Seusai makan siang yang berdurasi lebih lama dari biasanya, aku mengajak Draco ke ruang koleksi yang berada tepat di sebelah kamarku. Tidak terlalu besar tapi cukup untuk membuat sebuah perpustakaan kecil, memajang koleksi keluarga ku serta menyimpan beberapa alat musik. Sebenarnya aku sedang tidak selera untuk membaca buku ataupun memainkan alat musik namun sangat tidak mungkin jika mengajak Draco ke kamar tidur pribadiku. Aku teringat hari terakhirku di Hogwarts, aku menendang tulang kering Draco hingga ia kesulitan untuk berjalan. Kejadian itu baru terjadi seminggu yang lalu dan aku yakin pasti kakinya masih terasa sakit sampai sekarang karena aku melihatnya masih menahan rasa nyeri ketika ia sedang berjalan.
"Kakimu-"
"Jauh lebih baik"
"Maaf- aku terlalu kasar hingga-"
"Kau memang kasar"
"Kau menyebalkan"
"Aku tahu"
Aku terdiam, begitupun dengannya. Aku tidak berencana untuk membedah koleksi buku-buku yang kumiliki padanya untuk sekarang. Yang kupikirkan hanyalah melanjutkan konser dangdutan ku yang sempat tertunda tadi karena kehadiran Draco yang sangat tiba-tiba dan tidak terencana. Aku sempat berfikir untuk mengajaknya dangdutan bersamaku. Beberapa muggle di Inggris saja belum tentu menyukai dangdut apalagi seorang penyihir darah murni seperti Malfoy. Sejak masih belia ia pasti hidup dalam kemewahan dengan acara-acara penting dan formal pastinya. Penyihir sepertinya pasti hampir setara dengan keluarga kerajaan, menjaga penampilan dan tata krama adalah hal utama dimana pun ia berada.
Tetapi apa salahnya mencoba mengajaknya?
Aku beranjak dari tempat dudukku menuju kamar tidurku berniat untuk mengambil speaker cadangan yang ada di kamarku. Tak lupa juga dengan handphone yang selalu setia menemaniku. Aku yakin Draco akan bertanya-tanya benda apa yang sedang ku pegang saat ini. Aku sudah siap dengan kritikan pedasnya soal benda muggle yang aneh menurutnya. Dia menatapku ketika aku masuk ke dalam ruang koleksi sesaat sampai perhatian nya teralihkan oleh benda yang sedang ku pegang.
"Apa itu?"
"Speaker dan handphone"
"Untuk?"
"Speaker semacam alat pengeras suara dan handphone adalah alat canggih ciptaan muggle yang multifungsi"
"Kenapa multifungsi? Apa keistimewaan dari benda persegi panjang yang pipih seperti sebatang coklat"
"Kau bisa berfoto dengan kamera. Kau bisa mengirim surel secara cepat. Kau bisa menghubungi orang dengan mudah. Dan yang paling penting, kau bisa dangdutan sepuasnya"
"Dangdutan? Benda apa lagi itu?"
"Musik. Genre lagu di dunia muggle itu lebih bervariasi daripada di dunia sihir"
"Lalu?"
"Dan dangdut salah satunya. Tapi dangdut bukan genre lagu dari Inggris maupun Eropa. Dangdut itu salah satu genre musik dari Indonesia, kau tahu Indonesia kan"
"Ya aku tahu. Apa istimewanya?"
"Kau jangan meremehkan musik dangdut. Musik ini punya kekuatan tersendiri, saat kau mulai mendengar alunan musiknya kau otomatis akan bersemangat dibuat bergoyang olehnya"
"Aku tidak percaya"
"Akan ku tunjukkan padamu" aku menyambungkan handphone ku agar terkoneksi dengan speaker. Aku mencari lagu Nassar penyanyi dangdut favorit ku di YouTube dan mulai memutarnya tepat di reff.
Saat pertama kali mendengarkan alunan musiknya Draco sudah mengernyitkan dahinya bingung. Aku yakin pasti dia sangat kebingungan dengan alunan musik yang sangat asing di telinganya. Aku mulai heboh ketika suara kendang mulai terdengar dan sedetik kemudian Draco benar-benar di buat kebingungan olehku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HyDraco
Fanfiction[SEMI HIATUS! SLOW UPDATE!] Note: Semua karakter dan nama tempat milik J.K Rowling dan ada beberapa lokasi dan karakter tambahan yang murni karangan author ---------------- Hydra Gypsophila Blythe Dia hanya seorang gadis biasa tanpa kekuatan super y...