18 || Quidditch

123 25 1
                                    

Ujian OWL telah selesai kemarin, sebenarnya keadaan ku semakin buruk tiap harinya, namun aku tetap menahannya selagi bisa. Hari ini akan ada pertandingan Quidditch antara Gryffindor dan Slytherin, jadi aku harus segera bersiap-siap dan melakukan yang terbaik bagaimanapun kondisiku. Andai saja Harry tidak mendapat larangan bermain Quidditch, pasti aku sudah berbaring di kasurku. Namun kenyataannya berbanding terbalik karena aku disini, terbang di atas sapu dan bersiap untuk bertanding dan memenangkan piala Quidditch tahun ini.

Tempatku berada berhadapan dengan Draco, tatapannya sedikit aneh kali ini, ia terlihat memikirkan sesuatu. Ia sempat terkejut karena yang menggantikan posisi Harry adalah aku. Ia juga terlihat cukup mengkhawatirkan ku seperti ketiga temanku tadi. Ya, Hermione sudah mengoceh padaku untuk membatalkan pertandingan dan digantikan oleh Ginny. Jelas saja aku menolak, bagaimanapun aku tidak bisa meninggalkan amanah dan kewajiban yang sudah diberikan padaku. Aku di percaya oleh anak-anak asramaku untuk menggantikan posisi Harry, tentu saja aku tidak menolak dan menerima nya dengan senang hati.

Wajahku memang terlihat cukup pucat pagi ini, kepalaku juga terasa sedikit pusing. Untungnya aku masih menyimpan obat herbal yang diberikan ibuku dan meminumnya, setidaknya itu sedikit membantu.

Tahun ke-5 terasa begitu cepat walaupun ada Umbridge yang membuat semuanya jadi terasa lama. Aku belum ingin melihat Draco dengan kemurungan nya, aku belum sempat membuatnya tertawa hingga ia merasa bahagia. Aku belum ingin melihat wajahnya yang murung tanpa ada celah kebahagiaan sedikitpun seakan semua kebahagiaan dan senyumnya sudah dicuri dengan tidak adil begitu saja. Aku memang tidak menyukai beberapa sifatnya, namun tetap saja dia sama-sama remaja yang pastinya membutuhkan kebahagiaan tanpa adanya tekanan dari pihak orang dewasa. Aku tahu bagaimana rasanya dituntut dan ditekan secara tidak adil, itu benar-benar bisa membuatmu stress dan gila. Bahkan kamu bisa berfikir untuk berencana bunuh diri semata-mata untuk menghindar dari semuanya.

"Kau yakin akan baik-baik saja?"

"Tenanglah Ron, percaya padaku"

"Kalau kau gagal awas saja"

Ku kira Ron akan benar-benar tidak peduli padaku, ternyata ia sedikit peduli ya walaupun tetap menjengkelkan seperti tadi. Ya, dia memang baik dan perhatian, namun dia benar-benar julid dan mudah terpancing emosi, benar-benar seorang Weasley. Bagaimanapun dia tetap temanku dan aku bangga mempunyai teman seperti dirinya.

Pertandingan dimulai, para chaser dari masing-masing asrama saling merebut quaffle dan para beater terkadang memukul bludger kearah chaser lawan. Aku masih diam di pinggir lapangan, memperhatikan sekitar siapa tahu aku bisa menemukan keberadaan snitch. Aku masih melihat-lihat sekitar, mungkin terlihat aku sedang mengawasi namun sebenarnya aku juga sedang melamun. Entah apa yang kupikirkan hanya saja pikiran ku sering kosong akhir-akhir ini.

"Hydra" Sudah kupastikan itu suara Draco. Untuk apa ia mendekatiku saat pertandingan, kami memang berteman namun sekarang kami sedang menjadi rival.

"Draco, kenapa kau disini? Kita sedang menjadi rival"

"Aku tahu. Aku sempat terkejut kau yang menggantikan Harry"

"Yeah seperti yang kau lihat sekarang"

Aku kembali memerhatikan lapangan, poin yang dicetak masing-masing tim jumlahnya sama. Persaingan antara kedua asrama memanglah sangat menarik dan membuat penasaran.

"Kenapa memaksakan diri? Kalau kau kenapa-napa bagaimana?"

"Apa maksudmu? Aku baik-baik saja"

"Aku tidak bisa ditipu. Aku tahu kau sedang sakit, kenapa harus memaksakan diri?"

"Aku tidak apa-apa. Percaya padaku, aku akan baik-baik saja Draco"

Aku terbang menjauhinya karena dari kursi penonton Gryffindor kulihat Harry dan Hermione sedang menduga yang tidak-tidak, pasti ia berfikir kalau Draco sedang mengganggu dan mengusik ku. Sedangkan dari kursi penonton Slytherin kulihat Pansy yang sedang mencak-mencak kesal melihat kearah ku dengan tajamnya. Aku yakin pasti dia mengira kalau aku yang mendekati Draco duluan, padahal sebaliknya. Gaya Pansy memang cool menurut ku, namun sikap dan kelakuannya tidaklah jauh berbeda dari setan. Bisa-bisanya ada orang semacam dia terlebih lagi dia seorang perempuan, aku sebagai orang yang juga sama gender dengannya merasa malu terkadang.

Ginny memang benar-benar chaser yang berbakat. Ia sudah banyak mencetak gol untuk asrama Gryffindor, Ron juga tidak terlalu buruk dalam menjadi keeper namun aku lebih suka ketika Oliver Wood yang menjadi keeper. Sayang sekali aku tidak bisa melihatnya karena ketika aku baru datang ke Hogwarts ia sudah lulus. Padahal aku benar-benar ingin melihatnya secara langsung, kadang aku merasa kesal dengan Dumbledore karena bagaimana bisa ia menghilangkan data-data ku.

Mungkin karena cuaca yang berangin aku mulai merasa pusing dan mual. Namun aku berusaha menahannya, aku yakin bisa menahan nya sampai pertandingan selesai dan aku menangkap snitch.

Aku melihat snitch diujung lapangan dari tempatku, kurasa Draco belum menyadari nya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan aku segera terbang mendekati snitch dan mulai mengejarnya. Aku tidak menyangka bahwa menangkap snitch jauh lebih sulit dari yang kubayangkan. Draco melihatku yang sedang mengejar snitch, ia terbang mendekatiku dan mulailah persaingan dalam merebut snitch antara kami. Aku merasa ego dia dalam memenangkan pertandingan kali ini memuncak, aku juga tidak mau kalah. Ku naikkan egoku dalam sekejap dan mulai fokus mengejar snitch. Sejujurnya aku merasa aneh karena Draco tidak mendorong ku, mencoba menjatuhkan ku dari sapu dan menghalangi ku menangkap snitch. Dia hanya terbang tepat di sebelahku, hanya fokus mengejar snitch tanpa niat menyenggol maupun menjatuhkan ku dari sapu.

Semakin lama pandanganku semakin kabur, kepalaku semakin berdenyut sakit. Aku masih berusaha menahannya karena sebentar lagi aku akan menangkap snitch. Tapi sepertinya aku sudah tidak mungkin bisa lagi menahannya, aku terbang melambat, sapuku terbang dengan oleng karena sesekali aku memegang kepalaku yang berdenyut.

Draco menengok ke arahku, raut wajahnya menampakkan ke khawatiran. Aku tahu dia khawatir dengan keadaanku, aku yakin teman-temanku khawatir dengan keadaanku. Sekali lagi aku melihat ke arah kursi penonton, Hermione benar-benar tidak tenang dalam duduknya, Harry juga sama khawatir nya dengan Hermione. Namun ada yang aneh karena mereka terlihat terkejut, raut muka Hermione berubah 180° ia terlihat sangat panik dan berteriak mencoba berbicara denganku namun terlihat percuma sampai–

"HYDRA MENYINGKIR"

Aku menengok, Draco berteriak padaku. Dia menyuruhku menyingkir, menyingkir dari apa? Ku lihat arah pandangannya, tepat dari arah kiri aku melihat bludger yang terbang ke arahku dengan sangat cepat. Aku belum sempat menyingkir karena aku merasa benar-benar lemas, sulit bagiku untuk menyingkir dengan cepat. Aku kalah cepat dengan bludger yang terbang ke arahku.

Bola itu menabrak tepat di kepalaku dan duniaku seakan berputar. Anehnya, aku tidak merasakan sakit sama sekali. Tubuhku terjatuh bebas di udara, melayang dengan pasrahnya. Tubuhku terjatuh di atas tanah, aku tidak bisa mendengar apapun, penglihatan ku semakin kabur dan buram. Aku hanya bisa melihat seseorang berjubah hijau berlarian ke arahku dengan tergesa-gesa. Aku tersenyum ke arahnya.

Dan semuanya gelap

♪♪♪♪♪

Gatau sumpah mau nulis apa, cuma ya kalian harus siap ditinggal hiatus, sowwy
And seperti biasa, gajelas selalu menyertai di setiap chapter
Hydra a seeker just like me

~Just Skye

March 4th
2021

HyDracoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang