Chapter 4

1.1K 109 3
                                    

"Apa kamu baik-baik saja, Ken?" Tanya Mean Kuatir, sambil melihat-lihat kepalaku.
"Sekarang masih terasa sakit, mereka mukul keras banget, gimana kalian bisa tahu aku sama dokter jong?"
"Semalam waktu mereka berhasil kita pancing ke daerah yang banyak polisi, mereka langsung berhenti mengejar, kemudian kita balik lagi kesini buat cari kamu karena hp kamu mati, dan yang kita temui hanya ceceran darah," jawab Mike, lelaki yang paling tua diantara kami, tapi justru paling ceroboh dan tak bisa diandalkan.

"Dan tadi pagi kita baru mendapat info dari toko yang didepan sana bahwa semalam dokter jong membawa kamu masuk," lanjut Max.

Aku bersandar pada bantal dan dinding dibelakangku masih merasakan nyeri dikepala.

"Sebaiknya, kamu jangan keluar dulu, mereka masih mengincarmu," kata Max
"Aku nggak keluar, karena aku nggak sanggup berdiri, phi, kalau aku sanggup, aku nggak peduli si brengsek-brengsek itu yang cuma berani keroyokan,"
"Ken.. jangan macam-macam, jumlah mereka banyak, bisa bunuh kamu!" Suara Mean nampak tinggi.

"Jangan kuatirkan aku, sebaiknya kalianlah yang harus menjauh dan berpura-pura nggak tahu apa-apa lagi tentangku, aku nggak mau kalian kenapa-napa,"
"Kenapa bilang begitu, phi! Apa phi nggak tahu kalau kami mengkuatirkan phi? Apa phi nggak ngerti betapa penting nyawa phi??" Mark berdiri sambil emosi. Matanya memerah.

Max mendekat dan merangkulnya untuk menenangkannya.

"Kamu nggak tahu, bagaimana perasaanku melihat darah berceceran semalam, dan sekrang bahkan dalam keadaan begini, kamu masih juga egois!" Mark langsung berbalik dan keluar dari kamar. Max memandang bingung.

"Berilah pengertian padanya.. " kataku menatap mereka.

"Bahkan kami nggak ngerti apa yang harus kami jelaskan sama dia," Kata Mean.

"Aku cuma nggak mau jadi pengecut, bersembunyi setelah apa yang aku perbuat, seenggaknya, kalian bisa bangga sama aku karena ketua kalian yg masih muda dari kalian, bukan pengecut," kataku menatap mereka.

Bagiku ini adalah masalah yang aku buat. Aku memang tidak diajarkan dengan baik soal tanggung jawab oleh orang tua dan sekolah. Tapi semenjak bertemu mereka dan sebagai penggerak, aku jadi tahu bagaimana aku harus berbuat. Aku tidak mungkin bisa lari dari apa yang aku lakukan. Dari api yang sudah kunyalahkan. Aku tahu Mark sangat mengkhawatirkan aku. Aku permah bilang pernah sekali berpacaran dengan lelaki kan? Dia adalah Mark. Dia orang yang sangat perhatian dan baik selama kami pacaran. Aku bersamanya selama 3 bulan. Dan sudah tidak bersama lagi selama 5 bulan ini. Tapi hubungan kami masih baik-baik saja. Aku menyudahi kebersamaan dengannya karena merasa tidak lagi menyenangkan, atau bosan? Aku tidak tahu pasti karena perasaanku semakin lama padanya tidak spesial dan hanya menganggap dia Nong. Mark mengerti, dan dia juga menyayangiku sebagai Phi nya. Dia slalu bilang akan bahagia bila melihatku bahagia.

Melihatnya seperti tadi tentu saja aku tidak mau. Tapi aku bukan egois. Bagiku ini soal tanggung jawab.

Dokter Jong masuk saat aku sedang memikirkan semua ini setelah semua teman-temanku pergi.

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanyanya duduk di samping kasur.

Aku mengangguk padanya.

"Aku dengar keributan dari bawah,"
"Maaf, phi. Teman-temanku membuatmu terganggu,"
"Nggak, Ken. Untungnya nggak ada pasien. Tapi mereka bilang ke aku, kalau kamu nggak takut mereka,"
"Benar.."
"Tapi, Ken.. mereka takut kamu kenapa-napa lagi,"
"Aku nggak mungkin jadi pengecut, phi!"
"Bukan, Ken.. jangan berfikir kamu sembunyi itu karena pengecut tapi pikirlah kalau ini juga salah satu cara membuat mereka terhidar dari masalah, bayangkan, jika kamu keluar, mereka nggak mungkin diam saja, dan akan ikut terlibat sama kamu meskipun kamu larang, dan artinya mereka akan terlibat dengan persoalan yg mereka nggak lakuin,"

Aku diam dan menunduk. Ada benarnya yang dia katakan, tapi aku tidak mau lari dari masalah seperti yang keluargaku lakukan. Membuangku karena aku bermasalah.

"Ken.. boleh aku tanya?"

Aku mengangkat kepala dan menatap dokter itu.

"Dimana keluargamu? Seenggaknya, mereka bisa membantumu menyelesaikan masalah ini.."
"Dokter.."

Kami menoleh kearah pintu dimana perawat sedang berdiri disana memanggil Dokter Jong.

"Ada pasien datang,"
"Oiya, aku segera kesana.."
"Baik.." dia berbalik dan pergi.
"Nanti kita lanjutkan, aku menemui pasien dulu,"

Aku mengangguk dan hanya menatapnya pergi dari kamar. Aku menghela nafas dalam. Bingung bagaimana harus berbuat.

dr.KenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang