Chapter 13

833 81 4
                                    

Ken sampai di pelabuhan dan mereka semua masuk kedalam kapal membawa Ken yang terikat. Dia dibawa masuk kedalam kapal dan menuju sebuah ruangan, dan Ken didorong hingga jatuh terduduk. Tiba-tiba seseorang datang menghampirinya dan berjongkok didekatnya.

Ken menoleh menatap pria itu, dia tersenyum penuh maksud pada Ken.

"Nong Ken kan namamu?" Tanya lelaki tinggi, putih dan bermata sipit itu.

"Apa maumu?" Tanya Ken dengan tak bersahabat.

"Kabarnya kamu menghina salah satu anak buahku?" Katanya sambil berdiri dan berjalan kearah sofa.

"Iya, itu aku!"

Dia tersenyum dan duduk di sofa.

"Tapi bukan itu yang membuatmu ada disini,"

Ken mengerutkan alisnya.

"Aku mau kamu menjadi salah satu anak buahku,"

"Aku nggak akan mau diperintah!"

"Aku tahu pasti kamu menolak, kamu tahu kan bahwa anak buahku banyak dan bisa mengorek info apapun, dan aku dengar ada seseorang yang menyelamatkan nyawamu malam saat anak buahku menyerangmu.."

Mata Ken melebar karena terkejut.

"Cuma dua pilihan, menjadi anak buahku atau penyelamatmu dalam masalah, ga susah buat dapat info apapun saat ini,"

"Buat apa kamu mau menjadikanku anak buah? Aku bukan orang hebat untukmu bisa diberikan pilihan, lbh baik kalau kalian dendam, bunuh aku sekarang, nggak usah melibatkan siapapun!"

"Alasannya tentu ada, dan kamu nggak harus tahu..."

Ken terdiam dengan wajah kesal. Dia tidak suka pilihan tak masuk akal. Dia menjalani hidup atas kendalinya sendiri, bukan diperintah orang lain. Tapi dia juga tidak mau Che kena masalah.

"Aku akan biarkan kamu berpikir.. perjalanan kita akan lama di laut, kamu punya banyak waktu.. bawa dia keluar.." perintah orang itu.

Singto menarik Ken agar berdiri dan membawanya keluar dari kamar pria itu. Dia dibawa ke kabin yang lebih kecil dari sebelumnya dan dimasukkan kesana. Sementara pintu dikunci dari luar.

Ken menunduk bingung atas pilihan ini. Dia tidak mau jadi budak orang lain. Tapi Che punya banyak mimpi yang harus dia laksanakan. Ken tidak mau menghancurkannya. Ken menoleh pada jendela bulat kecil membayangkan Che diluar sana, kita nggak akan bisa bertemu lagi, Phi.

***

Che masuk kedalam kamar, matanya tertuju pada paper bag berwarna biru. Dia mengambilnya dan mengeluarkan isinya. Sebuah jam tangan. Ini adalah kado yang harusnya akan dia berikan pada Ken saat mereka tiba di rumah. Tapi sekarang pria itu tak ada. Dia menatap kasur besar itu. Sebulan ini ada orang lain disana selain dirinya. Tapi malam ini pertama kalinya dia tidur disana sendirian. Che terduduk dengan perasaan penuh kegelisahan. Dia sangat berharap bisa menerima kabar baik sesegera mungkin. Che menangis memeluk lutut. Takut, gelisah kuatir, sedih menjadi satu.

***

Pintu kabin dibuka membuat Ken yg tidur dengan duduk bersandar di kaki tempat tidur dengan posisi terikat terbangun.

Pria yang semalam melakukan penawaran dengannya masuk membawa sepiring makanan dan segelas air. Jelas sekali dari penampilannya bahwa dia adalah pimpinan geng. Tp bukan geng motor. Ken tidak tahu geng kriminal apa mereka. Tapi dia sangat berkharisma, jika orang bertemu dalam kondisi biasa, akan menganggap dia pria kaya dan tampan yang mungkin pemilik perusahaan bukan pimpinan kelompok penjahat.

"Bagaimana? Apa satu malam cukup buat kamu memutuskan?"

Ken tak langsung menjawab. Sejenak dia berfikir lagi. Baru kemudian bersuara.

"Apa yang harus aku lakukan kalau aku menerima tawaranmu?"

Dia tersenyum pada Ken.

"Tentu saja, sama dengan posisi lamamu, kamu akan jd pimpinan di salah satu kelompok yang aku miliki di Thailand, tapi karena aku ada sedikit urusan di jepang, selama itu kamu cukup jadi salah satu bodyguardku, kemampuan beladirimu kudengar sangat baik,"

"Baik.. tapi jangan pernah lagi libatkan siapapun!"

Dia tersenyum puas. Dan berjongkok menghampiri Ken.

"Tenang saja Nong Ken, oh iya kenalkan, namaku Kao, panggil aku Phi, Oke? Jangan lupa makan,"

Ken tak menjawab hanya menatap tak bersahabat. Tapi Kao hanya tersenyum sambil menepuk pundaknya dan berdiri berjalan keluar kabin. Dia memberi pesan pada Singto yang didepan pintu sebelum pergi.

Singto menghampiri Ken setelah Kao meninggalkan kabin. Dia membuka ikatan Ken.

"Beruntunglah Boss suka sama kamu jd kamu nggak dibunuh,"

"Lebih beruntung kalau aku dibunuh," katanya sinis

"Nggak usah sombong lagi, sekarang kamu adalah bagian dari kelompok ini, jangan karena kecerobohanmu, teman-temanmu jadi korban lagi,"

"Itu karena kalian pengecut!" Singto mulai kesal menarik kerah Ken, tapi seseorang yang bersama Singto melerai.

"Sudah .. sudah.. jangan sampai kamu kena sama boss karena cari masalah dengannya!" Katanya.

Dengan kesal dia melepaskan kerah Ken dan keluar kabin. Pria tadi menoleh dan duduk di hadapan Ken.

"Aku tahu kamu mungkin belum menerima ini, tapi boss sangat menyukaimu, kamu nggak akan kesulitan disini," katanya

"Kenapa dia menyukaiku? Aku belum pernah ketemu sama dia,"

"Dari cerita asisten boss, katanya dia pernah ketemu kamu, tapi asistennya nggak cerita dimana dan kapan,"

Ken memandang bingung.

"Sekarang makanlah. Kamu nggak usah kuatirkan siapa-siapa lagi. Kamu juga nggak akan merasa tersiksa disini, kalau dijalan dulu musuhmu adalah anggota geng lain dan polisi, tp disini kita cuma musuh polisi, krena kelompok ini termasuk ditakuti sama geng motor lain,"

"Apa yang dikerjakan kelompok ini?"

"Pembunuh bayaran dan obat terlarang.."

Ken terkejut dan mengusap wajahnya. Dia sama sekali tidak punya keinginan masuk pada kelompok yang sangat mengerikan seperti ini.

"Cepat makanlah, jam 11 nanti kamu temui boss lagi, " katanya bangkit dari duduk,

"Phi, siapa namamu?"

"Krist.." katanya kemudian pergi sambil menutup pintu.

dr.KenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang