Chapter 17

871 87 8
                                    

Che didepan komputernya mencari tahu tentang Kao. Che yakin pria itu adalah Ken dan dia masih hidup. Orang bernama Kao pasti tahu segalanya.

Dari informasi yang dia dapatkan adalah Kao seorang pengusaha muda yang sukses dengan bisnis travel di seluruh pelosok Thailand. Tak ada info lain tentangnya.

Che mulai mencari nama instagramnya dan hanya menemukan beberapa fotonya bersama istri dan anaknya.

Che mulai putus asa mengacak-ngacak rambutnya. Tapi dia teringat sesuatu, Dia bangkit dari duduk dan menuju ruang keluarga untuk menemui Ayahnya sedang menonton Tv.

"Che? Ada apa?"

"Pa, dulu papa sering bercerita kalau Khun Kao punya bisnis Travel, papa bercerita karena dulu aku suka traveling kan? Apa aku boleh minta kontaknya?"

"Kamu mau jalan-jalan? Bagaimana dengan klinikmu?"

"Aku pikir perlu mengambil cuti dan pergi berlibur,"

"Baguslah kalau kamu mau berlibur, ajak temanmu agar nggak membosankan,"

"Iya nanti aku akan coba apa beberapa teman bisa mengambil libur bersama,"

"Nanti papa akan kirimkan nomer teleponnya sama kamu,"

"Terima kasih pa,"

Dikepala Che penuh dengan rencana. Bukan untuk berlibur. Tapi sekali lagi dia ingin bertemu pria itu. Memastikan bahwa memang dia Kana yang selama ini dia cintai. Che mulai berfikir, apa mungkin Ken dibuang setelah dilukai para preman itu, tapi ternyata dia belum meninggal dan sekarang hilang ingatan. Jika itu terjadi, Che harus berusaha menyembuhkan Ken sekali lagi. Jika waktu itu dia lakukan karena rasa kemanusiaan, tapi kali ini karna rasa cinta yang teramat besar padanya.

***

Che keluar dari kantor tempat dia bertemu dengan Kao. Dia berhasil membuat janji bertemu dengan Kao siang ini tapi Kao tidak bersama Ken. Che juga tidak bisa bertanya melenceng dari pembicaraan mengenai destinasi wisatanya. Akhirnya dia menyudahi pembicaraan yang menurutnya tanpa hasil.

Che bersiap menunggu Lift untuk turun. Ketika pintu Lift terbuka dia melihat orang sedang dia cari. Ken saat itu menatap sejenak kemudian keluar dari Lift. Dia ingin mengabaikan. Tapi saat dipesta mereka sudah pernah bertemu, akan sangat mencurigakan bila dia tidak menyapa.

"Swatdhi krub"

Che terpaku tak menjawab.

"Dokter ada perlu disini?" Dia bertanya dengan normal.

"Hmm.. aku habis ada pembicaraan untuk traveling,"

"Baiklah, aku permisi, Aku harus menemui Phi Kao,"

"Sebentar... " Cegah Che.

Ken berhenti dan melihat kearah Che.

"Boleh kita bicara sebentar?"

"Maaf, dok, aku benar-benar nggak ada waktu.. maaf sekali lagi.. aku permisi.." katanya segera melakukan Wai dan pergi dari hadapan Che.

Che nampak tidak bisa menahan rasa kecewanya. Che sangat yakin bahwa dia adalah Kana. Semakin menatap matanya, dia semakin yakin.

Ken berjalan meninggalkan Che dengan perasaan luka. Dia ingin mengatakan bahwa dia sangat merindukannya tapi sekali lagi akal sehat mengingatkannya agar tidak ceroboh. Karena Che akan terlibat hal-hal tidak enak. Maafkan aku.. phi..

Ken masuk keruangan Kao. Kao yang sedang fokus dilayar komputernya tersenyum melihat kedatangan Ken.

"Barusan Dokter Jongche datang dengan alasan mau traveling, tapi aku merasa itu cuma alasan," kata Kao tanpa basa basi.

"Kenapa Phi berfikir begitu?"

"Dia terlihat seperti mencari-cari sesuatu disini, nggak fokus bicara sama aku,"

Ken hanya terdiam tanpa komentar.

"Apa hubungan kalian dimasa lalu?"

"Hubungan apa?"

"Karena aku yakin jika kalian nggak punya hubungan spesial, dia nggak akan mencarimu kesini,"

"Berhenti membahas dia, dia kenalanku di masalalu, mungkin dia cuma penasaran,"

"Ken... Aku tahu kalau kamu nggak punya perasaan yang sama kayak aku meskipun kamu sudah bertemu Earn dan Baifern, tapi aku nggak berniat melepaskanmu,"

"Phi nggak perlu kuatir, asal kamu pegang omongan untuk nggak melibatkan siapapun, aku nggak pergi kemana-mana,"

Kao mengangguk atas kata-kata Ken. Meskipun dia kuatir pada dokter itu tapi dia percaya Ken tidak akan bertindak ceroboh untuk mengorbankan siapapun.

"Oiya, nanti malam aku ingin keluar bersama geng motor untuk memantau pengedaran obat di klub malam,"

"Baiklah.. kamu urus semua itu, setelah tiba dibangkok memang itu menjadi urusanmu,"

***

Kao memberi sebuah motor mahal untuk Ken gunakan. Jika kalian bertanya apakah para anggota lain iri dengan Ken. Tidak. Karena sejak awal Ken dicari sebagai orang spesial untuk Kao. Anggota lain banyak yang tunduk pada Ken karena selain takut bermasalah dengan bossnya. Ken adalah sosok yang sangat tegas dan patut disegani. Tidak ada satupun anggota yang akrab dengannya hingga berani padanya. Ken menjaga jarak dengan semua anggota, tidak terkecuali Krist dan Singto.

Sepulang dari memantau, Ken melewati jalan didepan Klinik JongChe, melihat itu memorinya terulang. Saat Che menyelamatkannya dan dia menjalani 30 hari bersama Che. Cuma 30 hari tapi seperti 30 tahun.

Ken menghentikan motornya setelah melewati Klinik dan anggota lain ikut berhenti. Ken menatap Klinik dengan perasaan sedih. Tapi kegaduhan membuat perasaannya buyar.

Ken melihat beberapa anggotanya terlibat keributan dengan beberapa orang. Ken turun dari motor menghampiri mereka.

Ternyata itu adalah 4M. Ken memakai masker dan Helm fullface membuatnya tidak dapat dikenali. Ken mendorong Mike menjauh.

"Pergi!" Katanya singkat.

"Kalian yang membuat masalah, ini tempat kami!" Kata Mike yang terlihat mabuk berbicara keras.

"Kamu berani sama kami?" Seorang anggota menodongkan pistol kekepala Mike.

Ken mengambil pistol itu.

"Nggak usah pedulikan orang mabuk!" Katanya menyerahkan pistolnya lagi untuk dia simpan.

Mark tiba-tiba menghampiri Ken.

"Suaramu nggak asing,  siapa kamu?"

Ken menoleh padanya.

"Aku adalah dewa kematianmu kalau kamu nggak menyingkir!"

"Ken?" Max bergumam.

Ken menuju motornya dan menginstruksikan untuk pergi sesegera mungkin dari sana meninggalkan 4M.

"Benar itu P'Ken.. aku kenal suaranya!" Kata Mark.

"Dia masih hidup??" Kata Max sambil tersenyum bahagia.

"Tapi kenapa dia nggak peduli kita?"tanya Mean

"Tapi aku yakin itu Ken. Postur tubuh dan suaranya. Itu Ken!"

"Kita harus bicara dengan dokter Jongche agar dia bisa bertindak!" Kata Mark.

Sementara Mike tidak berkomentar karena terlalu mabuk. Dia hanya terduduk di jalan bersandar pada tiang listrik.

"Besok kita temui dia, karena sejak Ken pergi, dia nggak pernah tinggal dikliniknya," kata Mean.

Mark dan Max mengangguk setuju.

dr.KenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang