22 || Pain

119 22 4
                                    

Hari demi hari terasa biasa saja. Tak ada yang spesial. Semua orang bersikap seolah keadaan baik-baik saja padahal sebaliknya. Seperti biasa, Hogwarts memang tidak se nyaman dahulu. Tidak se hangat dulu, tidak se cerah dulu. Tapi aku masih saja dibuat jatuh cinta dengannya. Jika kau tanyakan padaku bagaimana keadaan Draco, kupikir kau salah orang. Aku sama sekali tidak mengetahui keberadaan nya. Apa yang ia lakukan, apa yang ia pikirkan, apa yang ia resah kan, apa yang ia bingung kan, dan apa yang ia khawatirkan.

Aku mengambil kelas ramuan sejak pertama kali aku menginjakkan kakiku di Hogwarts. Dengan bekal buku 'Potion Making' yang dijual di toko buku muggle dekat rumahku, kupikir aku mungkin sudah ahli dalam meramu. Tapi siapa sangka bahwa buku itu ternyata betulan berguna dari apa yang aku duga. Tahun ke 5 guru ramuan diganti oleh Prof. Slughorn. Oh jelas aku mengenalnya, seorang pureblood yang menjadi kepala asrama Slytherin sebelum Prof. Snape.

Pelajaran hari ini membuat ramuan hidup bagaikan mati. Tentu saja Harry menggunakan buku kepunyaan Prof. Snape yang tidak ia ketahui. Aku pun sama dengannya, buku ramuan yang kupelajari selama ini adalah buku itu. Ya karena bagaimanapun buku ramuan yang ada di toko muggle hanyalah itu. Profesor Slughorn sempat bingung ingin memberikan Cairan Keberuntungannya kepada Harry atau kepadaku karena hasil ramuan yang kami buat sama kuatnya. Aku memang membutuhkan itu sebenarnya tapi aku paham kalau Harry yang lebih membutuhkan nya daripada diriku.

"Maaf Prof, mungkin anda bisa memberikannya kepada Harry saja karena saya yakin ia lebih membutuhkan nya dibandingkan dengan saya" tuturku

"Kau yakin Ms. Blythe?" Tanya Prof, Slughorn meyakinkan

"Iya Prof, saya yakin" balasku

"Baiklah, karena Ms. Blythe mengalah maka cairan keberuntungan ini akan diberikan kepada Mr. Potter. Selamat Mr. Potter, kelas di bubarkan" ucap Prof. Slughorn memberikan perintah.

Aku berpisah dengan ketiga temanku. Hermione melanjutkan kelas nya yang lain, sedangkan Harry dan Ron lebih memilih menghabiskan waktu luangnya untuk bersenang-senang. Aku berjalan menyusuri lorong yang lagi-lagi ditemani oleh kesendirian. Sesekali aku bersenandung kecil sambil berjalan seperti anak kecil, berjalan setengah melompat.

"Kau sok ramah ya"

Aku menengok, rupanya Malfoy yang memanggilku "Kau bicara padaku?"

"Pikirmu?"

"Tidak" Kataku sambil melanjutkan langkah ku yang sempat tertunda

"Kenapa kau berikan cairan keberuntungan itu kepada Potter? Kenapa?" Tanya nya setengah berteriak karena jaraknya yang cukup jauh dariku.

Aku berhenti. Berjalan mendekatinya, menatap tajam wajah kusutnya yang terlihat gusar.

"Ada masalah?"

"Tidak. Hanya saja kau sok baik hati"

Aku semakin mendekati nya, wajahku juga hampir bersentuhan dengannya, lalu aku berbisik "Bilang saja kau membutuhkannya untuk memperbaiki Vanishing Cabinet"

Mukanya menajam, mata dan wajahnya memerah, tangannya mengepal kuat hingga buku jarinya memutih, belum sempat menyelesaikan kalimatku ia lebih dulu mengucap, mengucap kata yang hampir membunuhku. Jika saja Prof. Snape tidak lewat kala itu, mungkin aku sudah mati saat itu juga.

"Anapneo!"

Aku memegang leherku, rasanya seperti ada yang mencekiknya dengan keras. Wajahku memerah, mataku berair, aku kehabisan nafas. Aku tidak menyangka Draco akan bertindak sekeji ini padaku.

"Dra- Draco- Le- Lep- Lepas- kan"

Ia tidak mendengarkanku, tatapan nya aneh, berbeda dari biasanya. Matanya menunjukkan sirat kebencian padaku. Kau kenapa Draco?

HyDracoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang