Chapter 8

1.2K 120 4
                                    

Hari ini adalah hari libur Che. Dia menutup kliniknya hari ini dan membukanya hanya nanti sore pukul 19.00-21.00 malam.karena dia ingin merapikan barang-barang yang ada dikamarnya. Ini adalah hari ke 7 Ken berada di sana dan sudah memiliki niat keluar dari sana. Karena lukanya sudah lebih baik. Dia sudah menyuruh teman-temannya untuk mencari kamar untuknya sementara. Dan mereka mendapatkan teman yang mau meminjamkannya di daerah Hua Hin. Sekitar 3-4 jam perjalanan dari klinik Che. Karena menurut mereka. Semakin jauh semakin bagus. Tapi Ken belum mengatakannya pada Che. Dan berniat mengatakannya hari ini.

Sejak kejadian malam itu, suasananya tidak banyak berubah. Hanya perasaan mereka yang berusaha menepis semuanya.

Che sibuk membuka-buka kardus dan merapikannya kedalam laci dan meja. Ken menghampirinya.

"Phi.."

Che menoleh kearah Ken.

"Aku mau minta tagihan ku,"

Che mengerutkan kening.

"Biaya selama aku disini, nanti sore atau besok aku akan pergi dari sini, teman-temanku sudah menemukan tempat di hua hin,"

"Hua hin?"

"Iya, karena menurut mereka semakin jauh semakin bagus,"

Che terdiam berfikir. Dia sedang berusaha menganggap Ken biasa saja. Tapi mendengar Ken akan pergi ketempat yang jauh rasanya hatinya tidak siap.

"Apa nggak bisa nanti aja? Aku takut kepalamu belum pulih,"

"Aku udah merasa sehat kok, phi. Jangan kuatir. Kalau nanti ada keluhan, aku pasti konsultasikan sama phi,"

"Bagaimana caramu konsultasi sama aku sementara kamu jauh disana?"

"Kita bisa telepon, phi bisa rekomen obat apa yg harus ku minum dan bisa kubeli obatnya disekitar sana, nanti aku suruh mark menyimpan nomermu, karena mungkin Mark lebih banyak bersamaku disana, karena rumah orang tuanya juga didekat Hua Hin,"

"Hah?" Ekspresi Che berubah menjadi kesal. Dia berdiri menghampiri Ken.

"Apa kalian pacaran lagi?"

"Engga.."

"Kalau gitu aku nggak ijinin kamu kesana sama dia,"

"Kenapa?"

"Aku nggak suka" kata Che menatap tajam Ken kemudian keluar kamar.

Ini Membuat Ken semakin bertanya-tanya. Dia mengacak-acak rambutnya. Dia bukan orang bodoh, dia seperti melihat Che cemburu, tapi Ken tak mau salah sangka. Tapi hanya satu alasan kenapa dia tak diijinkan, karena Che cemburu. Apalagi Che pernah memberikan sikap lembutnya pada Ken.

Ken bukan orang yang mau menunda apapun. Dia harus tahu. Setidaknya jika memang dia salah pengertian, dia sudah berniat pergi dari sini.

Ken mencari Che ke ruang prakteknya. Biasanya dia disana. Dan benar dia sedang memainkan ponsel. Melihat Ken masuk, che berusaha acuh dan segera berdiri dari duduk untuk keluar menghindari Ken. Dia masih sangat cemburu membayangkan Ken dan Mark akan tinggal bersama.

Tapi saat melewati Ken. Ken meraih lengannya dan menghentikannya.

"Kenapa sih? Aku mau minta tagihan saja?"

"20rb bath,"

"Serius?"

"Apa kamu mau rinciannya?" Tanyanya dingin tanpa menatap Ken.

"Aku percaya sama phi, tapi uangku nggak sampai sebanyak itu,"

"Terus kamu mau pergi gitu aja?"

dr.KenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang