "Udah berani gombal ya ?" tanyanya seraya terkekeh.

Raga yang melihat itu berjalan menghampiri Toga, tidak sengaja menabrak bahu Vano.

Duk!

Meringis pelan. "Maaf bos, ga sengaja!"

Vano hanya menganguk pelan, kemudian berjalan meninggalkan mereka.

"Cupu sialan!" Batin Vano.

Mereka yang melihat kejadian tadi menghembus nafas lega. Vano tidak marah, sifatnya berubah lebih cepat dari yang mereka kira.

"Sehat tu bocah?"

"Mungkin dia lelah"

"Bacot semua!"

"Yoi, mungkin masih ga terima, kali."

Raga tersenyum tipis seraya berjalan menghampiri Toga dan juga Meira.

"Neng Meira!" Sapa Raga.

Toga menatap tajam Raga, Raga yang ditatap Toga seperti itu hanya tersenyum manis. Meira membalas senyum Raga dengan tersenyum kecil.

Raga terkekeh pelan. " Lo, cantik!" Ujarnya kemudian berlari sebelum Toga menyumpal mulutnya.

"Raga sialan!" Batin Toga.

Meira tersenyum geli. Raga bisa-bisanya mengoda dirinya. Sungguh tidak terduga.

Toga menghembus nafas lega.

"Mei, lo gapapa kan?"

Meira sedikit bingung dengan ucapan Toga barusan, tetapi Meira tetap menganguk pelan.

Risa melirik tajam kearah Vano.
"Dih, najis!" Seru Risa

Clara menatap Toga seraya berfikir keras.

"Yang suka sama Meira ya?" Tanya polos Clara

Toga gugup mendengar penuturan Clara. Namun dengan cepat ia memasang wajah datar.

"Gue, Toga. Masa kalian lupa?" Jelas Toga dengan senyum manisnya, membuat matanya kembali tidak terlihat.

"Oh, mata sipit! Cieee!!"

Meira tersenyum geli. Berteman dengan mereka membuat dirinya semakin bahagia.

---
Anggota lion sudah berada di Markas, ada hal penting yang ingin Vano sampaikan. Jarang sekali semua anggota diundang seperti sekarang ini.

Tatapan Vano penuh amarah, kali ini mereka harus bertanding dijalan berhadapan dengan malam yang dingin dan bersembunyi pada anggota seragam coklat.

"Gue harap kalian fokus! Kita harus menang kali ini!"

Raga terkekeh pelan. "Sejak kapan kita kalah, bos?"

Semua mata memandang Raga dengan tajam.

"Mampus!"

Menghembus nafas kasar.

"Kali ini si Rangga yang ngajakin gue balapan!" Jelas Vano.

Toga mendelik. "Apa? Tu bocah jago juga balapan?"

Mendengus. "Kentinggalan info lo! Dia juga menang lawan Riko, Sekolah sebelah, bahkan Riko kapok mau tanding sama tu bocah" jelas Dero.

"Kalian tahu kenapa Rangga mau lawan kita? Karena Meira yang dia mau"

Toga terdiam. "Lah kenapa?"

Arnold berjalan mendekati Toga.
"Ternyata lo lebih bodoh soal cinta, bro!"

"Sial!"

Vano tersenyum licik.

"Ada yang lebih menarik dipertandingan kali ini!"

Menatap intens semua anggota lion.

"Jangan lupa bawa anak-anak besok alam. Sebelum berangkat kita ngumpul dulu di Markas"

"Dan satu lagi, gue harap semua anggota lion ga ada yang dekat sama Cupu. Gue gak suka!"

Toga tidak terima atas permintaan Vano, ia berjalan menghampiri Vano.

"Gue, suka sama Meira!"

Memutar matanya malas. Kedua tangannya mengepal.

"Jangan datang lagi ke Markas dan jangan lo gabung bareng kita kalo lo masih nekat cinta sama Meira!" Jelas Vano.

Toga menelan ludahnya susah payah, tatapannya berubah sendu. Semua Anggota lion menatap sendu Toga.

Cinta dan persahabatan itu adalah perihal yang sulit untuk dipilih. Sama-sama dibutuhkan.

"Gue harap lo ga pernah ketemu sama si Cupu, dan biarin dia bahagia sama Rangga"

Setelah mengucapkan kata barusan. Vano pergi meninggalkan mereka, seraya menutup pintu dengan keras.

"Gue memilih lo Van, dan gue tahu lo ada rasa sama Meira"

Semua Anggota lion menepuk bahu Toga seraya berjalan keluar Markas.
Arnold tersenyum kecut melihat nasib sahabatnya.

"Semoga bisa dipertemukan" ujarnya lirih kemudian berjalan meninggalkan Toga sendiri, membiarkan Toga tenang dengan pikirkannya.

"Harapan dan kenyataan tidak selalu Sama"

.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah update 😍
Semoga suka ya dengan cerita part ini!!

Love you all ❤️

Meira Azzahra (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang