30. Polarisasi

1K 134 21
                                    

polarisasi

||

proses, perbuatan, cara menyinari; penyinaran.

•••

Tiga hari kemudian.

Kepulangan Siwon ke Seoul menjadi berita utama pagi ini. Pasalnya hasil dari pemilihan walikota minggu lalu ternyata dimenangkan oleh dirinya. Semua warga Seoul berbondong-bondong mengucapkan selamat kepada Siwon sejak pria itu tiba di bandara pagi tadi.

Pria itu memang punya segudang prestasi menakjubkan untuk menjadi seorang walikota. Bahkan beberapa orang dari partainya memprediksi bahwa Siwon bisa menjadi presiden korea di periode berikutnya.

Namun, sayangnya itu cuma topeng. Siwon dan segala kebaikannya di hadapan publik hanyalah omong kosong bagi puterinya sendiri.

Nana yang sedang duduk merajut di dalam kamarnya bisa mendengar suara televisi yang mengabarkan tentang berita itu. Gerakan tangannya menjadi lebih cepat dan tidak stabil seakan ada yang menyuruhnya untuk lebih cepat menggerakannya. Lama kelamaan tubuhnya gemetar dan bahkan ia sampai menggigit lidahnya sendiri.

Sementara Jeno yang saat ini memang tengah duduk di sofa yang tak jauh dari Nana, baru menyadari kepanikan Nana itu setelah ia melihat ada darah yang mengucur dari sudut bibir Nana.

"Ya Tuhan, Na...apa yang terjadi?" Jeno berusaha mengkoyak bahu Nana, membujuk Nana untuk membuka mulutnya agar ia bisa tahu apa yang terjadi pada istrinya.

"Saem! Taeyong saem!" Teriak Jeno histeris.

Tak butuh lama Taeyong yang kebetulan sedang tiduran di kamarnya pun mendengar. Segera ia berlari ke kamar Nana yang tak jauh dari kamarnya.
"Ada apa--omo! Nana?! Jeno! Apa yang terjadi padanya?"
Segera Taeyong mengambil kotak medis di laci dekat tempat tidur Nana.

"Entahlah, dia tiba-tiba seperti ini."

"Cepat pegangi dia, aku rasa dia menggigit lidahnya sendiri."

Bertambah panik lah Jeno.
"Meng-menggigit lidah?"

"Iya cepat! Kau jangan ikut panik!"

Jeno pun berusaha untuk lebih tenang sambil memeluk tubuh Nana sangat erat, karena tubuh istrinya itu sangat tegang.

Setelah itu Taeyong memberikan suntikan penenang di lengan kiri Nana. Hingga akhirnya Nana melemas dan malah pingsan.
"Ini bagaimana saem? NA! NANA! Sadarlah!"

"Tidak apa-apa, dia hanya pingsan karena pengaruh obat. Sekarang bantu aku membaringkannya di kasur, kita harus melihat ke dalam mulutnya."

Jeno pun menggendong Nana dan membaringkannya di kasur. Ketika Taeyong membuka mulut Nana, ternyata benar perkiraannya, Nana menggigit bagian ujung lidahnya sendiri hingga terluka sangat parah.

"Astaga...bagaimana ini? Bagaimana dia bisa makan kalau lukanya separah ini?" Keluh Taeyong yang mulai menghentikan pendarahan di lidah Nana dengan memasukan sejumlah kapas serta antiseptik.

Sedangkan Jeno sama sekali tak bisa berkata apapun karena ia terlalu syok, sehingga membuatnya jadi letih dan hanya bisa menggenggam tangan Nana.

"Ini tidak bisa, kita harus membawanya ke rumah sakit. Ayo Jeno, kita bawa Nana ke rumah sakit. Dia harus mendapat penanganan dari dokter bedah, dia mengalami cidera yang serius di lidahnya, jika dibiarkan aku takut akan terjadi hal yang lebih gawat lagi."

Jeno tidak berkomentar, ia pun melupakan perjanjiannya dengan Siwon sebelum menikah waktu itu, bahwa Nana tidak akan pernah pergi ke rumah sakit selama lima bulan ke depan.
Ia gendong tubuh Nana dan bergegas menuju mobilnya.

Obssesion //Nomin GS Version✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang