Chapter 6

1.1K 110 18
                                    

Che memeriksa jahitan dikepala Ken dan membersihkannya dengan alkohol. Lukanya nampak jauh lebih baik.

"Kayaknya aku hanya perlu memakaikan kamu plester saja kalau melihat kondisi kepalamu," kata Che pada Ken.

Ken mengangguk setuju.

"Apa kamu masih merasa sakit kepala?"
"Nggak terlalu phi, paling kalau lukanya tersentuh aja,"
"Tapi nanti sore aku tetap akan membawamu CT scan, kebetulan dokternya adalah temanku, dan aku sudah buat janji"
"Tapi.."
"Jangan menolak dan jangan pikirkan apapun, aku sudah bilang kan, anggap aku adalah kakakmu,"

Ken nampak berfikir.

"Aku harus yakin nggak ada keretakan di kepalamu,"

Ken tidak menjawab apapun. Che membereskan beberapa peralatan setelah selesai memakaikan plester dikepala Ken.

"Jam 3 kmu harus bersiap-siap ya. Kita akan kerumah sakit jam 3,"
"Aku bisa pinjam baju phi lagi?" Tanya Ken ragu. Karena memang beberapa hari ini dia pun meminjam kaos dan celana panjang Che untuk tidur.

"Aku sudah bilang, kamu pakai saja,"
"Terima kasih, Phi!"

Che mengangguk sambil tersenyum kemudian dia segera membawa peralatannya kembali ke klinik.

***

Setelah menjalani pemeriksaan. Che dan Ken duduk meminum kopi diklinik rumah sakit sambil menunggu dokter spesialis yang memeriksa Ken datang. Mereka harus bicara secara personal karena tadi pasien sangat antri hingga Che tidak bisa lebih santai dalam diskusi.

Dokter spesialis tulang yang menangani Ken adalah Dokter Marie, dokter cantik yang hampir menjadi pacar Che, tapi terkendala karena Che keluar dari rumah sakit dan lebih fokus pada klinik dlu dibanding masalah percintaannya.

"Maaf menunggu.." Marie datang menghampiri Ken dan Che,
"Nggak apa-apa, apa pasienmu sudah selesai?" Tanya Che
"Iya, sudah. jadi aku bisa lebih santai menemuimu, eh maksudnya menemui km membahas tentang Nong.. siapa tadi namanya..?"
"Panggil saja Ken" kata Ken.
"Iya, soal kepala Ken, nggak ada hal serius, berangsur2 cideranya akan sembuh dengan alami, tapi tetap rutin minum obat," kata Marie,
"Khrub.."
"Anak baik.." marie tersenyum.

"Hei Che?!" Seseorang tiba-tiba menyapa Che.
"Hai, Tong.." Che tersenyum kearahnya.
"Hmm ada Marie juga, jangan-jangan kamu kesini mau ketemu marie?" Goda Tong
"Udah hampir sebulan kan nggak lihat pacar.. " wanita berpakaian dokter disamping tong juga ikut menggoda.
"Pacar siapa.. kami ga pacaran.." kata marie tersenyum malu.
"Aku kesini membawa pasienku melakukan ct scan ke Marie,"
"Kalian pakai malu-malu.. biasanya juga menempel terus waktu kamu masih dirumah sakit" kata tong semakin menggoda.

Marie tampak tertawa malu. Che hanya tersenyum sambil menyanggah. Hanya mimik wajah Ken mendadak berubah ketika dia mendengar godaan-godaan itu. Ken mulai merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan sikap Ken terlihat oleh Che. Karena itu tak beberapa lama dia berpamitan untuk kembali ke Klinik.

Sepanjang jalan Ken diam menatap ke arah samping. Che menangkap ekspresi Ken yang menjadi diam dan hanya melihat ke jendela. Padahal waktu berangkat tadi dia banyak duduk santai sambil menatap jalanan di depan. Dan mereka mengobrol beberapa hal. Che ingin bertanya tapi mengurungkan niatnya, mungki Che hanya terbawa perasaan saja bahwa Ken sperti sedang badmood padanya sejak godaan teman-temannya di rumah sakit. Tapi Che menepisnya dan menganggap itu bukan apa-apa.

Ketika sampai depan klinik. Ken segera turun tanpa menoleh ke Che. Tapi di depan klinik teman-temannya sudah menunggu Ken.

Che mengajaknya masuk ke ruang tunggu. Kebetulan hari ini jam prakteknya dipercepat untuk ke rumah sakit memeriksakan Ken. Dan dia harus menutup kliniknya lebih awal. Dan mereka bebas mengobrol diruang tunggu tanpa kuatir adanya pasien.

Mean membawa kantong berisi minuman Cola dan makanan kesukaan Ken. Ken senang menerimanya.

"Bagamana keadaanmu?" Tanya Mike
"Sudah lebih baik, phi. Aku habis kerumah sakit mengecek apa ada tengkorakku yang retak serius,"
"Lalu hasilnya?" Mark tampak antusias.
"Nggak apa-apa, nggak ada yang perlu dikuatirkan," jawab Ken menatap Mark sambil tersenyum.
"Syukurlah.." kata Max
"Phi, maafin kata-kataku kemarin," kata Mark yang duduk disamping Ken memelas.
"Nggak papa, aku tahu perasaanmu, maaf kalau aku egois," kata Ken sambil membelai rambut Mark.

Kini Che yg merasa menatap mereka dengan dada bergemuruh. Che memang cemburu atas pemandangan ini, apalagi setelah apa yang terjadi tadi pagi. Che belum yakin apa dia menyukai Ken. Tapi melihat pemandangan di hadapannya, Che tahu dia tidak suka melihatnya.

"Ehem... Apakah ada yang bersemi kembali?" Ledek Mike
"P'Mike.." protes Mark.
"Kita ini Phinong, iya kan, nong?" Kata Ken merangkul Mark
"Krub.."
"Padahal kalau kalian bersama lagi juga kami senang... Iya kan?"kata Mean tertawa, mereka semua mengiyakan tentu saja kecuali Che.

"Ohiya, dokter pasti nggak mengerti, maaf.. maaf.. jadi sebelumnya mereka pernah pacaran.. " Mulut ember Mike mulai bercerita pada Che.

"P'Mike!" Ken tampak protes
"Oh, Ken dan Mark pernah berhubungan?"
"Eh tapi dokter bukan homophobia kan?"
"Oh enggak, aku merasa memang cinta nggak memandang gender,"
"Benar aku setuju, walaupun pacarku perempuan, tapi aku percaya seseorang bisa mencintai siapapun, itu nggak salah!" Kata Mike.
"Baiklah, diantara kami baru P'Mike yang punya pacar, mari kita katakan luar biasa!" Kata Mean sambil tertawa.

Mereka tertawa dengan kata-kata Mean dan kesombongan Mike. Tapi tidak bagi Che. Karena pemandangan dihadapannya membuatnya tidak bisa tersenyum. Tangan Ken masih dibahu Mark dan itu membuat kepalanya panas.

dr.KenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang